24. Cemburu kan?

686 26 2
                                    

“Kak!”

Usai selesai shooting, para pemain dan crew di izinkan beristirahat sejenak. Seperti biasa, mereka melakukan aktifitasnya masing-masing sesuai keinginan.

Kali ini Rubby memilih menghampiri Denis–melewati Hansel yang hanya berdiam diri.

“Bajunya udah gue siapin, tinggal pake. Pokoknya cakep deh kalau lo pake baju begitu. Cocok, jadi kaya pasangan beneran gitu, hihihi.”

“Saya kan belum bilang mau?”

“Gue kan maksa. Lagian lo nggak stres apa kerja terus? Kalau free bukannya healing malah di kamar terus. Sekali-kali kita party, nggak bikin otak polos lo rusak kok. Having fun makes you healthy.”

Denis terkekeh geli. Dia merasa ucapan Rubby adalah lelucon.

“Daripada banyak keluyuran, mending kamu kerjain tugas. Belum selesai kan buat cari referensi skripsi?”

Rubby merengek sambil menghentakkan kaki. Dia mengejar Denis yang membalikkan tubuh untuk membereskan segala keperluannya.

“Ngapain ngomong soal itu sih? Gue jadi pusing tau. I hate tasks that don't know when they will be finished!” keluh cewek itu.

“Dosen ngasih kamu keringanan bukan berarti bisa santai-santai.”

“Kamu mau enggak lulus?” lanjutnya mengomel.

“Ya, gue kan bisa ngulang.”

“Astaga, itu memalukan Rubby.”

Denis tidak menyangka pada ucapan semborono Rubby. Anak itu sangat enteng mengucapkan segala hal tanpa memikirkan apapun.

Rubby tertawa kecil. “Gue kuliah karena kemauan dady aja. Di tambah jurusan yang gue pilih itu enggak sesuai.”

“Enggak boleh gitu Rubby, banyak di luaran sana remaja seusia kamu pengin kuliah, tapi mereka nggak punya biaya. Peluang beasiswa pun enggak di dapetin semua orang. Jadi, kamu yang di kasih kesempatan jangan di sia-siakan.”

Rubby hanya dapat menghela nafas. Merasa bersalah juga pada orangtuanya. Denis ini memang selalu mengucapkan hal-hal yang membuat Rubby merasa tertampar saja.

“Jadi, harus lebih rajin ya?”

Denis mengusap kepala cewek itu hangat. Memberikan kasih sayangnya seperti seorang kakak.

“Iya-iya, tapi nanti malam tetep harus ikut ya? Gue udah siapin bajunya, sayang kan kalau nggak di pake?”

Di kejauhan Hansel melihat itu. Entah perasaannya saja yang tiba-tiba tidak baik atau memang fakta, fakta bahwa ia benar-benar tidak suka melihat kedekatan Rubby dan Denis.

Tidak di sadari tangannya pun terkepal, urat-uratnya sampai menonjol karena dirinya benar-benar menahan emosi.

“Haha, cemburu kan lo?”

Kenzo berdiri di sampingnya, menaruh tangan di pundak Hansel dengan santai.

“Makannya jangan pegang dua hati sekaligus. Lo harus bisa lepas salah satunya.” Kenzo menambahkan.

“Semisal lo beneran putus–”

Hansel mendelik.

“Haha, kan semisal. Semisal nih ya, lo berdua putus, Rubby sebenarnya nggak akan terlalu jadi sad girl. Dia punya own pleasure.”

Hansel berdecak, mendorong tubuh Kenzo yang seenaknya bersandar.

“Bisa diem lo?”

“Bisa sih, tapi karena pengin buat lo sadar, gue harus ngomong.” Kenzo menyengir terlebih dahulu.

Obsession The Big One ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang