I Julius Calvin Bose, take you, Renata Shelton Hershfield, to be my one true love.
I promise to honor you,
to be loyal to you,
to encourage you when you are down,
to support you whenever you are sad,
to laugh at your silly jokes,
to share every joyful moments we will have ahead of us,
to cherish you,
to be both your best friend and your guidance,
to be your light in the dark,
to always be with you through good and bad times,
to grow old and wrinkly with you,
to protect you from any danger,
and to give back the happiness that you gave me a thousand fold larger through the rest of my life.Itu adalah isi wedding vow kak Julius yang membuat seluruh perempuan yang hadir di gereja luluh dan kak Renata menangis sampai-sampai kita semua tidak bisa mendengar perkataannya saat dia mengucapkan wedding vows-nya. Memang mereka berdua berjanji untuk tidak memberi tahu isi wedding vows mereka masing-masing sampai hari H. Mungkin karena itu kak Renata benar-benar tidak menyangka bahwa kak Julius akan mengatakan kata-kata diatas. Mama yang jarang menangis juga sampai terharu saat mendengar ucapan kak Julius. Hmm... mungkin bukan hanya karena terharu, tapi juga karena setelah ini kak Julius akan pindah ke rumah barunya bersama kak Renata.
Setelah acara nangis menangis di gereja tadi, semuanya terlihat cukup lelah. Apalagi mama yang sampai tidur masih dengan full make-up di dalam kamar hotel. Papa yang harus menunda pekerjaannya karena dipotong dengan acara ini, saat ini duduk di kasur tempat mama tidur dan sibuk dengan laptop yang dibawanya. Vino yang memang tidak terbiasa dengan semua prosesi ini, juga sudah kembali ke kamar hotelnya dan sepertinya juga tidur karena terlau lelah. Aku tadinya juga ingin beristirahat di dalam kamarku, tapi karena aku harus men-touch up make up-ku di dalam kamar mama, aku tidak diberi kesempatan untuk tidur.
"La, kamu masih temenan baik sama Ryu?" Tanya papa tiba-tiba.
"Hah? Kok tiba-tiba nanya gitu?" Tanyaku kaget.
"Ngga papa. Papa pengan nanya masalah cruise yang dulu pernah dia tawarin." Kata papa.
"Bukannya taun lalu papa udah pake tiket tour-nya sama mama?" Kataku.
"Emang. Tapi akhir-akhir ini papa ngerasa perlu waktu berdua lagi sama mama. Lagian tour dia pas banget. Soalnya papa sama mama kan ngga bisa ninggalin Vino lama-lama." Kata papa.
"Kenapa papa ngga minta tolong sama kak Renata aja. Kan kak Renata udah jadi keluarga kita. Lagian kak Renata pasti bantuin papa. Lagian apanya yang perlu waktu berdua, orang kemaren aja papa sama mama mesra-mesraan di dapur. Waktu itu aku pura-pura ngga liat aja." Kataku ke papa. Aku malas sekali jika harus mengajak Ryu bicara kedepannya. Lagipula aku tidak tahu cara menghubunginya sejak aku men-delete nomor handphonenya dulu.
"Kan kamu lebih deket sama Ryu." Kata papa. Idih, kok papa sampai punya image seperti itu sih tentang hubunganku dnegan Ryu.
"Ngga kok. Ini pasti kak Julius yang sembarangan sebar-sebar gossip. Aku sama Ryu ngga deket lagi sejak aku quit." Kataku.
"Tadi pagi papa liat kamu ngobrol berdua sama Ryu pake senyum-senyum segala. Papa pura-pura ngga liat aja tadi." Kata papa sambil meng-copy perkataanku barusan. Ih, sebenernya papa itu papaku atau papa Ryu sih.
"Ih, ya udah. Ntar kalo aku ketemu sama dia, aku tanyain." Kataku menyerah.
"Kalo kamu masih belom pacaran juga sama dia karena papa dan mama, kamu ngga usah khawatir masalah itu." Kata Papa lagi tiba-tiba.
"Idih, papa sejak kapan sih jadi kayak mak comblang gitu." Kataku ke Papa. Papa memang jarang sekali membuat komentar masalah hubunganku dengan laki-laki manapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...