Chaper 16: Weak Heart

23.6K 1.5K 18
                                    

"Yuk, makan siang La." Ajak Arka. Aku memang selalu makan siang bersama dengan anggota tim lainnya.

"Sorry nih, gue udah ada janji sama temen gue." Jawabku. Aku memang sudah berencana untuk menjenguk Melanie siang ini untuk memeriksa keadaannya sekaligus memberikan peralatan tidur bayi yang dibelinya kemarin.

"Yaaah, padahal tadi Ryu ngajakin makan siang bareng. Yakin ngga mau ikut?" Tanya Arka lagi. Aku mengerti kenapa Arka dan anggota tim lainnya suka sekali jika Ryu mengajak mereka makan bersama, karena pada akhirnya mereka bisa makan sebnayak-banyaknya tanpa membayar satu rupiah pun. Jadi Ryu akan ikut makan siang? Makin memperkuat keputusanku untuk menolak saja. Setelah kejadian kemarin aku benar-benar terlalu malas untuk bertemu dengan orang itu.

"Gue bener-bener ngga bisa hari ini. Sorry. Next time deh." Kataku dengan buru-buru membereskan barang-barangku dan bersiap-siap untuk pergi.

"Ya udah deh. Lo mau kemana emangnya?" Tanya Arka.

"Nengokin temen gue yang lagi sakit." Jawabku.

"Oooh. Ya udah deh." Kata Arka.

"Gue permisi pergi dulu ya." Aku berpamitan pada Arka dan team memberku yang lainnya.

Sebelum pergi, aku memutuskan untuk memberi tahu teman-teman baikku yang lainnya mengenai Melanie. Aku tidak tahu nantinya dia akan marah atau tidak, tapi menurutku saat ini dia pasti sedang membutuhkan support dari teman-teman terdekatnya. Setelah itu, aku pergi ke rumah Melanie dengan cepat. Saat sampai, aku memeriksa handphoneku dan ternyata sudah ada 100+ chat dari yang lain yang belum aku baca. Aku tahu mereka semua pasti kaget dengan kabar yang aku sampaikan itu, tapi untuk saat ini aku ingin menemui Melanie dulu. Aku memencet bell pintu rumahnya dan pembantu rumah Melanie datang dan menyambutku.

"Mbok, Melanienya ada?" Tanyaku ke bi Yati, pembantu Melanie.

"Ada non. Aduh, dari kemaren ngga mau makan dan ngga mau keluar kamar. Si nyonya juga pusing." Kata bi Yati sambil mempersilahkanku masuk. Aku dapat membaca ekspresi prihatinnya.

"Oh ya? Saya boleh nengokin ngga bi?" Tanyaku.

"Silahkan non. Semoga aja non Melanie berubah pikiran dan akhirnya mau keluar." Kata bi Yati.

Untuk masuk ke kamar Melanie, aku harus melewati ruang makan rumah itu dulu. Aku bisa melihat mamanya Melanie yang duduk di meja makan sambil mendesah berkali-kali sambil melihat ke arah makanan yang ada di depannya. Pasti dia baru saja mencoba untuk membawakan makanan untuk Melanie. Aku menyapa tante Herra, mama Melanie yang sepertinya belum sadar dengan kehadiranku.

"Permisi tante." Sapaku ke tante Herra.

"Loh Olla, ada apa kesini?" Tante Herra sepertinya benar-benar terkejut dengan kehadiranku.

"Ini tante, ngangterin belanjaannya Melanie yang kemaren ketinggalan." Jawabku. Memang salah satu tujuanku selain menjenguk Melanie kan untuk memberikannya peralatan tidur bayi ini.

"Ya ampun, repot-repot. Makasih ya." Kata tante Herra sambil menerima kantung belanjaan milik melanie itu.

"Gimana keadaan Melanie tante?" Tanyaku mencoba untuk mencari tahu keadaan sekarang.

"Itu dia. Tante juga heran. Belum pernah tante liat dia sedepresi ini. Kamu tau ngga dia kenapa bisa gitu?" Tanya tante Herra bingung.

"Aduh, aku ngga enak ngejelasin tanpa seijin Melanie tante." Kataku menjawab.

"Ya ampun, kamu tuh. Ngga papa-lah. Kan tante orang tuanya Melanie. Buat apa pake rahasia-rahasiaan segala?" Kata tante Herra mendesak. Aku benar-benar bingung harus berbuat apa. Bahkan aku belum membalas semua pesan-pesan dari teman-temanku saat ini.

The Devil in SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang