Chapter 10: Baby Sitting

27.3K 1.6K 15
                                    

"Oke, gue bakal atur buat pembangunan biar bisa dimulai minggu depan." Kata Ryu setelah mendengarkan presentasi dari kami tentang permainan yang sudah kami design. Vincent memberikan tanda jempol pada kami semua yang memang sudah bekerja keras berminggu-minggu untuk menyempurnakan permainan itu.

Setelah selesai meeting, Ryu membahas masalah lokasi dimana kami akan membangun permainan itu. Detail tentang project termasuk perusahaan pembangunan dan bahan-bahan pembangunan ditentukan saat itu juga. Karena menentukan semua itu, meeting berlangsung satu jam lebih lama dari biasanya. Setelah selesai, kami semua membereskan barang-barang kami untuk kembali ke ruangan kami. Setelah disetujui oleh Ryu, langkah selanjutnya adalah membagi tugas. Saat aku selesai membereskan kertas dan membawa tabletku, tiba-tiba saja Ryu menahanku. Dia menunggu saat semua orang pergi dan baru memulai pembicaraan.

"Gue perlu ngebahas sesuatu sama lo. Bisa ketemu habis pulang kantor ngga?" Tanya Ryu.

"Ngomongin masalah apa?" Tanyaku. Aku memang sedikit bingung karena jujur saja beberapa minggu ini Ryu jarang sekali mengajakku berbicara. Entah kenapa aku merasakan firasat buruk.

"Jadi bulan depan bakal ada pool party dan kita akan ngundang semua tamu VIP dan sponsor. Sekertaris gue udah ngasih gue beberapa concept tapi gue masih belom bisa nentuin mana yang cocok. Lo bisa bantu gue ngga?" Tanyanya.

"Kenapa lo harus nanya gue? Kenapa ngga nanya kak Vincent aja. Dia kan udah kerja disini lebih lama dari gue?" Kataku heran. Kenapa juga dia harus membahas masalah itu kepadaku? Setahuku pekerjaanku tidak termasuk memberikan konsultasi bisnis. Lagipula, aku belum tahu terlalu banyak tentang perusahaan ini.

"Vincent ngga bisa di ajak ngomong masalah itu. Lagian kayaknya lo tertarik dengan event-event kayak gitu." Kata Ryu. Ya ampun, hanya karena aku pernah memberikan usul sekali, sekarang dia menyangka bahwa aku memang benar-benar seorang event organizer.

"Fine. Ntar gue ke ruangan lo habis gue selesai kerja." Kataku akhirnya. Ternyata dia tidak puas membuatku sebagai pegawainya sekarang aku harus membantunya menjadi event organizer. Awalnya aku sudah curiga kenapa dia menggaji orang yang tidak berpengalaman sepertiku setinggi itu. Ternyata dia ingin memanfaatkanku semaksimal mungkin.

"Oke." Katanya lalu keluar dari ruangan. Aku juga keluar dari ruangan meeting dan berkumpul dengan yang lainnya di ruangan design.

"Tadi Ryu nanya apa sama lo?" Tanya Arka.

"Ooh nanya masalah event bulan depan." Kataku.

"Kok dia nanya sama lo? Kan itu bukan kerjaan lo." Kata Arka. Exactly! Please someone tell him. Kalau saja dia bukan atasanku, pasti aku sudah complain.

"Waktu gue magang di kapalnya gue pernah usulin event dadakan trus kayaknya responnya lumayan bagus. Dengan kata lain, dia mau bikin gue kerja rodi. Emang dasar devil." Kataku sambil mencela Ryu di belakangnya.

"Atau mungkin juga dia lagi cari-cari kesempatan buat berdua sama lo." Kata Arka. Aku melihatnya dengan muka jijik. Seorang Ryu mencari kesempatan berdua? Sangat tidak masuk akal. Yang ada di kepala laki-laki itu kan hanya kerja.

"Gue yakin seratus persen bukan karena itu." Jawabku mantab.

Pembicaraan kami berhenti karena tiba-tiba saja mama meneleponku. Tumben sekali mama meneleponku siang-siang seperti ini. Sejak aku pindah rumah, aku dan mama memang jadi jarang berbicara. Dengan cepat aku pergi ke luar ruangan dan ke teras untuk menerima telepon dari mama.

"Kenapa ma?" Tanyaku sambil mengangkat teleponnya.

"Malem ini Vino bisa nginep di tempat kamu ngga?" Tanya mama.

The Devil in SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang