"Ummi mau nginap?" Tanya Hasban.
"Kenapa memang nya?" Ucap Ummi Aisyah beralih duduk disamping putranya.
"Ya tanya aja, kalau nginap biar Hasban siapin kamar nya." Jawab Hasban yang dijawab gelengan kepala oleh Umminya.
"Ummi pulang, wong nanti dirumah ada tamu. Besok ajak Hasna kerumah ya, Pakde-pakde mu mau kerumah." Ucap Ummi yang dibalas anggukan kecil dari Hasban.
Merasa Hasban tidak seperti biasanya, semakin yakin Ummi Aisyah jika keduanya tengah memilik masalah. Ummi Aisyah bergerak mengusap bahu putranya dengan lembut.
"Hasban, bukan maksud Ummi mau ikut campur urusan rumah tangga kamu. Kamu ada masalah, Le, sama Hasna?" Ucap Ummi Aisyah.
Hasban terdiam ditempatnya, menatap Ummi nya yang juga tengah menatapnya lembut, Hasban mendudukkan kepalanya. apa kah Hasna mengadu pada Ummi nya? Hasban kembali menghela nafasnya panjang, mengingat kejadian sore kemarin.
"Hasna dari tadi murung, ndak tau juga apa yang bikin dia begitu. Kalau memang kalian ada masalah, cepat-cepat diselesaikan ya." Ucap Ummi.
"Ndak baik kalau marahan nya lama, harus segera diperbaiki." Lanjutnya.
"Hasna itu masih kecil, Le. Jangan sering dimarahi lho, kasihan." Ucap Ummi Aisyah.
"Kalau ada salah, ya ditegur baik-baik. Dirumah nya dulu, Ummi sama Abi nya aja ndak pernah marahin dia, masa pas dibawa pulang suaminya malah dimarahin terus. Nanti tertekan Le."
"Kalau ada masalah diselesaikan baik-baik ya, Le." Ucap Ummi seraya mengusap surai hitam putranya.
"Iya Ummi." Jawab Hasban.
Ummi Aisyah tersenyum tipis lalu bangkit dari posisinya, berdiri tepat disampingnya putranya lalu menatap keluar rumah.
"Panggilkan Abi mu yah, bilang kalau Ummi udah mau pulang." Ujar Ummi Aisyah yang diangguki oleh Hasban.
•
•
•
Sepulang Ummi Aisyah, Abi Ali dan Buli Zulfia. Kini Hasban kembali memasuki kamarnya, menysul Hasna yang lebih dulu masuk kedalam kamar.
Dilihatnya Hasna yang tengah merebahkan dirinya dengan posisi memunggungi pintu. Hasban merasa iba melihat sisi lain Hasna yang hanya berdiam, padahal biasanya Hasna akan mereog dengan segala sikap nya.
Hasban bergerak menutup pintu dan menghampiri Hasna, ikut terduduk dikasur sembari bersandar pada kepala ranjang, memandangi Hasna yang belum juga beralih menghadap kearah nya.
Hasban mengernyit kala melihat punggung Hasna bergetar, gadis itu menangis dalam diam. Hasban merasa iba melihatnya, ia sentuh pundak itu dengan lembut.
"Kenapa nangis?" Tanya nya hati-hati.
Hasna semakin mengeraskan tangisnya kala Hasban membalikkan tubuh nya bahkan mengangkat Hasna hingga gadis itu terduduk disamping lelaki itu.
"Udahan nangis nya." Ucap Hasban seraya mengusap air mata Hasna yang sontak membuat Hasna semakin terisak.
"Lho kok malah makin kenceng." Ucap Hasban.
"Hasna kan udah, hiks...minta maaf, kenapa masih di diemin. Hasna tau Hasna salah, tapi Hasna kan udah minta maaf, Hasna, Hasna kan ndak suka dicuekin." Isak nya sembari meremat baju yang dikenakan oleh Hasban.
"Hasna udah jelasin dari semalam, tapi nya Mas Hasban ndak mau dengar, hiks...malahan marahin Hasna."
"Mas Hasban mana tau rasanya jadi Hasna, sakit tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Imamku
General FictionBagaimana rasanya saat engkau menyimpan rasa tidak suka pada seseorang karena sikap nya, tapi malah disatukan dengan orang itu dalam ikatan yang sah. Itu yang Hasna rasakan, ia harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah menjadi pendamping hidup le...