06. Obsession

2.2K 85 2
                                    

Hellowww! Selamat malam minggu para manusia🧜

Yang di rumah aja, kita sama heheheheh☝️

Gimana hari ini? semoga semuanya baik-baik aja🐬

Terimakasih untuk yg udah vote dgn sukarela ❤️ cmiwww

~00~

Sudah mendekati bulan akhir. Para aktris dan crew mulai menyiapkan berbagai perlengkapan acara syuting. Mereka mulai melakukan percobaan dengan mencoba berbagai dialog.

Banyak dari mereka yang sibuk merapal, mencoba dengan lawan main, atau memperagakan gerakan yang harus di mainkan saat depan kamera. Semuanya tampak lihai pada tugas masing-masing.

Seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai aktris tentu harus rela melepas waktu santai menjadi lebih padat. Walau memang setiap pekerjaan sama saja : Membuat penat.

“Kenapa? Kenapa harus aku yang jadi sasaran kamu?” Rubby menjalankan perannya.

Seperti yang sudah tercantum dalam surat perjanjian. Ia harus menyelesaikan perannya sebagai protagonis walau tak menyukai : Demi uang.

Kini Rubby tengah berhadapan dengan sang lawan mainnya, Hansel. Rasa kesalnya menjadi protagonis jadi terobati karena Hansel. Ia berseru sendiri dalam hati– bahagia.

“Karena gue maunya lo.”

“Aku enggak mau! Berhenti bersikap kaya gini Haru!” Rubby berseru. Berjalan semakin mundur ketika Hansel mendekat.

Bukankah kisah drama mereka terlihat seperti kisah romantis dalam novel?

Senyum miring Hansel terpatri jelas, ia semakin berjalan mendekati tubuh mungil Rubby yang bergerak mundur ketakutan.

“Kalau gue enggak mau, gimana?”

“Kamu harus berhenti!” Rubby menyerukan dengan intonasi tinggi. Raut wajahnya benar-benar menjadi keseruan sendiri bagi Hansel yang tengah memerankan tokoh sebagai Haru.

Hansel mendekatkan wajahnya, mengucapkan kalimat bisikan di telinga Rubby.

“Enggak bisa. Karana sekarang, lo milik gue.

Dialog yang benar-benar rumit.

“CUT!”

Suara riuh tepuk tangan memenuhi lokasi, mereka berseru serempat tampak puas.

“Kerja bagus! Sekarang kita istirahat dulu.” Kenzo berseru, menyuruh para crew untuk makan siang terlebih dahulu.

Di posisinya, Rubby masih mengendalikan kondisi jantungnya yang berdebaran. Baru kali ini ia merasakan sensasi aneh ketika di haruskan mendapatkan hal intim. Tetapi Rubby menyukai sensasi itu.

Sedangkan Hansel di tempatnya tadi langsung menjauhkan tubuh, lalu berjalan pergi menuju tempat peristirahatan.

Rubby yang menatap sosok Radea langsung menghampirinya. Ia duduk sambil heboh sendiri, kedua tangannya juga terus menggoyangkan tubuh Radea. Perempuan mungil itu tampaknya sangat bahagia.

“Aaa Radea! Gue baper-baper-baper!” Rubby berdiri lagi, lalu loncat-loncat sendiri seperti pocong.

“Lo tau enggak??? Pas dia deketin bibirnya ke telinga gue, aaa!!! Rasanya bener-bener– anwkskeos!” Di akhir kalimat Rubby malah semakin menjadi-jadi tidak jelasnya. Ia sampai memukul-mukul Radea, melampiaskan rasa bapernya.

“Lo kenapa si?” Radea menggeplak bagian atas tangah Rubby dengan gemas.

“Gue baper Radea! Baper!”

Obsession The Big One ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang