menikah?

4K 188 6
                                    

Pukul lima sore, Hasna baru sampai dirumah. Sebelum pulang sekolah ia lebih dulu meminta izin pada Hasban untuk bermain dengan kedua temannya dan alhamdulilah nya Hasban memberikan izin.

Hasna, yang tadinya diantar oleh Pina  kini berjalan memasuki pekarangan rumahnya dengan terheran-heran. Pasalnya, ada sebuah mobil yang terparkir di halaman rumah nya. Ia tidak tau pemilik mobil itu, yang jelas, bukan mobil Abinya ataupun mobil Hasban.

Setelah melepas kedua sepatu nya, Hasna berjalan memasuki rumah dengan perlahan. Seolah dejavu pada kejadian saat ia pulang dari sekolah dan dikejutkan oleh fakta bahwa Hasban adalah suaminya. Gadis itu terkekeh kecil mengingatnya.

Gadis itu menghentikan langkahnya kala mendengar suara lelaki yang amat asing dipendengaran nya. Bahkan jantungnya kini sudah berdetak tak karuan.

"Seperti yang sudah kita bahas beberapa minggu yang lalu, Nak Hasban. Saya mau menanyakan kesanggupan kamu."

"Apa, Nak Hasban bersedia menikahi putri saya?" Tanya Kyai Amir.

Hasna yang berdiri diambang pintu sontak saja terkejut dengan penuturan lelaki paruh baya itu. Ia tidak salah dengar? Lelaki itu meminta suaminya untuk menikahi putrinya.

Gadis itu meremas tali pada tas nya yang berada dikedua sisi tubuhnya, gadis itu menelan salivanya susah payah, menahan tangis serta sakit yang singgah dihatinya. Bahkan sampai sekarang, ketiga manusia itu masih belum menyadari akan kehadirannya. Hasna menatap Hasban yang terlihat menunduk itu.

"Say-"

"Assalamu'alaikum." Ucap Hasna memotong ucapan Hasban.

"Wa'alaikumsalam."

Hasban mendongak menatap Hasna yang kini berjalan menghampiri ketiganya yang terduduk diruang tamu. Berbeda dengan Hasban, Kyai Amir dan istrinya terlihat bingung dengan kedatangan Hasna. Setaunya, Hasban anak tunggal. Bahkan ia tau persis bagaimana keluarga Hasban.

"Hasna."

"Lho, adek ini siapa?" Tanya Bu Khadijah sembari menerima uluran tangan Hasna.

"Keponakan Om Hasban." Jawab Hasna menyembunyikan rasa sakit nya. Sedangkan Hasban menatap Hasna dengan nanar.

"Oalah, baru pulang to nduk?"

"Iya, kalau gitu Hasna kekamar dulu ya." Ucap Hasna lalu berlari menaiki anak tangga dengan tergesa. Gadis itu tidak tahan menahan nya. Air matanya sudah mengalir deras membasahi kedua pipi bulat nya.

Gadis itu menjatuhkan dirinya dikasur, memeluk gulingnya sembari terisak pilu. Gadis itu benar-benar tidak habis fikri dengan permintaan lelaki paruh paya yang meminta suaminya untuk menikahi anak nya.

Ini yang ia takutkan. Belum juga hilang fikirannya tentang Bu Sherly dan Hasban. Kini dikejutkan dengan kedatangan sepasang suami istri itu.

"Hiks...Ummi." isak Hasna.

"Hasna ngga mau dipoligami." Ucap gadis itu seraya meremas guling nya, menyalurkan rasa sakit itu disana.

Hasna bangkit lalu meraih ponsel yang berada ditasnya. Buru-buru ia menghubungi Afif meminta agar lelaki itu menjemputnya.

"Mas Apip jemput Hasna." Ucap Hasna kala panggilan telah tersambung.

"Lah, kenapa Na?"

"Jemput Mas! Hasna ngga mau disini." Isak Hasna yang membuat Afif heran sekaligus khawatir diluar sana.

"Kenapa-kenapa? Cerita pelan-pelan Na. Jangan begini."

"Pokoknya jemput Hasna sekarang!" Ucap Hasna lalu menutup panggilan itu secara sepihak. Berjalan meraih koper yang berada sisudut kamar dan membukanya dengan kasar.

Guruku ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang