Sudah dua minggu berlalu sejak kejadian itu. Tidak butuh waktu lama untuk semuanya kembali normal. Semua yang tahu tentang kejadian itu tidak pernah mengungkitnya lagi. Bahkan Ryu bertingkah seakan-akan kejadian itu tidak pernah terjadi. Semuanya sudah kembali normal, dan aku juga sudah tinggal di apartemen baru. Kemarin, video preview untuk iklan permainan baru sudah diberikan, dan hari ini, video itu diputar di semua TV yang ada di lobby dan lift kantor. Karena itu, hari ini banyak yang berdiri di lobby hanya untuk melihat iklan itu. Entah karena banyak perempuan sexy atau memang semua orang sangat mengagumi Fiona yang memang saat ini sedang naik daun. Walaupun semua proyek besar sudah berlalu, entah kenapa sepertinya Ryu masih saja terlihat sibuk sampai-sampai aku tidak melihat batang hidungnya dari sejak dia mampir ke rumahku untuk BBQ. Aku sendiri sudah tidak terlalu sibuk karena memang proyek kemarin sudah selesai, sehingga yang perlu aku lakukan hanya membantu Vincent untuk melakukan maintenance.
"Eh eh eh lo uda denger gossip baru belom?" Tanya Arka tiba-tiba. Dia memang suka sekali bergossip. Aku sendiri heran kenapa ada laki-laki yang berkelakuan seperti tante-tante arisan.
"Buset deh, lo tuh tukang gossip banget." Kataku.
"Emangnya lo ngga penasaran? Ini tentang Ryu loh." Kata Arka sambil menaikkan kedua alisnya seperti menggodaku untuk bertanya.
"Ngapain juga gue harus penasaran? Emangnya gue baby sitternya Ryu?" Tanyaku.
"Lo kan ada 'something' sama Ryu. Itu tuh udah rahasia umum tau." Kata Arka. What? Memangnya seluruh kantor mempunyai image seperti itu tentang hubunganku dengan Ryu. Pantas saja dari dulu semua orang sepertinya tidak berani mengobrol denganku.
"Idih, jangan bilang lo yang sebarin gossip kalo gue ada sesuatu sama Ryu. Orang kita ngga ada apa-apa kok." Kataku mengelak.
"Anyway, menurut ceritanya katanya ada yang pernah liat dia jalan di toko bayi berdua doang sama cewek hamil gitu. Kalo dia ngga punya istri, kenapa dia bisa jalan-jalan sama cewek kayak gitu?" Arka mengabaikan perkataanku dan masih tetap memberitahukanku tentang gossip itu. Huh? Masalah cewek hamil? Jangan-jangan itu perempuan yang bertemu di club dulu. Jangan bilang kalau ternyata Ryu memang tidur dengannya dan akhirnya perempuan itu hamil.
"Ya udah lah, biarin aja. Lagian dia kan emang banyak cewek." Kataku berusaha terlihat cuek.
"Gossip melulu!" Kata Vincent sambil memukul kepala Arka dengan map dan menghentikan pembicaraan kami.
"Nih, kerjain." Kata Vincent memberikan map itu ke Arka. Sambil cengengesan, akhirnya Arka kembali bekerja.
"La, lo di panggil Ryu ke ruangannya." Kata Vincent kepadaku. Aku sendiri bingung karena setahuku aku tidak punya urusan dengan Ryu. Apalagi sepertinya pekerjaanku juga tidak memiliki masalah.
Setelah membereskan pekerjaanku, aku pergi ke ruangan Ryu. Aku menyapa bu Helen dan memastikan bahwa Ryu memang ada di dalam ruangannya. Setelah itu, aku mengetuk pintunya dan masuk ke dalam ruangan Ryu. Ryu sedang memakai headphone dan melihat sesuatu sehingga sepertinya dia tidak sadar bahwa aku baru saja masuk ke dalam ruangannya. Melihat dia yang focus seperti itu entah kenapa dia terlihat sedikit charming. Tunggu... kenapa aku bisa berpikir bahwa dia itu charming? Aku pasti sudah gila. Dengan buru-buru aku mengalihkan pikiranku dan kembali fokus.
"Ada apa?" Tanyaku sambil menarik kursi yang ada di depan ruangannya.
"Oh, lo udah dateng." Kata Ryu sambil melepaskan headphone-nya.
"Lo ada acara buat new year ngga?" Tanya Ryu. New Year? Bukannya seharusnya hari itu kantor libur? Jangan bilang kalau dia ingin masuk ke kantor. Lagipula dia kan memang sering sekali memberikanku pekerjaan yang aslinya bukan tugasku. Memang sih mama, papa dan Vino sedang liburan di Bali sampai tahun depan. Kak Julius juga sepertinya akan merayakn tahub baru dengan kak Renata. Teman-teman baikku sendiri juga ada acara keluarga. Sepertinya tahun ini aku tidak akan merayakan tahun baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...