Chapter 7: Uninvited

29.3K 1.8K 10
                                    

Sudah genap empat minggu aku menjadi pegawai magang di water park milik Ryu ini. Aku sudah mulai mengenal baik semua team memberku. Setiap ada kesempatan juga kami selalu pergi makan bersama dan keenam laki-laki itu pasti selalu melakukan hal-hal konyol. Setiap hari juga aku selalu ditanya oleh Vincent masalah keputusan untuk menerima tawaran Ryu untuk bekerja disini. Tentu saja aku ingin sekali bicara sejujurnya tapi melihat betapa team ini suka sekali dengan kehadiranku, aku akhirnya berbohong dan bilang bahwa aku belum memutuskannya. Semakin hari, aku semakin merasa tidak enak untuk menolak desakan dari para member team karena mereka benar-benar memperlakukanku secara baik. Sebenarnya aku juga suka sekali dengan pekerjaan ini, tapi aku tidak mau bekerja untuk laki-laki yang memperlakukan bawahannya seperti barang. Seandainya saja boss perusahaan ini bukan dia, aku pasti akan dengan mudah menyetujui tawaran untuk bekerja disini.

"La, sini deh. Menurut lo mana yang lebih bagus buat character utamanya? Ini atau ini?" Tanya Arka. Arka sedang men-design character untuk tokoh hologram yang akan ditampilkan. Kita semua sudah setuju untuk membuat temanya menjadi God War. Selama beberapa hari ini Arka menggoogle cerita mengenai Greek Gods dan mencari tema perang yang tepat. Di tim ini Arka bertugas untuk segala hal yang berbau programming. Teddy yang juga memiliki kemampuan serupa membantu Arka mengedit detail character.

"Ini deh kayaknya keren." Kataku memilih salah satu character yang kelihatan lebih majestic. "Gue ngomong sama kak Vincent dulu ya masalah sensornya. Dia suruh gue ngelakuin market research kemaren." Kataku. Memang agak aneh sih memanggil atasan dengan sebutan 'kak', tapi Vincent menolak mentah-mentah saat aku panggil pak. Pegawai lainnya juga menyuruhku untuk memanggil mereka secara santai.

"Permisi." Kataku setelah mengetuk pintu ruangan Vincent.

"Oh Olla, ada apa?" Tanyanya.

"Ini kak mau lapor masalah sensornya. " Kataku sambil memberikan sample sensornya lengkap dengan laporannya ke Vincent.

"Oke. Nanti saya baca." Kata Vincent. "Kamu sendiri gimana?" tanya Vincent.

"Apanya yang gimana?" Tanyaku bingung.

"Masalah tawaran Ryu. Kita disini bener-bener siap nerima kamu loh." Kata Vincent.

"Aku masih pikir-pikir kak." Kataku berbohong lagi.

"Apa lagi sih yang harus dipikirin? Emang Ryu kasih gajinya kecil? Atau kamu masih ngerasa ngga nyaman sama kita?" Tanya Vincent.

"Bukan kok kak. Ini ngga ada hubungannya sama gaji atau sama team ini. Aku suka banget kerja disini, tapi aku ada sedikit masalah aja sama boss kita." Kataku akhirnya jujur.

"Sama Ryu? Saya sebenernya udah mau nanya ini dari lama, sebenernya ada sih hubungan kalian?" Tanya Vincent.

"Complicated sih kak." Kataku.

"Kamu sama Ryu, ngga tidur bareng kan?" Tanya Vincent dengan hati-hati. Aku langsung menggelengkan kepalaku. Dari mana dia bisa dapat ide seperti itu? Apa sebegitu banyaknya perempuan yang sudah dipermainkan oleh laki-laki itu?

"Ngga kak. Aku bisa pastiin hubungan kita jauh dari hal itu." Kataku memastikan.

"Anyway, jangan cuma karena hubungan pribadi kalian, kamu jadi nolak tawarannya. Saya udah kenal sama Ryu dari sejak kita kuliah. Saya bisa pastiin kalo dia itu professional. Dia bisa bedain hubungan pribadi dan kerja." Kata Vincent mencoba untuk membujukku.

"Aku akan ambil keputusan secepatnya kak." Kataku berusaha menghentikan pembicaraan ini.

"Gue tunggu kabar baiknya ya." Kata Vincent. Aku mengangguk lalu keluar dari ruangannya. Aku kembali berkumpul dengan team member yang lain dan melanjutkan pekerjaan kami untuk menyempurnakan design.

The Devil in SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang