12 jam sebelum kejadian itu terjadi:
Aku benar-benar membeku karena tidak tahu harus memberi alasan apa. Segala macam alasan muncul di otakku tapi tidak satupun yang cukup masuk akal untuk keluar dari mulutku. Aku menenangkan diriku dan menarik nafas kuat-kuat. Setelah aku lebih tenang, aku mulai berbicara.
"Peralatan gue ketinggalan di ruangan mesin utama tadi." Kataku sambil memperlihatkan kotak peralatanku. Aku memang jenius. Alasannya cukup masuk akal.
"Masa? Trus kenapa baju lo kotor gitu?" Tanyanya. Aduh! Aku lupa bahwa aku memang belum mandi dari kemarin malam. Bagaimana ini? Ah lebih baik aku mengarang bebas saja.
"Gue habis benerin kipasnya kemaren. Dan gue harus kerja disana lagi hari ini. Lagian bakal kotor ini, jadi gue males mandi." Kataku. Ryu menatapku dengan pandangan jijik. Aku sudah tidak perduli dengan tanggapannya terhadapku, saat ini aku hanya merasa lega karena dia percaya dengan kebohonganku yang tidak masuk akal itu.
"Jorok banget sih lo?! Kalo ada tamu yang nyium bau busuk lo itu gimana?! Mandi sekarang gih." Kata Ryu memarahiku. Walaupun aku kesal dengan ejekannya yang benar-benar menusuk itu, aku tidak akan melawannya sekarang karena aku tidak mau dia mencurigaiku.
"Baik BOSS." Kataku dengan sarcastic lalu berjalan menjauh.
Dengan cepat aku masuk ke dalam kamarku. Akhirnya aku bisa bernafas lega juga. Ryu tidak akan mencurigaiku kan? Aku buru-buru mandi dan mencuci rambutku. Air berwarna abu-abu itu terlihat mengalir menuju saluran air. Aku belum pernah sekotor ini sebelumnya. Aku membersihkan badanku seteliti mungkin. Setelah selesai, aku keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang masih melilit di badanku. Saat aku keluar, aku melihat Ryu yang sudah duduk di kasurku. Dia melihat ke arahku. Kenapa dia bisa ada disini?! Aku langsung menutup pintu kamar mandiku lagi.
"Kok lo bisa disini?" Teriakku dengan kesal. Untung saja aku memakai handuk tadi. Kemarin bahkan aku keluar dari kamar mandi dengan telanjang bulat.
"Gue perlu nanya sesuatu ke lo." Katanya. What? Nanya apa? Jangan bilang dia tahu bahwa yang membuat chip di mesin utama itu aku.
"Ck, kasih gue seragam gue dulu." Kataku untuk mengalihkan pembicaraan untuk sementara. Aku mengulurkan tangaku keluar dari pintu kamar mandi dan menunggu Ryu untuk memberikan seragamku. Ryu memberikanku seragam plus pakaian dalamku. Aku memakainya sebelum akhirnya keluar.
"Kata teknisi senior, lo yang kemaren tinggal di ruangan mesin paling lama." Katanya. Tuh kan, dia mencurigaiku. Untuk saat ini lebih baik aku pura-pura innocent saja.
"Iya." Kataku.
"Trus ada orang lain yang masuk ke sana selain para teknisi ngga?" Tanyanya lagi.
"Ngga. Cuman teknisi kita aja. Lagian ngapain juga orang ke sana. Udah panas, kotor..." Kataku melebih-lebihkan.
"Anyway, lo ikut gue sekarang." Katanya menarikku.
Aku memakai sepatuku secara terburu-buru dan mengikutinya sampai ke arah ruangan mesin utama lagi. Di dalam ruangan itu, para senior sudah berkumpul dan berdiskusi dengan serius. Saat mereka melihatku dan Ryu, mereka langsung diam.
"Ini Olla, jadi apa lo kemaren liat orang masuk ke ruangan ini?" Tanyanya lagi. Aku memandang wajah serius sekaligus penasaran para senior yang lain.
"Sampai saya pergi kemarin sih tidak ada orang lain yang masuk." Kataku berbohong. Aku tidak pernah meninggalkan tempat ini jadi aku yakin sekali tidak ada orang lain yang masuk.
"Jadi apa kamu yang membuat chip ini?" Tanya senior sambil menunjuk ke arah chip yang aku buat itu.
"Bukan." Kataku sambil berpura-pura bingung. "Memangnya itu chip apa?" Aku bertanya sambil berpura-pura bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Suit
RomanceOlla Agustine Bosse Dia arogan, playboy, egois, tak berhati dan suka seenaknya saja. Dia menganggap semua orang itu adalah sebuah properti. Aku benar-benar tidak menyesal telah memperlakukannya dengan buruk karena dia memang pantas mendapatkannya. D...