Grusuk...grusuk!
Hasna terus saja menggaruk pipi dan tangannya yang terasa gatal akibat gigitan nyamuk. Gadis itu juga sedari tadi berpindah posisi mencari posisi yang sekiranya aman.
Lagi dan lagi, Hasna membolos pelajaran. Gadis itu dengan sengaja keluar dari kelas karena malas mendengarkan penjelasan gurunya yang menurutnya membosankan.
Tidak tanggung-tanggung, gadis itu membawa beberapa camilan dan jus jambu ke tempat persembunyiannya. Duduk ditumpukan batu bata yang berada dibelakang kelas nya sendiri sembari memakan camilannya.
Memang belakang kelas Hasna terdapat beberapa tumpukan batu bata juga ada beberapa pohon mangga yang belum terlalu besar. Biasanya, tempat tersebut digunakan untuk menyimpan tanaman-tanaman yang sekiranya memenuhi taman didepan kelas. Tidak berantakan, pot-pot tanaman tertata dengan rapi disana, jadi tidak membuat orang bosan melihatnya. Hanya saja tempat nya sedikit lembab dan banyak nyamuk.
"Gatel banget." Ucap Hasna terus menggaruk pipinya yang kini timbul bentolan memerah karena gigitan nyamuk.
"Kurang sip tempatnya, Tapi isoke lah." Lanjutnya kembali memasukan wafer kedalam mulutnya.
"Kalau jus sama jajanan Hasna habis, janji deh bakal balik ke kelas." Ujar gadis itu mengingat perkataan Hasban jika ia tidak boleh lagi membolos pelajaran, apa lagi pergi kekantin saat jam pelajaran berlangsung.
Sedangkan disisi lain, Hasban kembali dibuat kesal karena tingkah siswanya yang masih berani membolos setelah mendapatkan hukuman kemarin. Lelaki dewasa itu bangkit dari posisinya, meninggalkan sebentar kelas nya untuk mencari siswa bandel nya.
Lelaki itu berjalan menyusuri lorong sembari menenteng penggaris kayu yang selalu ia gunakan untuk mengajar dan menakut-nakuti siswa-siswi nya.
"Pak, kemana?" Sapa Pak Toyib.
"Biasa pak, mau cari anak yang bolos pelajaran saya." Jawab Hasban seraya tersenyum tipis.
"Wo, nggih, monggo dilanjutkan." Ujar Pak Toyib berlalu meninggalkan Hasban seorang diri.
Saat ini, ia tengah berdiri didepan kelas keagamaan, lelaki itu menghentikan langkahnya karena ponselnya yang berdering. Ia segera mengecek ponsel itu, takut-takut ada kabar penting.
Hasna, yang tepat berada beberapa meter dari Hasban kini sudah ketar-ketir, terlebih melihat lelaki itu membawa penggaris kebanggaannya. Terakhir kali, Hasna kena pukul di bagian kakinya karena membolos. Walaupun pukulan itu tidak terlalu sakit, tapi tetap saja Hasna tidak ingin terulang lagi.
"Ngapain nyariin sih? Bentar lagi juga balik ke kelas akunya." Ucap Hasna pelan, gadis itu berjongkok diantara pot tanaman yang kebetulan dapat digunakan untuk bersembunyi.
"Nanggung ini ihh! Habisin dulu aja kali ya?" Monolog gadis itu sembari mengamati camilannya.
Untuk mengurangi rasa deg-degan, Hasna kembali menghabiskan camilannya dengan santai, sesekali curi-curi pandang pada Hasban yang masih berdiri disana sembari fokus pada layar ponselnya.
"Bener-bener ngga ada kapoknya ya kamu!" Desis Hasban kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celananya.
Matanya kembali mengedar mencari keberadaan siswanya. Matanya berhenti pada objek yang menarik perhatiannya. Disana, terlihat sebuah kain putih dibalik pot. Dengan perlahan lelaki itu berjalan guna mengecek apa yang ia lihat.
Hasban menggelengkan kepalanya pelan, melihat Hasna yang dengan santainya makan dibelakang kelas, berjongkok bersembunyi dibalik pot yang terdapat tanaman besar hingga sedikit menutupi tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Imamku
General FictionBagaimana rasanya saat engkau menyimpan rasa tidak suka pada seseorang karena sikap nya, tapi malah disatukan dengan orang itu dalam ikatan yang sah. Itu yang Hasna rasakan, ia harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah menjadi pendamping hidup le...