Setelah mendapatkan sponsor dari Jepang, akhirnya pembangunan diteruskan dengan lancar. Setelah dirombak sana-sini selama berbulan-bulan, akhirnya hari ini kami siap untuk menyatakan bahwa wahana permainan ini sudah selesai. Acara upacara pembukaan pun dimulai. Aku yang selama beberapa bulan kebelakang ini menghindari Ryu mau tidak mau hari ini harus bertemu dengannya karena kami semua bertugas untuk memotong pita hari ini. Karena akan difoto untuk acara peresmian, aku sudah berpakaian rapi dan memakai sedikit make up. Kami semua berkumpul di depan tempat bermain tersebut. Banyak wartawan dan editor majalah yang datang untuk mengambil foto wahana baru ini. Satu persatu kami berjalan ke tengah dan lampu blitz kamera mulai berkelap-kelip.
"Kakak yang perempuan bisa di tengah ngga? Biar fotonya lebih bagus." Teriak seorang wartawan yang diikuti oleh seruan setuju dari wartawan wartawan yang lainnya.
Dengan terpaksa aku pindah ke tengah karena hanya akulah satu-satunya perempuan yang disorot oleh kamera. Vincent yang tadinya berdiri di sebelah Ryu memberikan sengga kosong agar aku berdiri diantara mereka. Walaupun terpaksa akhirnya aku berdiri juga di sebelah Ryu.
"Kok kayaknya lo ngehindarin gue terus belakangan ini?" Tanya Ryu. Aku menengok ke arahnya. Kenapa dia harus bertanya tentang itu di saat-saat kami disorot kamera seperti ini?
"Siapa yang ngehindarin lo? Emang gue lagi sibuk aja." Kataku menjawab pertanyaannya. Seketika itu juga mereka memberikan kami gunting.
"Sibuk gimana? Orang waktu gue liat lo jalan aja tiba-tiba lo menghindar gitu." Kata Ryu.
"Emangnya lo ngga denger gossip-gossip orang kantor apa? Gue udah capek diomongin dibelakang terus. Belom lagi cewek-cewek banyak yang musuhin gue gara-gara gue digossipin deket sama lo. Jadi mendingan gue jaga jarak aja." Kataku memberikan alasan. Mc yang berada di acara langsung menyruh kami untuk mulai memotong pita.
"Bukannya kita emang ada apa-apa?" Kata Ryu yang membuatku kaget saat sedang memotong pita sehingga jariku sedikit tergores oleh gunting. Secara reflek, aku langsung menghisap darah yang keluar dari jariku. Memang dasar si devil itu. Kenapa dia selalu melakukan kejahatan tanpa perduli tempat dan waktu? Tukang copet aja beraksi kalau tidak ada polisi dan di keramaian.
"Sini." Kata Ryu sambil membalutkan sapu tangannya di jariku. Aku tidak tahu bahwa masih ada saja yang membawa sapu tangan. Entah karena dia gentleman atau dia emang berjiwa bapak-bapak.
"Ngga papa. Biar gue balut sendiri aja." Kataku sambil merebut sapu tangan itu. Aku tidak mau sampai ada adegan apapun terrekam oleh kamera.
Setelah selesai memotong pita, Ryu memberikan speechnya. Acara dilanjutkan dengan tour keliling wahana baru ini dan trial untuk beberapa wartawan khusus. Selama tour, Ryu sendiri yang menjelaskan tentang permainan ini kepada para wartawan. Sedangkan, untuk hal teknikal, Vincent yang memberikan penjelasan. Setelah selesai, kami semua kembali ke dalam ruangan kami. Reson dari para wartawan sepertinya cukup baik sehingga Vincent juga terlihat puas. Walaupun aku masuk di tengah-tengah project, aku sudah merasa seperti bagian dari mereka selama bekerja disini.
"Eh la, lo denger ngga? Besok kan ada shooting iklan kita tuh, trus Fiona mau jadi bintang iklannya, lo mau temenin gue volunteer buat jadi teknisi ga?" Tanya Arka tiba-tiba.
"Ngga ah. Ngapain gue ikut? Yang ngefans sama Fiona kan lo." Kataku.
"Ayolah... disini ngga ada yang bisa gue paksa-paksa lagi nih. Ntar gue traktirin makan siang deh." Kata Arka membujukku.
"Ya elah. Gue kira lo fansnya Nana. Ngga setia amat jadi fans." Kataku.
"Bukannya gue ngga setia. Gue kan penghormat wanita..." Katanya beralasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...