Aku terbangun oleh suara dengkuran dari sebelahku. Aku membuka mataku karena sudah tidak bisa tidur lagi. Seorang perempuan terlihat tertidur di sebelahku. Trisha. Aku memang sudah beberapa hari kebelakang ini sering pergi dengannya. Aku sebenarnya tidak suka dengannya tapi client pentingku memaksaku untuk mencoba untuk mendekatinya. Selama bertemu degannya, aku dapat menyimpulkan bahwa perempuan ini sama seperti perempuan-perempuan lainnya. Perempuan yang melakukan trik-trik buruk hanya agar aku tertarik dengannya. Dia kira trik ini akan membuatku menikahinya? Walaupun aku melihat perempuan ini telanjang bulat di sebelahku, aku benar-benar merasa tidak terangsang sama sekali. Mungkin karena selain fisiknya yang tidak menarik, kepribadiannya juga buruk sekali. Aku bangun perlahan agar tidak membangunkannya. Pasti akan repot sekali harus menghadapi drama yang akan ditunjukkannya. Aku memakai kemejaku yang kebetulan berada di sofa. Setelah memasukkan dompet dan handphoneku ke dalam kantong celana, aku menemukan tiket Valet yang kebetulan berada di atas meja. Perempuan ceroboh. Bisa-bisanya dia menaruh tiket ini sembarangan. Aku mengambil tiket itu dan segera pulang. Tidak mungkin aku menghabiskan waktuku untuk tidur dengan wanita yang berdengkur keras seperti itu.
Aku masuk ke dalam apartemen baruku. Yang ingin aku lakukan saat ini adalah tidur. Entar obat apa yang perempuan itu masukkan ke minumanku sehingga membuatku lelah seperti ini. Sudah sekitar lima bulan aku pindah apartemen. Aku meninggalkan apartemen lamaku karena aku memang ingin mengganti suasana. Walaupun sudah pindah, aku masih belum menjual apartemen lamaku. Aku memang masih suka sekali dengan apartemen itu dan rasanya sayang jika apartemen itu dijual. Aku memang sedang menyewakannya, tapi sampai sekarang sepertinya belum ada peminat. Aku masuk ke dalam kamarku dan melanjutkan tidurku karena bagaimanapun juga aku masih harus bekerja besok. Aku berusaha untuk tidur walaupun aku masih tidak tenang karena aku tidak memiliki memori sama sekali tentang bagaimana dan kapan kapan aku sampai di hotel bersama perempuan itu.
Walaupun alarm sudah berbunyi, aku masih enggan untuk bangun. Mataku rasanya berat sekali. Walaupun begitu, aku memaksakan diri untuk bangun dan bersiap-siap ke kantor. Hari ini berjalan seperti hari-hari biasanya. Untung saja ini hari sabtu, aku bisa pulang lebih awal dari biasanya. Saat ini aku benar-benar hanya ingin bersitirahat dan tidak kemana-mana. Agak miris memang rasanya sebagai pria lajang berumur 31 tahun untuk menghabiskan weekend di rumah, tapi jujur saja aku memang merasa lebih nyaman sendiri. Malam itu, aku menghabiskan waktu di rumah sambil membaca dokumen-dokumen tentang pemasaran dan upgrade. Malam yang kukira akan tenang ini tergangu oleh sebuah telepon dari Denny.
"Kenapa Den?" Tanyaku ke Denny.
"Beb, you dimana sih? Aduh, cewek you tuh barusan kesini ngobrak-ngabrik bagian VIP I." Kata Denny dengan suara yang terdengar stress.
"Cewek gue yang mana sih? Lo tau kan gue ngga punya cewek." Jawabku.
"Siapa lagi? Si nenek sihir yang kuku tangannya jelek itu loh. Dia masih disini. Aduuuh, you mendingan cepet kesini dan urus cewek you deh sebelum club I dihancurin sama dia." Kata Denny. Dari sela-sela omongannya aku memang mendengar suara bersiik di belakangnya. Aku tahu perempuan yang Denny maksud. Pasti itu Trisha. Kenapa sih semua perempuan yang kukenal selalu sticky seperti itu?
"Fine, I'll be there in a minute." Kataku ke Denny.
"Oke, I tunggu ya." Kata Denny.
Dengan terpaksa akhirnya aku membereskan dokumen-dokumen di depanku ini. Aku bersiap-siap untuk pergi. Sesampainya di lobby club, aku sudah bisa melihat Denny yang mondar mandir seperti sangat gelisah. Aku segera menghampirinya. Pandangan kami bertemu dan Denny langsung menarikku masuk ke daerah ruangan VIP yang biasa aku gunakan. Di sana aku sudah melihat Trisha yang memarah-marahi waitress dan terus-terusan meminta untuk bertemu denganku. Dasar perempuan tidak ber-manner itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...