Aku memarkirkan mobilku di depan rumah. Aku melihat mobil kak Julius yang ada di dalam bagasi. Sepertinya dia sudah pulang. Jujur saja jadwal kak Julius benar-benar tidak tetap. Kadang-kadang dia bisa tidak pulang ke rumah selama seminggu. Pernah juga sampai hampir sebulan dia tidak pulang ke rumah dan menginap di hotel untuk bekerja. Sepertinya dia sudah mantap untuk meneruskan usaha papa. Walaupun dia sangat usil, aku akui bahwa dia sangat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Aku memarkirkan mobilku di belakang mobil kak Julius lalu masuk ke dalam dalam rumah. Aku benar-benar sangat lelah dan ingin segera tidur dan memeluk gulingku. Saat aku membuka pintu rumah, tiba-tiba saja sebuah ember berisi air tumpah ke badanku. Lengkap dengan itu, embernya juga ikut jatuh menimpa kepalaku dengan keras. Aku melepas ember itu dari kepalaku dan mengelus-elus bagian kepala yang terbentur.
"Kya hahahahahahaha!" Suara tawa Vino terdengar. Dasar si jahil itu. ini pasti kerjaannya. Kenapa dia melakukan kejahilan di saat-saat seperti ini sih?! Lagipula kenapa dia belum tidur? Ini kan sudah jam 12 malam.
"Sini kamuuuuu!" Kataku mengejar setan kecil itu. Dia lari dengan cepat menuju ke dalam kamarnya. Saat aku mencoba untuk membukanya, dia dengan cepat menguncinya. Dasar setan kecil. Walaupun saat ini aku ingin sekali membalas kejahilannya itu, aku lebih memilih untuk membiarkannya. Saat ini aku sedang tidak mood untuk bertempur dengan setan kecil itu karena aku benar-benar lelah. Lagipula aku harus banyak istirahat agar bisa konsentrasi saat interview besok. Akhirnya aku pergi ke arah kamarku. Saat aku membuka pintu kamarku, hal yang lebih mengerikan terjadi. Aku dapat merasakan bulu-bulu ayam menempel di badanku. Dasar setan kecil itu! Aku kira hanya sampai tadi saja dia mengerjaiku.
"Hahahahhaha! Chicken Chicken." Kata si setan kecil muncul dan meledekku. Aku langsung mengejarnya. Vino lari ke arah tangga dan turun dengan cepat. Dia lari sekuat tenaganya untuk kabur dari kejaranku. Anak kecil itu masuk ke dalam kamar mandi dan bersembunyi. Aku menggedor-gedor pintu kamar mandi itu.
"Kalian kalo main bisa tenang dikit ngga sih? Gue butuh tidur tau." Tiba-tiba saja kak Julius datang dan berbicara dengan ketus. Kenapa malam-malam seperti ini dia jalan-jalan dengan telanjang dada seperti itu? Kenapa juga dia selalu memamerkan badannya itu. Dasar setan exhibitionist.
"Kakak liat dong apa yang si Vino lakuin." Kataku menunjukkan bulu-bulu ayam yang menempel di badanku.
"Hahahahaha! Vino good job!" Kata kak Julius sambil berteriak. Dasar kedua devil itu. Kenapa mereka selalu saja kompak untuk mengerjaiku. "Anyway, bukannya lo ada interview besok? Ngapain lo malah main sama Vino? Pengen ditolak?" Tanyanya secara menusuk. Kak Julius memang punya lidah yang tajam. Dari kecil dulu, kak Julius memang suka sekali mengkritik segala hal yang kulakukan. Karena dia juga masa kecilku benar-benar tersiksa. Aku menghabiskan waktuku belajar agar orang-orang tidak membandingkanku dengan kak Julius yang memang secara natural genius itu.
"Jangan mulai deh. Aku lagi ngga mood buat dengerin ejekan kakak." Kataku dengan kesal.
"Tunggu... bukannya lo tadi habis sama Bernard? Harusnya lo sekarang lagi good mood kan?" Tanya kak Julius bingung.
"Iya... dia ketemu dia dan dia mutusin aku." Kataku dengan sarcastic.
"Serius? Akhirnya... gue ngga kuat liat muka songongnya lagi." Kata kak Julius sambil tersenyum mengejek.
"Nyebelin ah kak." Kataku memukul dadanya dan naik ke tangga dan masuk ke dalam kamar. Kenapa aku mempunyai anggota keluarga yang tidak sensitive seperti kak Julius. Sudah tahu hubunganku dan Bernard putus, bukannya menghiburku malah mengejek.
Aku langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan badanku dari bulu-bulu ayam yang menempel di badanku. Setelah itu, aku segera mandi. Setelah itu, aku berlatih sendiri untuk interview besok. Semoga saja semua kekacauan yang terjadi hari ini tidak akan memberi efek buruk untukku besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...