Acara berlanjut sampai malam. Pemain band yang sudah disewa untuk bernyanyi juga sudah berganti. Kebanyakan orang yang datang dari tadi pagi sudah pulang sedangkan pengunjung baru yang kebanyakan terdiri dari teman-teman kerja Ryu datang. Sebagian besar memang adalah CEO muda. Karena itulah, saat ini banyak sekali pegawai perempuan yang sibuk menebar pesonanya di kanan dan kiri. Apa lagi saat melihat mereka di toilet tadi, beberapa dari mereka menebalkan bedak di mukanya sampai-sampai jika dilepas, bisa dijadikan topeng. Karena kakiku yang masih 'pincang' ini, aku memutuskan untuk duduk di pinggir kolam. Karena aku sudah menyelesaikan novel yang kubawa tadi, aku akhirnya menghabiskan waktuku dengan menyemil di pinggir kolam.
"Makan terus. Emangnya lo ngga takut gendut?" Suara sinis itu muncul di dekatku tiba-tiba. Nana duduk di kursi yang ada di sebelahku.
"Habis gue mau ngapain lagi? Gue kan ngga bisa gerak juga, jadi ngga bisa main sama sekali." Kataku berusaha menanggapinya dengan sabar.
"Kenapa lo ngga ngobrol bareng sama Ryu-nii aja?" Tanya Nana sambil menunjuk ke arah Ryu yang memang kebetulan ada di dekat kami. Aku sendiri heran kenapa Nana malah pergi kesini dan mengobrol denganku bukanya malah berkumpul dengan kakaknya dan teman-temannya itu. Setahuku kan memang hubungan kami tidak baik. Ditambah lagi dengan penyakitnya yang brother complex itu.
"Kenapa gue harus ngobrol sama dia? Gue sama dia kan cuman punya hubungan kerja doang. Kalo ngga ada masalah kerjaan, ya kita ngga perlu ngobrol." Kataku ke Nana. Lagipula selama ini, jika bukan karena pekerjaan, pasti kami berdua selalu bertengkar.
"Kalian berdua mau sampe kapan sih bohongin gue? Waktu gue tanya ke kak Ryu juga dia bilang kalian ngga ada apa-apa, tapi sejak gue dateng kesini, kalian berdua selalu aja keliatan mesra berdua." Kata Nana dengan kesal. Apa mata anak ini katarak? Apanya yang mesra? Sepertinya brother complex-nya itu sudah sangat akut sampai-sampai dia menganggap hubunganku dan Ryu yang seperti kucing tikus ini jadi mesra.
"Kayaknya itu lo deh yang salah. Gue sama Ryu ngga pernah ngelakuin hal-hal mesra sama sekali. Yang ada kita berdua berantem melulu." Jawabku.
"Ya ampun lo itu tuh super dense banget deh. Ngga heran kak Ryu suka kesel sama lo." Kata Nana masih kesal. Tunggu... kenapa Nana tiba-tiba berbicara seperti itu? Seakan-akan dia men-support hubunganku dengan Ryu. Bukankah dia benci setengah mati denganku?
"Kok lo sekarang kayaknya jadi kayak nyoba deket-deketin gue sama Ryu? Bukannya awalnya lo benci gue karena lo ngga pengen gue deket-deket sama Ryu?" Tanyaku dengan bingung.
"Banyak nanya banget sih? Bukan urusan lo juga kali." Katanya dengan jutek. Kenapa kelakuan Nana aneh sekali hari ini. Kemasukan roh apa dia sampai berkelakuan seperti itu? Selagi aku menghabiskan makananku, Nana masih saja duduk di sebelahku sambil membaca majalah fashion yang dibawanya.
"Lo ngga papa duduk disini sama gue?" Tanyaku kepada Nana.
"Well, gue emang tadinya pengen ngobrol sama kakak gue, tapi ngeliat lo yang duduk sendirian dengan pathetic kayak gini, gue jadi kasian juga." Katanya. Sifat menyebalkan Nana ternyata masih belum berubah. Maksudnya memang baik dan aku berterima kasih kepadanya karena sudah mau menemaniku, tapi apa perlu dia menghinaku seperti itu? Aku mulai menyesal karena mencoba untuk berbasa-basi dengannya.
"Ternyata kata orang-orang bener, cewek cantik itu pasti ngumpulnya sama cewek cantik juga." Seseorang tiba-tiba saja muncul. Sepertinya Ryu dan teman-temannya itu sudah selesai berbicara dan malah berkumpul di tempatku dan Nana duduk. Ryu yang tadinya berdiri langsung duduk di space kosong yang ada di sebelahku.
"Apa? Jangan sama-samain gue sama dia. Jelas-jelas gue jauh lebih cantik." Kata Nana dengan angkuhnya. Percaya diri Nana memang sudah tingkat dewa walaupun memang benar sih dia sangat cantik. Lagipula jangan bandingkan aku dengan idol Jepang. Tentu saja jauh berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...