Sepulang dari masjid. Hasban segera kembali kerumah, sebab ia tidak berani meninggalkan Hasna terlalu lama dirumah sendirian. Lagi yang membuatnya tidak betah berada diluar rumah, ia selalu rindu dengan istri kecilnya itu.
Hasban berjalan memasuki rumah dengan senyum yang terus merekah dibibirnya. Ia hampiri sang istri yang berada didalam kamar.
"Sedang apa dek?" Tanya Hasban pada istrinya yang tengah tiduran diatas kasur sembari memainkan ponselnya.
"Mas ngga lihat, inces lagi ngapain?" Tanya Hasna sembari menatap Hasban yang berdiri disampingnya.
"Kok begitu jawab nya? Mas kan tanya baik-baik."
"Ihhhh! Habisnya, mas ngapain nanya sih? Kan mas udah tau Hasna lagi main hp." Jawab Hasna sembari terduduk.
"Iya." Jawab Hasban mengalah.
"Susunya sudah diminum, sayang?" Tanya Hasban duduk disamping Hasna. Tangannya bergerak mengusap perut besar Hasna.
"Belum. enek mas, Hasna ngga suka." Ucap Hasna seraya memeluk tubuh Hasban, menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Hasban.
"Lho, diminum sayang biar adek bayinya kuat." Ucap Hasban.
"Rasanya ngga enak, Hasna serasa mau muntah." Ujar Hasna mendongak menatap Hasban.
"Apa mau ganti varian rasa? Coba rasa yang lain ya?" Ucap Hasban membujuk Hasna.
"Ngga mau ah, ntar udah beli kalau mual lagi ya percuma. Mubadzir." Jawab Hasban.
"Pak Pandi tadi kesini lho mas." Beritau Hasna.
"Oh iya, beliau bilang apa dek? Ngga ketemu mas dimasjid juga tadi." Ucap Hasban teringat pada Pak Pandi yang beberapa hari yang lalu memang mengatakan padanya, ingin berkunjung kerumah. Tapi tadi sore Hasban masih berada dimasjid, jadilah tidak bertemu dengan Hasban.
"Katanya mau bahas apa itu, ronda yang katanya mau diubah jadwal nya ya mas?" Ucap Hasna.
"Hasna suruh mas kerumahnya Pak Pandi aja gitu, soalnya kalau ngomong sama Hasna pasti Hasna ngga paham." Lanjutnya.
"Oh ya sudah." Jawab Hasban.
"Kenapa jadwal nya diganti mas?" Tanya Hasna.
"Iya sayang, mau diganti jadi malam minggu saja." Ucap Hasban.
"Memang kenapa ngga tetep hari kamis aja?" Tanya Hasna.
"Kalau hari kamis ya repot, dek. Jumat nya belum libur, masa malam nya begadang paginya kerja, nanti malah ngantuk semua." Jelas Hasban sembari mengusap-usap punggung Hasban.
"Yahhh, kalau mas pindah Sabtu rondanya. Nanti kita ngga bisa malam mingguan dong." Ucap Hasna manyun.
"Siapa bilang ngga bisa? Nanti habis isya kita pergi keluar, jam sepuluh malam nya baru mas pergi ronda." Jelas Hasban.
"Oo...bagus deh." Jawab Hasna sembari mengusap-usap perut Hasban.
"Perutnya mas keras ya?" Ujar Hasna menyengir lebar.
"Hm." Balas Hasban sembari menyingkirkan tangan Hasna dari area perutnya.
"Isinya otot tulang besi." Ucap Hasna terbahak. Hasban hanya terkekeh mendengarnya, tangan nya bergerak mengusap surai Hasna dengan sayang.
"Besok ikut mas ya?" Pinta Hasban.
"Mau kemana mas?" Tanya Hasna mendongak menatap suaminya itu.
"Ke nikahan teman mas." Jawab Hasban.
"Ouhh, siapa mas temen nya?" Tanya Hasna.
"Bu Ainun, beliau pernah kan ngajar dikelas kamu?" Ucap Hasban bergerak mengecup bibir Hasna sekilas. Melihat Hasna yang mendongak kearahnya membuat Hasban tidak tahan untuk menguyel-uyel pipi bulat sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Imamku
General FictionBagaimana rasanya saat engkau menyimpan rasa tidak suka pada seseorang karena sikap nya, tapi malah disatukan dengan orang itu dalam ikatan yang sah. Itu yang Hasna rasakan, ia harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah menjadi pendamping hidup le...