Chapter 23:BBQ

19.7K 1.2K 43
                                    

Kami semua akhirnya sampai juga di restoran yang dituju. Selama di perjalanan tadi aku benar-benar tidak berani berkata apapun di depan Ryu. Karena itu, suasana mobil jadi sepi. Kak Julius sendiri menyetir mobil yang berbeda karena dia tadi datang bersama kak Renata. Aku melihat-lihat menu karena ini baru pertama kalinya aku datang ke restoran ini. Yang memilih restoran juga sebenarnya kak Julius. Aku sendiri bingung sejak kapan kak Julius punya waktu untuk hunting restoran? Setelah memesan makanan, tiba-tiba saja mama telepon.
“Hallo?” Aku menjawab telpon mama.
“Eh kamu ntar malem makan malem di rumah ya. Mama mau ngadain acara barbeque. Nanti ada temen-temen mama papa juga.” Kata mama.
“Oh ya udah. Nanti aku dateng deh.” Kataku. Biasanya kalau ada acara seperti itu, biasanya banyak temen mama yang menginap di rumah soalnya papa pasti ajak mereka minum-minum. Jadi kemungkinan besar aku juga bisa menginap di rumah hari ini. Lagipula aku merasa sangat awkward jika harus tinggal di tempat Ryu lagi.
“Ya udah ya, mama mau kasih tau Julius dulu.” Kata Mama.
“Eh, kebetulan aku lagi makan siang sama kak Julius nih ma.” Aku memberi tahu mama.
“Loh Kok tumben banget? Ngga ngajaak-ngajak mama sama papa? Emangnya sama siapa aja?” Tanya mama.
“Iya… emang kak Julius tiba-tiba ngajak makan. Sama kak Renata dan Ryu.” Jawabku. Aku tidak mau memberi tahu mama alasan sebenarnya.
“Ya ampun kalian double date? Kok ngga bilang-bilang sih kamu udah jadian sama Ryu?” Tanya Mama. Ya ampun. Mama pasti salah sangka deh. Dari awal Ryu dateng ke rumah, mama memang yang paling semangat tentang Ryu.
“Ngga ma. Ngga jadian kok. Kebetulan aja ketemu.” Kataku berusaha memberikan alasan.
“Ya udah. Kamu ajak aja Ryu sekalian.” Kata mama.
“Ngga usah lah ma. Ntar dia awkward lagi ada di antara keluarga kita.” Aku membantah.
“Ngga papa. Kemaren aja dia udah berhasil ngambil hati semua orang. Ajak aja.” Kata Mama malah mendesakku. Idih, mama tuh kadang-kadang tidak sensitive.
“Ngga ah ma, ngga enak.” Aku masih berusaha membantah. Hal terakhir yang aku mau adalah jika Ryu sampai ikut acara keluargaku. Bisa-bisa hubungan kami jadi benar-benar aneh. Mana ada atasan yang pake ikut-ikut acara keluarga segala? Lagipula hubunganku dengannya sudak cukup awkward sampai saat ini.
“Ya udah, sini kasih telponnya ke Julius.” Kata mama. Untuk sesaat aku lega karena akhirnya mama berhenti mendesakku. Akhirnya aku memberikan handphoneku ke kak Julius.
“Nih, mama katanya mau ngomong.” Kataku sambil menyodorkan handphone-ku.
“Hallo ma, kenapa?... Ooooh bisa kok bisa… Iya ada Renata sama Ryu disini…” Kata kak Julius menjawab pertanyaan mama.
“Katanya kalian berdua disuruh ikut barbeque di rumah gue.” Kata kak Julius dengan seenaknya pada kak Renata dan Ryu. Gimana sih kak Julius? Aku kan tadi sudah mati-matian menolak usul mama. Benar-benar kakak paling tidak peka sedunia.
“Ya udah… iya-iya ngga telat… okeee… bye.” Kata kak Julius lagi sambil menutup handphone-ku dan mengembalikannya padaku.
“Mama maksa lo buat dateng.” Kata kak Julius ke Ryu.
“Gue pasti dateng kok. Jam berapa emangnya?” Tanya Ryu.
“Masih lama. Ngomongnya sih jam 5 tapi biasa ngaret-ngaret sampe jam 6.” Kata kak Julius.
“Tenang aja. Ntar gue dateng jam 5.” Kata Ryu. Aduh! Kenapa sih dia pakai setuju segala untuk datang ke rumahku? Pasti nanti di rumah banyak yang bertanya-tanya tentang hubunganku dengannya.
“Oke, balik ke masalah semula. Kok lo ngga ngasih tau gue sih kalo si kampret itu nyamperin lo?” Tanya kak Julius seperti menginterogasi.
“Ih, kamu nanyanya jangan gitu dong. Kan Olla baru aja ngalamin kejadian ngga enak.” Kata kak Renata memarahi kak Julius.
“Kebetulan waktu itu gue lagi nelepon Olla, jadi mungkin secara reflek dia langsung minta tolongnya sama gue. Udah gitu emang gue yang nyuruh dia buat ngga tutup teleponnya. Soalnya gue sendiri juga takut kalo sampe ada apa-apa. Habis itu kan lo tau sendiri gue udah coba telpon lo, tapi udah larut banget jadi lo juga udah tidur.” Kata Ryu membelaku.
“Ya ampun. Untung aja pas itu Ryu nelepon lo. Gila bahaya banget deh cowok jaman sekarang.” Kata kak Julius masih tidak percaya.
“Kakak jangan bilang ke mama papa ya masalah ini. Ntar mereka malah khawatir lagi.” Kataku memperingati.
“Tenang aja. Gue juga ngga berani. Apalagi lo tau papa kan? Bisa-bisa abis tuh si kampret.” Kata kak Julius. Papa memang tergolong cukup protektif. Kata temen mama sih emang dulu pernah ada kejadian besar waktu mama sama papa pacaran. Aku sendiri tidak berani bertanya karena sepertinya mama sama papa tidak ingin kami tahu. Saaat itu makanan sudah datang jadi obrolan kami tersendat.
“Jadi polisi bilang apa?” Tanya kak Julius lagi. Aduh? Dia masih bertanya masalah itu?
“Yah nanya kronologisnya aja. Trus mereka ngambil foto dan ngambil barang bukti.” Kata Ryu.
“Oooh. Trus si kampret itu dipenjara berapa lama?” Tanya Julius lagi.
“Belom tahu sih. Soalnya katanya masih dalam proses penyelidikan. Kalo dia bayar uang penalty-nya juga mungkin nanti dia bisa bebas.” Kata Ryu. Aku benar-benar tidak mau mendengar obrolan mereka lagi. Aku hanya ingin melupakan masalah Bernard untuk sekarang ini.
“Ngomong-ngomong, lo ngapain nelponin Olla mulu?” Tanya kak Renata.
“Hmm… emangnya ngga boleh gue nyariin pegawai gue? Lagian waktu itu gue udah liat mobilnya parkir cuman pas gue cari-cariin kok ngga duduk di meja manapun, udah gitu ngga bisa ditelpon terus. Jadi feeling gue udah jelek banget.” Kata Ryu. Ya ampun, hampir saja aku lupa bahwa dia itu adalah temannya detektif Conan.
“Perasaan gue ngga seperhatian itu deh sama pegawai gue.” Kata kak Julius menyindir. Memang kadang-kadang aku sendiri heran karena Ryu terlalu mengurusi urusanku.
“Emangnya lo ngga ngerti maksud gue?” Tanya Ryu sambil memandang kak Julius sambil tersenyum penuh arti.
“Ati-ati loh. Dia tuh adek gue.” Kata kak Julius membalasnya dengan serius.
“Repot yah la, punya kakak cowok. Protective banget.” Kata kak Renata padaku.
“Hmm… emang kak Julius tuh ngga pernah suka sama semua pacar gue.” Kataku ke kak Renata. Kadang-kadang aku sampai bingung. Sebenarnya yang pacaran itu, aku atau kak Julius. Pantas saja dia single terus sampe sekarang.
“Lo nyari pacar kayak gitu sih… ngga charismatic sama sekali.” Kata kak Julius.
“Mendingan aku masih punya cowok, kakak kan lama tuh single. Udah gitu di kantor juga galak banget kayak boss gangster sampe-sampe pegawai kakak ngga ada yang berani semua.” Kataku mengejek kak Julius. Kak Renata dan Ryu akhirnya tertawa dan kak Julius menundukkan mukanya karena malu.
“Ngomong-ngomong kapan kalian jadian? Kok ngga bilang ke gue?” Tanya Ryu.
“Hmmm? Kapan ya? Waktu kamu pertama kali nginep di hotel itu bukan ya?” Tanya kak Julius ke kak Renata yang langsung ditutup mulutnya oleh kak Renata.
“Ooooooh. Ternyata hubungan kalian udah sejauh itu? Gue bisa expect undangan soon dong.” Kata Ryu menggoda kak Julius dan kak Renata.
“Ngga-ngga. Kita ngga ngapa-ngapain kok.” Kata kak Renata mencoba untuk menyangkal.
“Its too late… semua orang juga udah tau kita ngapa-ngapain.” Kata kak Julius membuat kak Renata sambil menyikut badannya.
“Iiiih, kok kamu ngomong gitu sih?” Katanya kesal.
“Emang ih kak Julius sejak kapan jadi mesum gitu sih?” Kataku dengan kesal. Mendengar kisah cinta menjijikkan kakak sendiri itu sepertinya cukup membuatku terganggu.
“Ya elah, anak kecil… ntar juga tau.” Kata kak Julius mengejekku.
Acara makan dilanjutkan dengan obrolan kak Julius dan kak Renata. Aku benar-benar mendengar cerita lengkap mereka akhirnya mulai dari mereka bertemu sampai mereka pacaran seperti ini. Sepertinya aku harus mulai sering berkumpul lagi karena aku sudah banyak sekali ketinggalam berita mengenai rumah dan keluargaku. Apalgi si Vino. Aku sudah lama sekali tidak melihat atau mendengar suaranya. Setelah makan, kami semua keluar dari restaurant. Kak Julius berhenti dan melihat ke arahku.
“Lo mau ikut gue atau gimana?” Tanya kak Julius.
“Emang kalian mau kemana?” Tanyaku.
“Paling mau jalan-jalan bentar di mall habis itu baru ke rumah.” Kata kak Julius.
“Kalo gitu gue boleh pinjem Olla ngga?” Tanya Ryu.
“Buat apa?” Tanya kak Julius dengan tatapan curiga.
“Mau nyari makanan atau minuman buat di bawa ke rumah lo.” Kata Ryu.
“Hmm… ya udah.” Kata kak Julius.
Akhirnya kami berdua berpisah dan aku kembali hanya berdua dengan Ryu. Saat di perjalanan, kami berdua memutuskan untuk pergi ke mall karena Ryu ingin membeli wine plus beberapa cemilan. Setelah memarkirkan mobil, kami langsung masuk ke dalam. Aku hanya mengikuti kemana Ryu pergi saja karena aku sendiri bingung apa yang harus dibeli. Kami berdua masuk ke dalam super market.
“Biasanya keluarga lo beli apa kalo ada BBQ gini?” Tanya Ryu.
“Harusnya sih kalo saos sama daging udah cukup. Beli cemilan aja. Biasanya si Vino tuh suka nyemil nachos. Beli beberapa bungkus aja kali ya. Papa juga nyemilnya banyak.” Kataku. Kami akhirnya pergi ke arah bagian chips dan membeli nachos yang biasanya keluargaku beli.
“Sama beli juice botolan sama soda aja kali ya. Mama kadang-kadang juga suka bikin cocktail di rumah.” Kataku meneruskan.
Akhirnya kami membeli beberapa jus buah dan soda. Saat di depan kasir, aku merogoh isi tasku untuk membayar semua barang yang kami bawa. Tiba-tiba saja Ryu menahanku.
“Ngga usah. Kan gue yang diundang sama nyokap lo. Ngga enak gue kalo dateng ngga bawa apa-apa.” Kata Ryu. Akhirnya aku membiarkan Ryu yang membayar belanjaan itu.
Setelah dari super market, kami berdua langsung pergi ke salah satu wine store yang ada di dalam mall. Saat kami masuk, seorang pelayan perempuan menyambut kami dengan ramah. Ryu langsung meminta untuk ditunjukkan koleksi wine-nya. Aku memang benar-benar clueless masalah wine. Saat dijelaskan oleh pelayannya juga aku hanya bisa diam sambil melongo. Pegawai itu memberikan kami beberapa tester. Aku meminum beberapa tester tersebut. Menurutku semuanya lumayan enak sih apalagi dilihat dari tahunnya yang lama pasti harganya mahal sekali. Aku langsung melihat kea rah Ryu yang sepertinya memilih wine itu dengan serius. Akhirnya Ryu memutuskan untuk membeli sebuah wine. Saat dia memberikan kartu kreditnya aku mengintip bill yang dikeluarkan. Saat aku melihat tulisan itu, aku hampil melongo karena ragu apa pelayannya tidak salah memasukkan harganya. Aku melihat ke arah Ryu dengan heran. Untuk apa dia membeli wine semahal itu hanya untuk dibawa BBQ? Ekspresi Ryu menunjukkan seperti dia sudah terbiasa melakukannya. Sebenarnya sekaya apa sih laki-laki ini?
“Yuk pulang.” Kata Ryu sambil membawa seluruh belanjaan kami ke dalam mobil.
Karena dulu dia memang sudah pernah ke rumahku, dengan mudah dia mencari alamatku di GPSnya bahkan aku baru tahu bahwa dia menyimpan alamatku di GPSnya dengan title Olla’s Home. Entah aku harus merasa senang atau takut. Karena jalanan yang cukup macet kami tiba di rumah jam setengah lima. Sepertinya om Greyson dan om Valen sudah datang karena aku bisa melihat mobil mereka di depan rumah. Om Greyson dan Om Valen memang teman mama dan papa dari dulu. Sampai-sampai di dalam album fotoku ada foto mereka menggendongku dan kak Julius waktu kami masih kecil. Aku membukakan pintu karena kedua tangan Ryu sudah penuh dengan barang belanjaan. Saat aku membuka pintu, tiba-tiba saja aku terciprat oleh air. Aku melihat Vino yang sednag sibuk menembakkan pistol airnya ke arahku. Aku hampir saja lupa dengan keusilan anak ini. Aku mencoba untuk melindungi diriku dengan tangan dan terus maju, tapi Vino masih saja menyerangku. Kenapa dia pilih kasih sih? Padahal disini ada Ryu juga. Kenapa dia tidak menyerang Ryu?
“Vino…. Udah udah… kan kakanya baru dateng jangan dijailin melulu.” Kata mama langsung menyita pistol mainan Vino. Aku langsung menjulurkan lidahku kearah Vino.
“Kamu juga… masih kayak anak kecil deh.” Kata mama sambil berjalan ke arahku dan Ryu.
“Habis dia sih resek.” Kataku ke Mama.
“Ih, ngga malu apa diliatin Ryu? Yuk masuk Ryu. Aduh repot-repot pake beliin cemilan segala.” Kata Mama menyambut Ryu sambil melihat isi kantong belanjaan.
“Ngga papa kok tante. Ngga repot.” Kata Ryu. Tiba-tiba bulu kudukku merinding karena melihat kelakuan Ryu yang terlalu sopan itu.
“Ya udah langsung ke belakang aja. Papa sama yang lainnya lagi siap-siapin alatnya tuh.” Kata Mama.
Aku langsung jalan meuju kea rah belakang rumah. Papa terlihat sedang mencoba untuk memasang alat barbeque sedangkan Om Greyson dan On Valen duduk sambil mengobrol di gazebo. Aku langsung berjalan dan memeluk papa. Rasanya sudah lama juga tidak bermanja-manja seperti ini dengan Papa.
“Siapa aja yang dateng hari ini?” Tanyaku ke Papa.
“Ada grandma, grandpa, tante Melda, om Dimas, Rico sama Medina.” Kata Papa. Ternyata seluruh keluarga Mama akan datang semua. Tante Melda itu kakaknya mama, sedangkan Rico dan Medina adalah anak tante Melda dan suaminya, om Dimas.
“Permisi om, saya bantu ya.” Kata Ryu tiba-tiba mendekat ke arahku dan papa.
“Iya deh tolong… kayaknya besinya ngga muat nih.” Kata Papa sambil memperlihatkan bagian panggangan yang belum terpasang.
Karena aku memang tidak tertarik dengan pekerjaan mereka, akhirnya aku pergi untuk duduk-duduk di gazebo bersama dengan om Greysin dan om Valen. Kebetulan sekali mama sudah menyiapkan chips dan beberapa saus cemilan sehingga aku bisa memakannya selagi menunggu semuanya disiapkan. Biasanya aku memang membantu mama untuk menyiapkan makanan, tapi untuk saat ini aku benar-benar sedang tidak mood untuk melakukan apapun. Apalagi setelah kejadian kemarin. Semoga saja acara hari ini akan membuatku melupakan kejadian itu.
“La, kok ngga ngenalin pacar kamu ke om sih?” Tanya om Greyson. Pasti yang dia maksud itu adalah Ryu. Aku sudah tahu bahwa aku akan mendapatkan pertanyaan seperti ini, karena itu aku tidak mau membawa Ryu ke rumah ini.
“Dia bukan pacar aku, om. Dia itu boss aku. Kebetulan tadi ketemu bareng sama kak Julius di mall. Trus Mama pake acara ngundang-ngundang dia segala. Makannya aku bawa dia kesini.” Kataku sedikit berbohong. Mana mungkin aku bilang bahwa aku menginap di rumah Ryu kemarin.
“Idiih. Punya boss kayak gitu bukannya buru-buru dideketin. Dia masih single ngga?” Tanya om Valen.
“Single, tapi banyak ceweknya dia.” Kataku mengatai Ryu dari belakang,
“Itu mah normal. Mana ada cewek yang ngga deketin cowok kayak dia. Justru kamu tuh aneh. Uda kerja lama sama dia tapi masih belom ada progress juga.” Kata om Greyson.
“Idiiih. Om aja deh sana yang deketin dia.” Kataku dengan kesal.
“Kalo om 20 taun lebih muda, om bakal deketin dia.” Kata om Greyson dengan nada centil yang langsung membuatku tertawa.
Tak lama kemudian, semua tamu yang diundang akhirnya datang juga. Acara barbeque dimulai. Seperti yang sudah kuduga, semua orang menanyakan tentang Ryu padaku yang akhirnya selalu kujawab dengan kalimat yang sama, yaitu bahwa aku dan dia tidak memiliki hubungan apapun. Aku tahu memang aneh rasanya membawa atasan ke acara keluarga seperti ini, aku sendiri heran kenapa Ryu mau-mau saja diajak kesini walaupun dia tidak mengenal siapapun kecuali aku, kak Julius dan kak Renata. Lagipula kenapa juga mama pakai nekat mengundang Ryu? Setahuku juga dia tidak terlalu dekat dengan Ryu.
Karena sudah lama tidak bertemu dengan Vino, aku benar-benar sudah mulai terbiasa dengan kehidupan yang tenang. Malam ini, tingkah Vino benar-benar membuatku kesal dan lelah. Aku kira kejahilannya akan berhenti setelah aku dihujani air dari pistolnya, ternyata itu hanya permulaan saja. Pertama-tama dia mencampurkan coca-cola milikku dengan cuka yang membuat seluruh mukaku mengkerut saat meminumnya. Lalu, dia mencelupkan daging milikku ke dalam saus yang super pedas padahal aku tidak kuat pedas. Ditambah lagi, saat aku pergi ke kamarku untuk mencari baju ganti, tiba-tiba saja bola pingpong yang terlihat seperti mata jatuh dari dalam lemari membuatku hanpir saja terkena serangan jantung.
Saat jam menunjukkan pukul sembilan, para tamu sudah mulai pulang kecuali om Greyson dan om Valen. Mereka berdua sudah dalam keadaan tidak bisa dipindahkan dari sofa sama sekali. Kejadian seperti ini memang lumayan sering terjadi saat mama mengadakan acara bbq. Jangankan om Greyson dan om Valen, Bahkan kak Julius dan papa buja ikut-ikutan terkapar di ruang tamu. Ryu yang datang juga sepertinya menjadi korban karena papa dan kak Julius tidak berhenti mengisi gelasnya dengan bir.
“Aku juga permisi dulu ya tante.” Kata Ryu sambil berdiri dan membereskan barang-barangnya.
“Eh mau kemana? Emangnya kamu bisa nyetir dengan keadaan kayak gitu?” Tanya Mama.
“Ngga papa kok tante.” Kata Ryu.
“Jangan deh. Malem ini kamu nginep disini aja. Lagian pada nginep disini semua kok. Ntar tante bawain kasur sama selimut. Lagian bahaya. Rumah kamu kan jauh.” Kata Mama.
“Aduh, jadi ngerepotin nih tante.” Kata Ryu.
“Ngga papa. Udah anggep aja kayak rumah sendiri.” Kata Mama.
“Aku juga permisi dulu deh tante.” Kata kak Renata sambil menggendong tasnya.
“Eh, kamu mau pulang sama siapa? Nginep disini juga aja.” Kata Mama.
“Ngga bisa tante, besok pagi aku ada acara keluarga. Ngga papa deh. Nanti aku pesen uber aja.” Kata kak Renata.
“Idiiih. Bahaya tau. Apalagi udah malem-malem gini.” Kata Mama.
“Kalo ngga, aku aja yang anterin ma. Aku ngga banyak minum kok.” Kataku menawarkan.
“Oh ya udah. Anterin gih. Pake mobil papa aja nih.” Kata Mama sambil menyerahkan kunci mobil papa. Aku menganbilnya dan mengantarkan kak Renata pulang. Untung saja rumahnya tidak terlalu jauh.
Setelah mengantarkan kak Renata pulang, aku melihat ke arah ruang tamu yang sudah penuh dengan manusia yang tidur dan tertutup selimut. Suasana di rumah benar-benar sepi. Sepertinya mama dan Vino juga sudah tidur. Aku masuk ke dalam kamarku untuk mandi. Saat aku membuka bajuku, tiba-tiba saja aku melihat bekas cakaran yang belum hilang. Tiba-tiba saja aku mengingat kejadian itu lagi. Kejadian yang membuatku muak dan membuatku merasa kotor. Aku mencoba untuk mengalihkan pikiraku. Dengan cepat aku mandi dan mencuci rambutku. Saat aku keluar dari bath thub, tiba-tiba saja aku menginjak sesuatu yang lembek di lantai.Saat aku mengangkat kakiku, ternyata sudah ada permen karet yang menempel di kakiku. Pasti ini ulah Vino. Itu anak memang usilnya tidak bisa direm. Aku melilitkan handuk di badanku dan dengan satu kaki aku meloncat ke arah kamar kak Julius. Biasanya dia menyimpan alcohol di lemarinya. Untung saja kamar kak Julius ada di sebelahku jadi aku tidak perlu berjalan jauh-jauh.
Saat aku sampai di kamar kak Juliusaku langsung mencari alcohol di dalam lemari meja kerja kak Julius. Biasanya dia menyimpan kotak obat di sana. Aku langsung mencuri alcohol miliknya dan mengelap kakiku dengan alcohol sampai permen karet itu lepas. Saat aku membuang tissue di tong sampah tiba-tiba saja pintu kamar mandi kak Julius terbuka. Aku melihat Ryu yang kelluar dari sana sambil menggunakan baju tidur. Crap! Aku kira dia sudah tidur di ruang tamu. Mana aku hanya memakai handuk lagi sekarang ini.
“Ehm… Nyokap lo yang nyuruh gue buat mandi dan pinjem baju Julius.” Kata Ryu.
“Oh… Gue minjem kotak obat kak Julius.” Kataku. Aduh… untuk apa juga aku menjelaskan kenapa aku kesini? Biasanya juga aku mengobrak abrik kamar kak Julius seenakku.
“Badan lo masih sakit?” Tanya Ryu.
“Ngga kok. Bukan karena itu. Tadi Vino ngerjain gue pake permen karet.” Kataku. Saat ini aku benar-benar ingin kabur karena suasana disini benar-benar awkward.
“Masalah apartemen, lo ngga usah khawatir. Nanti gue cariin lo tempat tinggal baru.” Kata Ryu.
“Ngga papa kok. Lagian kejadian kemaren kan salah gue.” Kataku. Sudah bagus Ryu tidak meminta tanggung jawab karena aku sudah merusak apartemennya.
“Ngga papa. Lagian lo kan menurut kontrak lo gue emang harus ngasih lo tempat timggal.” Kata Ryu.
“Gue ngga keberatan kok nyari apartemen sendiri.” Kataku.
“Gue udah kasih tau Bu Helen buat urus masalah itu secepetnya.” Kata Ryu. Aku akhirnya menyerah. Kalau aku terus memaksa untuk mencari appartemen sendiri, bisa bisa nanti akhirnya kami berdebat semalaman.
“Ya udah, kalo gitu gue keluar dulu.” Kataku sambil berjalan ke arah pintu keluar.
“Next time you’re seducing me, I wont let you go this easy.” Kata Ryu tiba-tiba saja melewatiku dan beristirahat di ruang tamu.

The Devil in SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang