25. Obsesi Hansel

1K 30 0
                                    

Rubby menguap lebar, pipinya yang terasa gatal ia garuk, hidungnya yang terasa mampet oleh lendir pun ia usap karena kesal. Cewek itu memiliki posisi tidur yang tidak baik, kepalanya berada di sisi kasur–yang otomatis semua rambutnya bergelantungan ke bawah.

Bajunya sedikit tersingkap karena perutnya sering ia garuk-garuk.

Hem~”

Rubby masih betah terpejam. Tetapi karena samar-samar ia melihat suasana asing, buru-buru kedua matanya terbuka.

'Kayanya bukan kamar kak Denis?'

Rubby mengucek kedua matanya, dia menguap lagi, lalu setelah itu dirinya baru duduk dengan kesadaran yang masih minim.

'Loh? Gue di culik yang kaya di film-film itu?'

Pintu terbuka. Disana Hansel sudah berdiri sambil membawa segelas susu dan sarapan yang Rubby duga bubur.

Kejadian ini sempat membuat Rubby dejavu, karena dulu Rubby pun pernah di posisi seperti ini dengan orang yang sama–bedanya saat ini kondisi mereka sudah berbeda.

“Gue males makan bubur, ada yang lain nggak?” Rubby menyeletuk seenaknya tanpa beban.

Dirinya juga baru sadar, semua yang ada disini memang terlihat tidak asing. Perabotannya pun tetap berada di tempat yang sama.

Pernah kan? Merasa kenal dengan sesuatu, tetapi pikiran tidak berjalan.

“Mau apa?” tanya Hansel. Sudah menaruh nampannya di atas meja.

“Apa aja yang penting bukan bubur. Yang pedes-pedes deh?”

Hansel yang tengah membenarkan letak lengan kemejanya untuk sampai siku langsung berbalik–menatap Rubby.

“Lo mau sakit? Semalam lo habisin empat gelas, jangan lupa itu.”

'Ya terus?'

Hansel seolah mengerti raut wajahnya, dia malah menyeletuk begitu saja, membuat pikiran Rubby di pagi hari sudah berkelana.

“Jangan ngulang hal yang sama, gue yakin lo nggak mau kalau sadar.”

'Hah? Apa maksudnya sih?'  batin Rubby menebak-nebak sendiri.

Seolah mendapat jawaban, otak Rubby seolah sengaja berputar kepada kejadian semalam.

“Hansel? Hansel kan? Kenapa gendong gue? Turunin, turunin!”

“Tolong, disini ada cowok bajingan–hemph!” teriakan Rubby malam itu.

“Sadar ataupun nggak, bibir lo enggak lupa buat jelek-jelekin gue Rubby,” cetus Hansel sinis.

“Lo emang pantes di jelek-jelekin! Dasar jelek, bajingan, biadab!”

Hansel tak menanggapi lagi, keduanya sudah berada di dalam mobil.

“Buka pintunya, gue nggak mau bareng sama orang jelek!”

“Buka-buka! Tolong, tolong, disini ada cowok gila–!” teriakan yang tertahan–

“You can say I'm crazy after this.”  Hansel menciumnya tanpa meminta persetujuan.

Cowok itu menarik tengkuk Rubby, membawanya mendekat untuk membungkam bibirnya.

Ciuman yang cukup lama untuk mereka. Hansel memperdalam kecupannya, meraup bibir kecil itu seperti sebuah makanan. Kedua bibir mereka kali ini bertemu cukup lama.

Disini bukan seperti Rubby yang mabuk, melainkan Hansel yang seperti tengah berada pengaruh alkohol.

“Hemhh, Han-sel?”

Obsession The Big One ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang