Sudah hampir sebulan lewat sejak Nana datang ke Indonesia dan sampai saat ini dia belum pulang juga. Aku sendiri heran kenapa dia berada di sini dalam waktu yang lama. Setahuku, dulu dia pernah bilang bahwa dia hanya akan berada disini selama seminggu. Selain itu, pembangunan permainan baru yang kita namakan 'Poseidon' ini, sudah mulai dibangun. Sejak kerangka selesai dibuat, Terry, Teddy dan Hans sibuk mengunci diri mereka di ruangan mesin. Vincent juga membantu Arka dan Zoey menyempurnakan program hologram. Karena aku tidak memiliki kemampuan seperti mereka, aku akhirnya membantu tukang maintenance yang lain untuk memasang alat-alat elektronik di berbagai pelosok bangunan.
"La, gue pulang duluan ya. Udah malem nih." Kata Terry menegurku.
"Iya, la. Ini udah malem, lo juga cepet pulang gih." Kata Hans.
"Oke. Gue bakal pulang habis selesaiin ini." Kataku ke mereka.
"Ya udah. Jangan pulang terlalu malem loh." Kata Teddy mengingatkan.
Aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Aku sebenarnya tidak ingin berhenti sekarang karena jika aku berhenti, aku akan sulit berkonsentrasi lagi besok. Aku akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal walaupun yang lainnya sudah pulang. Setidaknya sampai aku selesai memasang semua alat ini, aku akan pulang. Berada di tempat segelap ini, aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Mataku masih belum lelah atau mengantuk jadi aku tahu seharusnya ini belum terlalu malam. Tanpa terasa aku sudah selesai memasang semua alat yang diperlukan di dalam bangunan itu. Aku keluar setelah puas memeriksa semua bahwa semua alat sudah dipasang dengan benar. Aku memang selalu dikritik karena pekerjaanku tidak terlalu rapi. Kali ini aku memastikan bahwa semua alat sudah dipasang dengan rapi.
Saat aku keluar, matahari sudah terbit tinggi. Aku melihat ke menara jam yang ada di bagian tengah taman bermain. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Jadi aku sudah disini selama 18 jam?! Aku sendiri tidak percaya bahwa aku tidak mengantuk selama bekerja tadi. Lebih baik aku buru-buru pergi sebelum ada yang tahu aku disini semalaman. Aku masuk ke dalam ruanganku dan langsung membereskan barang-barangku. Setelah itu, aku pulang ke apartemenku untuk mandi dan sarapan pagi. Setelah selesai, aku kembali ke kantor. Aku menutupi kantong mata yang mulai berubah hitam dengan concealer.
"Oooh, ngga biasanya gue liat lo pake make up. Ternyata lo bisa jadi cewek juga ya." Kata Arka yang baru saja datang.
"Kurang ajar. Emangnya gue bukan cewek? Gue harus nutupin kantong mata gue yang udah mirip zombie." Kataku memberi alasan.
"Hmmm... ngga terlalu beda sama lo yang biasa." Kata Arka dengan muka kecewa. Dia pasti mengira bahwa aku benar-benar sedang memakai make-up tebal.
"Ngomong-ngomong, lo udah selesai masang alat di bawah? Kok lo udah disini?" Tanya Arka.
"Udah kok." Kataku.
"Hah?! Lo pulang jam berapa kemaren?" Tanyanya bingung.
"Jam setengah dua." Kataku berbohong. Aku tidak mau ada yang tahu masalah pekerjaanku kemarin.
"Jangan-jangan lo masangnya asal-asalan ya?" Arka menggodaku.
"Enak aja. Lo cek aja sendiri sana." Kataku dengan jutek.
"Sewot amat sih. Lagi dapet ya?" Tanya Arka lagi-lagi menggodaku. Emosiku pasti sedang tidak stabil karena kurang tidur.
"Sorry-sorry. Gue lagi capek banget nih." Kataku. Arka hanya menghela nafasnya.
"Bercanda kali la. Ya udah, berhubung kerjaan lo udah selesai, bikinin filter buat hologram gue dong. Kemaren gue sama VIncent bener-bener bingung banget nih. Kalo hologramnya diperbesar, gambarnya jadi bolong-bolong dan burem banget." Kata Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...