Minggu bersama si sableng

3.9K 194 2
                                    

Hari minggu adalah hari yang paling Hasna tunggu. Bagaimana tidak, hanya dihari Minggu saja ia dapat. Bersantai, terbebas dari tugas-tugas yang membebani pikirannya.

Minggu pagi ini juga, Hasban mengajak Hasna kepasar guna membeli sayuran dan beberapa keperluan lainnya. Seperti saat ini, Hasban dan Hasna telah berdiri disalah satu penjual sayuran. Kini keduanya tengah menunggu penjual tersebut menghitung total belanja nya.

"Ambil sayur kangkung itu, dek." Ucap Hasban menunjuk jajaran sayur kangkung yang berada didepan Hasna. Tiba-tiba ia ingin makan sayur kangkung, rindu buatan Ummi Aisyah.

"Mau berapa? Lima?" Tanya Hasna.

"Kebanyakan, dua aja cukup." Jawab Hasban sembari memberikan dua ikat kangkung pada penjual itu agar segera mentotal jumlah belanjaan nya.

"Jadinya delapan puluh enam lima ratus mas." Ujar ibu itu sembari menyerahkan kantung plastik hitam pada Hasna.

"Oh, njih." Ucap Hasban membuka dompetnya dan memberikan uang yang pas pada penjual tersebut.

"Dah, mau kemana lagi?" Tanya Hasban.

"Beli kue Masss, didepan tadi Hasna liat penjual kue. Keliatannya enak-enak. Boleh ya?" Ucap Hasna mendongak menatap Hasban yang tengah menatap sekitarnya.

"Boleh." Jawab Hasban.

"Yessssss!" Ucap Hasna senang.

Hasban dan Hasna berjalan mengajar penjuak kue pukis yang berada disebrang jalan, keduanya berdiri tepat disamping gerobak tersebut sembari menunggu antrian.

Hasna memegangi perutnya yang terasa lapar karena mencium aroma kue pukis yang menguar dihidungnya.

"Pak, satu nya berapa?" Tanya Hasban.

"Satu plastik nya lima ribu, Mas. Dapat sepuluh." Jawab penjual gadis itu sembari menerbitkan senyum.

"Murahhh kaliiiiiiii bah!" Batin Hasna.

"Beli dua bungkus, Mass. Dapet banyak tuhh nanti." Ujar Hasna menarik ujung kaos yang dikenakan oleh Hasban. Hasban menganggukkan kepalanya, menuruti permintaan istrinya.

"Beli dua bungkus ya, Pak." Ucap Hasban.

"Siap Mas," Jawab bapak tersebut.

Hasban mundur, mendudukkan dirinya disamping Hasna yang juga sudah terduduk dikursi plastik yang disediakan oleh penjual tersebut. Hasban menatap Hasna yang terlihat lesu, padahal ia yang paling antusias saat hendak membeli kus pukis ini.

"Cape?" Tanya Hasban seraya membenarkan jilbab Hasna. Memasukkan helaian rambut Hasna yang keluar dari jilbab.

"Ndak." Jawab Hasna seraya menyandarkan kepalanya dibahu Hasban yang tegap.

Tangan kecilnya bergerak memainkan jemari Hasban, ia letakkan jemari Hasban diatas pahanya lalu memainkannya, entah itu dihitung ataupun di tarik-tarik oleh Hasna.

Hasban hanya terkekeh kecil melihatnya, membiarkan Hasna bertingkah sesuka hatinya. Ia tidak akan memarahinya, justru ia merasa senang melihat Hasna yang bertingkah seperti anak kecil.

Umur segitu emang lagi lucu-lucunya om.

Hasna mendongak menatap Hasban, sedangkan Hasban menaikan sebelah alisnya seolah bertanya pada Hasna.

Hasna menggelengkan kepalanya pelan lalu kembali memainkan jemari Hasban. Hasban sendiri tidak kuat menahan gemas karena tingkah Hasns, lelaki itu hanya mencium pucuk kepala Hasna sekilas sebagai bentuk penyaluran rasa gemasnya.

💐💐💐

"Mas, itu ayam warna-warni nya lucuuu." Ujar Hasna seraya menunjuk pedagang ayam warna-warni.

Guruku ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang