31. Love Feeling(?)

414 13 0
                                    

Hansel melempar maskernya ke atas nakas, tubuhnya yang lunglai bertumpu di atas nakas. Menopang agar tak terjatuh ke lantai. Dia sudah mengonsumsi obat penenang, tetapi ternyata tak berpengaruh apapun. Pikirannya masih kacau.

Cowok itu menghela nafas, duduk di atas nakas cokelat itu dengan setengah berdiri. Pangkal hidungnya ia urut pelan, sesekali memutar kembali momen dengan Rubby.

Bagaimana bisa Hansel bersikap impulsif pada Rubby, membahayakan cewek itu adalah di luar kendalinya. Pasti, pasti segala tindakan dan perkataannya menyakiti Rubby.

Hansel ingat betul, bagaimana ia memaksa cewek itu untuk terus bersamanya, menuruti kemauan otaknya- yang saat itu tak terkontrol.

- Pengaruh Nadifa selalu sebesar itu, selalu membuat otak dan hatinya bergerak bebas tampa berfikir sehat.

Hansel meraih ponselnya- dengan satu tangan kiri bertumpu ke atas nakas. Ia mencari kontak nama Rubby, kemudian menekan tombol telefon.

Hingga lima kali deringan, tak mendapat jawaban. Padahal disana terpampang tulisan 'berdering.'

Hansel meneguk ludah, terus menelfon berulangkali. Bagaimana jika Rubby ... memutuskan pergi?

"Shit." Hansel kelimpungan, berjalan mondar-mandir; menunggu balasan Rubby.

Kemarin, saat Hansel memintanya menetap, Rubby malah pergi, meninggalkan Hansel hingga malam hari. Entah kemana cewek itu pergi.

Tetapi pasti, cewek itu sakit hati sekali.

Tanpa aba-aba, Hansel langsung mengangkat telfon - yang ia kira dari Rubby, namun saat tersambung, yang terdengar adalah suara orang lain.

"Anu- maaf tuan Hansel. Tapi nona Nadifa -"

Hansel berdecak sambil terus mengurut pangkal hidungnya. Kemudian ia berjalan sambil kembali memakai masker dan topi.

"Saya enggak bisa kesana, urus baik Nadifa." Kemudian sambungan Hansel putus sepihak.

Tunggu! Hansel melupakan sesuatu sangat penting. Netra tajamnya terlihat sedikit cemerlang. Cowok itu bergerak mencari kontak nama Rubby, kemudian melihat titik keberadaan Rubby.

Hansel menjilat bibirnya sambil tersenyum senang, dia lupa. Bahwa ponsel Rubby telah ia retas- hingga dapat mendapati keberadaan cewek tersebut.

Dengan langkah lebar, Hansel berjalan keluar. Pergi menyusul Rubby, yang kehadirannya saat ini tak sendirian.

*

*

*

*

Hansel melangkah lebar, terus mendekati titik keberadaan Rubby di keramba bising ini. Aroma alkohol tercium jelas, manusia-manusia berpakaian seksi terlihat dimana-mana.

Night club, adalah jawabannya. Berpakaian seminim ini, memperlihatkan bentuk tubuh terang-terangan. Dimana lagi jika bukan club, kan?

Hansel berhenti sejenak, ketika melihat Rubby menari bebas di kerumunan sana. Sial! Jika ada yang mengenalnya, pasti akan tercipta skandal.

Buru-buru Hansel mendekati cewek itu, menarik lengan Rubby agar menjauhi kerumunan perempuan-perempuan yang tengah menari dengan gaya seksi.

"Kenapa lo dateng kesini, hah?" Hansel sedikit berteriak, suaranya terendam oleh bising musik dan suara yang lain.

"Ah? Gue? Gue dimana ya? Dimana ... dimana ...."

Hansel berdecak, Rubby sudah berada di bawah pengaruh alkohol. Jika ingat, Rubby sangat kurang baik dalam meminum itu. Stamina tubuhnya kurang kuat.

Obsession The Big One ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang