17. Mendebarkan

755 38 0
                                    

"Hansel!" Senyuman cantik itu terarah untuknya, bibir kecilnya sangat lihai membuat pesona.

"Lo habis kemana? Lima menit lagi ada jadwal, kenapa lo baru balik? Lo kurang istirahat kan?" rentetan pertanyaan tak Hansel gubris, dia berlalu meninggalkan Rubby- tak seperti biasanya. Ya walaupun sebelum mereka resmi berpacaran sikap Hansel kerap kali begitu, tapi semenjak menjalin status yang resmi sikapnya berubah. Namun kali ini sepertinya Hansel kembali seperti dulu. Sikapnya dingin.

Rubby mengikutinya di belakang, ikut duduk di samping kekasihnya. "Kenapa? Lo ada masalah ya? Cerita aja sama gue."

Rubby berkedip beberapakali sebelum akhirnya melayangkan senyuman pada Hansel yang menatapnya.

"Lo udah makan siang? Gue masih punya sedikit roti–"

"Can you stop talking?"

Rubby tertegun sesaat, dia menatap wajah Hansel lama. Sebelum akhirnya mengangguk. "Gue mau hapalin dialog dulu. Ini rotinya di makan ya." Dia menyerahkan satu bungkus roti berukuran sedang dengan air mineralnya. Setelah selesai cewek itu akan memilih pergi.

Mungkin Hansel memang membutuhkan ketenangan, dia akan memahami itu. Awalnya Rubby berfikir seperti itu, tetapi saat tangannya di tarik tiba-tiba dan kembali terduduk, Rubby jadi heran dan bertanya-tanya.

"I need you," katanya mengucapkan kalimat dengan lirih, dia bersandar pada bahu kecil Rubby, memeluk pinggangnya menggunakan tangan kiri.

Rubby menggigit bibir bawahnya cemas sekaligus gugup. Mungkin hal seperti ini bukan lagi baru baginya, tetapi jika itu Hansel, maka Rubby akan merasa berbeda.

"Kalau butuh tempat cerita, gue dengerin ko." Rubby menatap wajah lelah Hansel dari samping. Dia sendiri cukup tahu, mungkin pekerjaan Hansel selama ini terlalu berat, dia mengurus perusahaan dan bahkan menjadi seorang aktris.

Rubby menepuk lembut rahang Hansel, dia menambahkan. "Lo jangan khawatir, kan punya gue."

Hansel langsung membuka matanya, ia di suguhkan pemandangan yang membuat hatinya kian rumit. Senyuman itu ... bahkan terlihat sangat lebar dan tulus, cinta yang di milikinya begitu besar sampai-sampai Hansel merasa sungkan untuk melepas.

Di saat sedang kacau pun Rubby memilih menutup mulut tentang skandalnya. Memaksakan diri untuk tidak terlalu ikut campur dan menurunkan ego. Dia benar-benar memberikan cintanya tanpa tersisa untuk yang lain.

Maka dari itu, apakah Hansel rela menyakitinya? Membiarkannya menangis dan terpuruk nantinya. Hatinya tidak rela jika nanti harus melihat senyum itu luntur.

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»
^
^
^

CUT!”

Setelah suara itu menggema, para kru dan aktris langsung menghela lega. Rubby yang masih melepas sepatu berhak tingginya di buat terkejut dengan perlakuan Janu yang menariknya secara tiba-tiba.

“Ih, kenapa sih?”

“Liat, liat! Gue nemu karet.”

“Ya terus mau apa? Lo mau masuk ke karet itu? Mana muat,” cetus Rubby, cewek itu sembari mengikat rambut sebahunya asal. Suhu saat ini sangat panas.

“Liat dulu atuh sayang kuu. Gue bisa buat jembatan cuma pake satu karet, percaya ga lo?” Janu menantang dengan pongah.

Rubby menatap bingung sekaligus tak percaya, bahkan sebelum ia mencoba paham pun, dirinya sudah tak percaya pada ucapan ngawur Janu.

Obsession The Big One ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang