15. Trapped In Love

1K 47 0
                                    

Annyeong chingghuya!👋

Mari menyapa tim Hansel Rubby kembali, semoga dapat mengisi waktu luang mu:3

Happy reading 🤜🏾✨

____________________________
___________________
____________

Rubby meregangkan tubuhnya, rasa sakit yang di deritanya kemarin telah sirna. Ketika datang bulan dia memang selalu merasakan nyeri di awal saja. Makannya saat pagi-pagi begini cewek itu sudah berenergi.

Ia melompat kesana-kemari, menyapa orang-orang dengan ramah. Sesekali ikut nimbrung obrolan, Rubby memang nyambung mengobrol dengan siapapun.

Kakinya langsung berhenti melangkah ketika akan mendekati duaa orang laki-laki. Janu dan Ervan. Kedua cowok menyebalkan yang sudah kena daftar merah Rubby. Cewek itu memilih berbalik, namun dari belakang Ervan dengan sigapnya menarik belakang Hoodie-nya.

Rubby terbelalak, meronta-ronta dan memukul tangan Ervan. "Lepas kambing!"

"Nih kita punya roti bakar, mau gak?" Seperti menawari jajanan pada anak kecil. Pun Rubby langsung melunak diam, kebetulan perutnya memang belum di isi yang enak-enak.

"Mana?!" Menutupi gengsi, ia meminta seperti memalak.

"Sini duduk dulu dong. Di pepet cowok ganteng masa enggak mau si?" Janu berujar tengil sembari menaikturunkan alisnya.

"Ewh, Najis!"

Mereka berdua serempak tertawa. Tak merasa tersinggung atau sakit hati, sudah mengetahui seperti apa karakter Rubby yang seperti itu.

Namun pada akhirnya Rubby ikut bergabung bersama mereka, sedikit memberi jarak. Ia di sodorkan berbagai cemilan, tentu saja Rubby keenakan dan terus melahapnya.

"Hansel kemana ya?" Rubby tak berinisiatif untuk bertanya, tapi Janu menjawab.

"Dia kan dari kemarin sore ada urusan kantor."

Rubby langsung menoleh dengan bingung. "Kantor?"

"Jangan-jangan lo enggak tau ya kalau dia pewaris kaya raya?!" Ervan yang berada di depannya heboh.

"Hah??" Bagaimana bisa Rubby tak tahu? Berarti selama ini ia hanya mengetahui sebagian kecil saja?

"Mana alamat kantornya mana? Cepet spil!" Buru-buru

"Mau ngapain woy?" Janu memberi pertanyaan tak berarti. Bukankah jika bertanya begitu tandanya ia akan berkunjung?

Rubby memutar kedua bola mata malas. "Mau nyamperin cowok gue lah! Mana cepet, alamatnya?" Sudah meminta tak sabaran pula, tidak tahu diri sekali.

"Ada syaratnya dong sayang." Ervan mengerlingkan satu matanya genit. Ia menonjolkan lidahnya di bagian pipi kanan, memberi kode. "Cium dulu sini."

Rubby langsung bergidik geli. Sungguhan ia merinding. "Ewh, najis! Gue mendingan cium pantat Dinosaurus aja!"

"Lo enggak bakal lakuin itu anjir, Dinosaurus aja udah punah!" Ervan dan Janu gemas sendiri atas sikap perempuan di antara mereka ini. Seringkali di buat emosi tetapi tak bisa marah, karena tingkah Rubby memang menggemaskan. Walau pun memiliki unsur mengejek, cewek itu tak pernah benar-benar serius dengan ucapannya.

Cewek satu-satunya di antara dua cowok itu mengibaskan rambut cuek. "Ya, lo benar."

"Sekarang cepet, mana alamatnya?" Rubby menggunakan jurus membuat lawan takut. Namun di pandangan Ervan dan Janu malah terlihat seperti kelinci mengaung.

Percekcokan mereka menghabiskan waktu lumayan lama. Berhubung mereka semua di beri waktu lama untuk break, banyak yang memanfaatkannya untuk tidur atau refreshing. Sekarang Rubby pergi dengan tujuannya.

Obsession The Big One ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang