“Really? Dia cium lo?!” Sepertinya berita yang di bawakan Rubby sangat berdampak bagi ketiga temannya. Buktinya Elvaretta sampe reflek memukul meja saking terkejutnya.
Rubby mengangguk dua kali sambil tersenyum-senyum sendiri. Antara senang, malu, panik dan terkejut. Keempat perasaan itu bersarang dalam dirinya.
“Padahal gue ada niatan buat move on. Kalau kaya gini nggak jadi move on gue,” racau Rubby.
Elvaretta menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Ia berdecak kagum. “Bibir lo udah enggak perawan.” Bertepuk tangan tiga kali seolah yang di ceritakan Rubby adalah hal positif.
“Gimana rasanya gimana? Dia pas cium lo gayanya gimana??” Xavera ikut-ikutan heboh. Mendekati Rubby dengan berbagai pertanyaan menggebu-gebu.
“Hah ...” Rubby terduduk, menyadarkan tubuhnya pada sofa sambil berulang kali menghela nafas. “Dia ...”
Suara notifikasi dari ponsel Rubby mengalihkan atensi mereka semua. Rubby langsung buru-buru mengeceknya, lalu mata bulatnya semakin membola ketika mendapat pesan dari seseorang.
“Yang barusan di ghibahin chat gue anjir!” Rubby berseru. Terlampau panik sampai melempar ponsel, untung jatuhnya pada karpet berbulu.
“Chat apaan emang? Ngajak berduaan sambil mesra-mesraan?" Elvaretta menyahut cepat, mengambil ponsel Rubby yang tergeletak dan melihat pesannya.
“WEH, DIA ADA DI LUAR???” serunya terkejut. Ponsel Rubby kembali terbanting begitu saja ketika Elvaretta menjatuhkannya.
“Hah?” Rubby buru-buru berdiri, menyingkap gorden sedikit untuk melihat keluar. Kedua temannya– Elvaretta dan Xavera mengikuti dengan tingkat kepo yang setinggi monas.
“Gila, beneran dong! Lo ada janji sama dia?" Xavera menyenggol.
”Enggak!”
“Mending samperin dulu aja gih, cepet!”
“Ngapain?”
“Bego! Ya nanya lah, ngapain dia kesini, tujuannya apa.” Xavera menyahut sewot, gemas dengan otak Rubby yang sering lemot seperti sinyal 2g.
“Sana!" Elvaretta mendorong tubuh kecil Rubby. Ia sangat bersemangat untuk menyaksikan interaksi keduanya. Mungkinkah mereka akan menunjukkan aksi di luar nalar.
Dengan pakaian santai yang di pakainya sedari pagi. Rubby keluar sangat gugup, meremas jari-jari yang langsung dingin ketika mendapat pesan dari sang crush.
Hansel yang tengah duduk di atas kap mobilnya langsung menoleh ketika objek yang si tunggunya keluar. Ia mengamati pakaian cewek itu, menggunakan dress bertali tipis yang memiliki pita di bagian depan, serta cardigan rajut berwarna pink yang pendek. Kedua rambutnya tergerai indah.
Penampilannya sederhana namun sanggup membuat terpesona.
“Lo ngapain?” Rubby bertanya dengan suara pelan, kedua tangannya meremas rok gugup. Semenjak kejadian kemarin ia jadi takut dan gugup sendiri.
“Mau nyamperin cewek gue?” Hansel menaikkan satu alisnya.
“Ha?”
“Lo cewek gue kan?” Intonasi yang rendah dan menekan itu seakan memaksa Rubby untuk mengatakan 'iya.'
Kesulitan menemukan jawaban, Rubby hanya diam.
Hansel menunduk lebih rendah, menyamakan tingginya dengan tubuh kecil Rubby. Wajahnya mendekati sambil mengatakan. “Gue harap lo enggak lupa. Atau ... perlu gue ulang kejadian kemarin? Hem?”
Tersentak kaget, Rubby langsung menjauhkan kepalanya. Kejadian kemarin, kejadian dimana dengan santainya Hansel menciumnya sambil mengatakan kepemilikan mutlak. Mengingat itu kembali membuat dirinya merasa cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession The Big One ✓
Romance[SELAMAT MEMBACA] ** Dia adalah seorang bintang ternama yang sering di bicarakan di berbagai serial media. Kehidupan yang sering di jalaninya adalah sebagai aktor film. Ada salah satu aktris yang berhasil membuatnya seperti tersihir. Dia adalah Griz...