Setelah terbang dan layover selama 7 jam, akhirnya kami semua sampai juga di airport Jepang. Karena kami pergi saat musim dingin, aku sudah bisa merasakan udara dingin walaupun kami masih berada di dalam airport. Kami semua langsung mengganti baju kami dengan baju musim dingin. Sekali lagi, akhirnya aku bertemu dengan Nana karena ternyata dialah yang mengurus masalah transportasi dan hotel kami. Karena Nana juga, kami semua datang dikawal oleh beberapa security guard seperti selebritis. Benar-benar pengalaman yang tidak ingin kualami lagi. Bayangkan saja jika harus berpura-pura tersenyum padahal muka-ku sudah kucel dan lelah. Seperti biasanya, Nana langsung lengket dengan Ryu sedetik setelah perempuan itu melihat kami saat di airport.
"Niii-chan! I miss you!" Kata nana sambil memeluk Ryu dengan erat.
"I miss you too. Apa kabar? Kok kamu pake jemput aku segala? Emangnya ngga sibuk?" Tanya Ryu sambil membalas pelukan Nana.
"Ngga lah. Aku sengaja kosongin jadwal buat nii-chan." Kata Nana.
"Ya ampun. Kamu tuh ..." Kata Ryu hanya bisa lunak dengan perkataan manis Nana. Setelah itu tiba-tiba saja Nana melepaskan pelukannya dan gantian memelukku. Walaupun aku benar-benar kaget, aku membalas pelukannya.
"Selamet dateng di jepang." Kata Nana. Wait... aku tidak salah dengar kan? Kenapa Nana jadi bersikap baik padaku? Setahuku terakhir kali kita bertemu, dia masih suka mencelaku deh. Apa mungkin dia salah minum obat? Atau kepalanya mengalami gagar otak karena terbentur tembok?
"Thank you..." Kataku karena speechless.
"Jadi... gimana hubungan kalian?" Tanya Nana dengan suara excited sambil melihat ke arahku dan Ryu.
"Hubungan kita? Masih biasa aja." Jawabku dengan bingung. Nana terlihat tidak puas dengan jawabanku dan memandang Ryu seperti meminta jawaban lebih lanjut.
"Aku capek banget nih habis terbang, mendingan kita cepet-cepet ke hotel. Kamu udah siapin hotelnya kan?" Tanya Ryu mengalihkan pembicaraan.
"Iya lah, aku juga udah sewa supir buat anterin kalian selama beberapa hari kedepan." Kata Nana dengan percaya diri.
"Ya udah, yuk pergi." Kata Ryu sambil menggeret kopernya. Aku juga menggeret koperku sampai tiba-tiba saja Nana merebut koper yang kupegang dan memberikannya ke Ryu secara paksa.
"Eh ngga papa biar gue geret sendiri." Kataku mencoba untuk merebut koperku lagi.
"Idih, ngga papa. Urusan koper kan tugas cowok." Kata Nana lalu menggandengku untuk berjalan menuju keluar Airport.
Perlakuan Nana hari ini membuatku bingung. Apa yang membuatnya berperilaku sangat berdeda? Bahkan saat kami berada di mobil, dia sibuk menatap ke luar jendela dan menunjukkan tempat-tempat menarik selama perjalanan. Sebenarnya perlakuannya ini lebih baik daripada saat dia memperlakukanku secara sinis, tapi jujur saja perlakuan super baiknya ini membuatku sedikit merinding karena takut. Sesampainya di hotel yang berada di kanagawa, kami semua langsung meregangkan badan. Penerbangan selama tujuh jam ditambah naik mobil selama lebih dari satu setengah jam membuatku benar-benar muak duduk. Aku sendiri tidak mengerti kenapa dari sekian banyak hotel yang ada di Kumamoto, Nana memilih hotel yang super jauh dari airport ini. Begitu kami semua masuk, kami langsung disambut oleh para wanita berpakaian yukata. Aku dapat melihat muka team member-ku yang langsung sumringah. Saat kami baru selesai check in, pandangan kami terhenti ke arah sekelompok orang berpakaian seperti businessman keluar dari dalam ryokan. Tatapan Nana membeku seketika. Dia melihat ke arah Ryu dan ke arah seorang laki-laki paruh baya secara bergantian. Ryu yang matanya juga tertuju pada laki-laki itu, melihat ke arahnya dengan tatapan penuh benci. Karena melihat reaksi kedua orang tersebut, aku jadi merasa penasaran tentang identitas pria tua tersebut. Seperti merasa dilihati, pria tua itu melihat ke arah kami dan menemukan sosok Nana dan Ryu. Pandangannya masih tenang, lalu dia berpamitan pada orang-orang berjas yang bersamanya lalu pergi ke arah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...