Chapter 20: Japan part 3

23.1K 1.4K 41
                                    

"Hallo." Suara berat pak Ryukichi langsung muncul di telingaku. Crap! Jadi yang akan aku temui bukan Nana, tapi pak Ryukichi? Untuk apa dia menemuiku? Lagipula bukankah tadi Ryu bilang bahwa Nana yang mau menemuiku? Pikiranku saat ini benar-benar kacau.

Tanpa memberiku cela untuk memutuskan apa yang harus kulakukan, pak Ryukichi akhirnya menemukanku diantara sekerumunan orang. Dia tersenyum lalu berjalan menghampiriku. Ya ampun! Apa yang harus kubicarakan dengannya? Lagipula dengan bahasa apa aku harus berbicara dengannya? Dari caranya berbicara kemarin, sepertinya bahasa Indonesianya sangat terbatas. Aku juga tidak yakin dia pintar bahasa Inggris. Bukannya aku rasis, tapi setahuku orang Jepang itu kebanyakan memang tidak pintar bahasa inggris.

"Ayo, mobil saya sudah diparkir di depan." Kata pak Ryukichi sambil merangkul pundakku. Smooth. Sekarang aku tahu dari mana Ryu belajar untuk memperlakukan wanita seperti itu. Like father like son.

"Maaf pak, kita mau kemana ya? Setahu saya, yang akan saya temui adalah Nana." Tanyaku masih bingung.

"Nanti saya akan beritahu. Satu hal lagi, jangan panggil saya pak, pangil saja papa." Katanya. Ternyata laki-laki ini pintar bahasa indonesia juga, walaupun accent jepangnya masih kental sekali. Lebih anehnya lagi, kenapa dia ingin aku memanggilnya papa, bertemu saja baru kemarin. Apa Nana yang memuat pak Ryukichi salah pengertian tentang hubunganku dan Ryu?

"Saya masih belum mengerti, saya kira saya akan bertemu dengan Nana. Lagipula, saya tidak bisa memanggil anda papa." Kataku benar-benar bingung.

"Maaf, saya harus melakukan ini. Jika tidak, saya tidak yakin kamu akan diijinkan oleh Ryu untuk menemui saya." Kata pak Ryukichi telihat tidak merasa bersalah sama sekali. Ya ampun aku tidak percaya bahwa saat ini aku seperti melihat Ryu versi tua. Kenapa dia juga seenaknya saja mengajakku bertemu? Memangnya di keluarga Sakata, tidak ada apa yang perduli dengan pendapatku?

Walaupun aku masih belum mengerti, aku menuruti saja perkataan pak Ryukichi, karena rasanya tidak sopan sekali menolak ajakan orang tua. Aku masuk ke mobilnya yang memang diparkir tidak jauh dari hotel. Perlakuannya benar-benar mirip sekali dengan Ryu, bahkan dia membukakan pintu untukku. Tidak mungkin kan maksudnya mengajakku pergi seperti ini untuk merayuku? Dia kan sudah tua, apalagi aku rasa penampilanku juga tidak semenarik itu untuk digoda. Perjalanan menuju tempat yang aku tidak tahu itu terasa hening. Pak Ryukichi sibuk menyetir sementara aku tidak tahu harus berbicara apa dengan laki-laki tua yang baru aku temui kemarin itu. Kami berdua berhenti di depan sebuah complex perbelanjaan tradisional. Tanpa berbicara sedikitpun, dia menggiringku untuk masuk ke dalam.

"Disni ada toko ramen yang enak banget. Kamu pasti belom makan siang kan?" Tanyanya. Aku mengangguk dan mengikutinya menuju ke tempat yang dia tuju.

Toko ramen, tempat yang pak Ryukichi ajak ini memang terlihat sangat tradisional. Walaupun kecil, tempat ini ramai pengunjung. Aku sendiri heran, bagaimana orang seperti pak Ryukichi bisa makan di tempat seperti ini. Aku kira dia tipe yang makan di hotel berbintang setiap hari. Kami berdua duduk di dua kursi kosong yang berada di depan bar ramen. Seorang bapak tua yang memakai handuk di kepalanya memberikan kami dua buah menu. Aku melihat menu itu dan tidak mengerti isinya sama sekali. Walaupun begitu, dilihat dari gambarnya, aku dapat menerti kenapa toko ramen ini sangat laku sekali.

"Apa ada makanan yang tidak bisa kamu makan?" Tanya pak Ryukichi. Dia sepertinya sadar bahwa aku tidak bisa membaca menu itu sama sekali.

"Ngga ada kok pak. Saya bisa makan semuanya." Kataku.

"Oke, disini yang terkenal ramen asin, ramen miso, sama soy sauce ramen." Kata pak Ryukichi menjelaskan.

"Kalau gitu, saya pesan miso ramen aja deh." Kataku memutuskan.

The Devil in SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang