05. Incurable pain

1.2K 63 0
                                    

Hellow kamu🐬💙

Kita bertemu kembali dalam keadaan yg tentu berbeda.

"Marilah mengukir sebuah senyum manis pada bibirmu. Walau orang lain tak membutuhkan, tapi dirimu membutuhkannya."❤️🐳

~00~

“Itu Hansel Louis kan ya? Dia yang bakal jadi lawan main lo?” Radea bertanya sambil mengarahkan pandangannya pada Hansel.

“Hemm." Rubby mengangguk.

Radea tak bertanya lagi, perempuan itu fokus pada ponselnya kembali. Sedangkan Rubby seperti seseorang yang tak memiliki tujuan, ia sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanan, membuka ponsel, lihat kanan kiri dan sebagainya. Keduanya sedang berada dalam lokasi syuting.

“Eh Radea!” Tiba-tiba Rubby menepuk meja, membuta Radea mengangkat wajah ke arahnya sinis.

“Kita tuker peran yuk? Lo peranin cewek lemah lembut itu. Gue sebagai cewek cool-nya.”

Radea amat tahu bahwa Rubby menginginkan perannya sebagai antagonis atau perempuan bersifat baddas. Tetapi sudah bertahun-tahun terjun di dunia perfilman, Rubby belum mendapatkan itu. Entah alasan apa yang membuat Rubby ingin menjadi pemeran antagonis.

“Enggak!” Ini bukan Radea yang menjawab, tetapi Kenzo, ia mendengarnya ketika berjalan mendekati kedua perempuan itu.

Rubby menatapnya sengit.

“Lo enggak pantes jadi antagonis dek. Antagonis biasanya tinggi, lo pendek gini, yang ada di dorong ke jurang sama protagonis. Lo enggak masuk dalam kriteria antagonis.”

“Lo sebenernya cuman niat body shaming aja kan?” Rubby menonjok tangan Kenzo yang berada di atas kepalanya.

“Lo yang mikir gitu.” Kenzo memilih duduk di samping Radea.

“Lagian, kalau lo milih tukeran peran sama Radea. Berarti kesempatan lo dekat sama Hansel dikit dong? Emang mau kesayangan lo itu di rebut?” lanjutnya mengompori.

“Cih!” Rubby memutar kedua bola matanya malas.

Kedatangan Hansel membuat kedua bola mata Rubby langsung berbinar, ia langsung menyunggingkan senyum termanisnya.

“Calon pacar, sini duduk!” Rubby menepuk kursi kosong yang masih tersedia.

Kenzo langsung memukul pergelangan tangan Rubby. Memperingatinya. “Ngapain lo?”

“Nyuruh dia duduk lah! Lo enggak denger tadi gue ngomong apa?” Rubby memang tidak ada sopannya, padahal umurnya dengan Kenzo berbeda empat tahun.

Rubby langsung menarik lengan Hansel yang sudah sampai di dekatnya. Menyuruhnya untuk duduk, tetapi Hansel tak bergeming sama sekali. Baru sebentar, Hansel sudah menarik tangannya lagi.

“Kenapa?” tanya Rubby– mendongak. “Oh– Atau lo mau duduk di pangkuan gue?” Dengan jahil Rubby menepuk pahanya sambil tersenyum genit.

Dan secara serempak Kenzo juga Radea memukul lengan dan kepalanya.

“Sinting lo?” Kenzo menatap sinis.

“Ish, apa si!” Rubby mengabaikan– Kembali fokus pada keberadaan Hansel.

“Lo enggak mau duduk di sini? Pasti karena mereka kan? Ya udah, kita pindah ke kamar yuk!” Rubby berdiri, bersiap untuk pergi.

“Ken.” Arah pandang Kenzo langsung tertuju kepada Hansel. Dengan hanya bersitatap pun Kenzo sudah bisa mengerti gerak-gerik temannya yang izin pergi.

Obsession The Big One ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang