Hari ini genap sudah aku dan Bernard menjalin hubungan selama 13 bulan. Aku tahu kedengarannya angka tiga belas itu seperti angka sial, tapi sepertinya angka itu tidak terlalu buruk untukku. Beberapa minggu ke belakang ini aku memang sangat sibuk dengan interview di berbagai macam perusahaan untuk mencari internship di perusahaan-perusahaan elektronik. Walaupun aku sudah melamar di lebih dari lima perusahaan, aku selalu saja ditolak. Sekarang-pun aku sedang mempersiapkan diri untuk melamar di sebuah perusahaan yang temanku anjurkan. Anyway, ini mungkin adalah hari yang besar untukku karena sekitar seminggu yang lalu salah satu teman baikku melihat Bernard berada di toko perhiasan. Menurut laporannya, dia membeli satu set kalung, gelang dan cincin. Katanya, harganya juga tidak main-main. Sejujurnya, aku tidak pernah menyangka bahwa laki-laki setidak romantis Bernard bisa melakukan hal seperti itu. Selama ini dia tidak pernah berkata manis, manja, merayuku apalagi memberiku kejutan. Karena itu juga, aku yang biasanya tidak memakai pakaian rapi dan berdandan akhirnya menata rambutku dan berpakaian rapi seperti ini. Setelah mendengar berita tentang keberadaannya di toko perhiasan, untuk merayakan bulan ke 13 kami pacaran ini, aku juga langsung membeli jam tangan merek kesukaannya yang sudah di incarnya selama berbulan-bulan. Aku tahu mungkin harga jam tangan ini tidak bisa dibandingkan dengan harga perhiasan yang akan dia belikan untukku, tapi mau bagaimana lagi? Aku sendiri baru saja lulus kuliah dan belum bekerja. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit akhirnya Bernard datang juga. Setelah melihatku, dia langsung datang dan duduk di bangku kosong yang ada di depanku.
"Sorry, udah lama ya nunggunya?" Tanyanya sambil mengelap keringat yang jatuh di dahinya. Cuaca di luar memang sedang sangat panas.
"Ngga kok." Jawabku sambil tersenyum.
"Kamu udah pesen minuman?" Tanyanya sambil membuka menu yang kebetulan ada di atas meja. Aku memang baru saja memesan minuman karena menunggunya.
"Udah kok. Kamu juga pesen aja. Enakan makan apa ya hari ini?" Tanyaku sambil ikut membuka menu makanan.
"Sorry La, aku habis ini ada kerjaan jadi ngga bisa lama-lama." Katanya. WHAT?! Kerjaan ini kan hari sabtu. Aku tahu Bernard memang adalah seorang manager showroom mobil ternama tapi aku tidak pernah melihatnya bekerja saat weekend seperti ini.
"Kerjaan apa? Ini kan hari sabtu." Kataku heran. Bukankah ini seharusnya hari dimana dia memberikan kejutan untukku? Bagaimana mungkin dia melakukannya di waktu yang singkat?
"Aku harus ketemu client. Ada tamu VIP yang mau dateng hari ini." Kata Bernard. Aku menghela nafas panjang. Kenapa perayaan ke 13 bulan kami jadian ini harus dibatasi dengan pekerjaannya. Mungkin karena kita berdua sama-sama sibuk juga akhirnya hubungan kami tertelantar selama beberapa minggu terakhir ini.
"Ya udah. Kita ngobrol-ngobrol aja." Kataku dengan sedikit kecewa.
"Gimana interview kemarin?" Tanya Bernard. Aku menghela nafas panjang. Aku masih mengingat reaksi para senior yang menilaiku kemarin. Katanya aku memenuhi seluruh persyaratan yang mereka inginkan tapi menurut mereka aku tidak akan cocok bekerja di perusahaan mereka karena mereka membutuhkan pegawai laki-laki. Memangnya ada yang salah dengan seorang perempuan bekerja sebagai teknisi? Aku tahu aku memang fisikku kalah dibandingkan dengan laki-laki, tapi aku tidak selemah itu dan aku juga pekerja keras. Kenapa sampai detik ini tidak ada perusahaan yang mau menerimaku hanya karena aku seorang perempuan.
"Gagal lagi. Kenapa sih susah banget buat cewek ngelamar sebagai teknisi? Padahal IPK aku juga lumayan bagus." Kataku mengeluh.
"Tenang aja, aku yakin kok kamu pasti bakal bisa kerja di perusahaan yang bagus nantinya." Kata Bernard meyakinkanku. Dia memang selalu men-supportku seperti ini. karena itulah aku sangat berterima kasih padanya.
"Kamu sendiri gimana? Showroom kamu banyak pengunjungnya?" Tanyaku.
"Aku juga ngga ngerti apa yang terjadi tapi akhir-akhir ini banyak banget pengunjung di showroom aku." Kata Bernard. Walaupun situasiku sedang tidak baik karena belum menemukan pekerjaan yang pas, aku ikut lega karena setidaknya pekerjaan Bernard berjalan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...