Ruangan Hasna dipenuhi dengan keantusiasan para orang tua kala bayi mungil berjenis laki-laki itu dibawa oleh perawat kedalam ruangan. Mereka benar-benar menyambutnya dengan binar bahagia. Terlebih Ummi Aisyah yang sudah lama menginginkan cucu.Sontak saja beberapa dari mereka berjalan mengerubungi box bayi dengan senyuman yang menggembang dibibir nya. Melihat bayi itu membuat mereka gemas sendiri. "Keponakan gue." Kekeh Afif sembari merangkul pundak sang istri.
"Lucu banget ya mas?" Ucap Mahila.
"Iya sayang, gemes." Balas Afif.
"Masya Allah, mirip banget sama Hasban." Ujar Ummi Fatimah dengan senyum mengembang. Diusapnya jemari mungil itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Tak jauh dari Ummi Fatimah, respon Ummi Aisyah pun sama, "Lho iya, jiplakan kamu banget ini Le. Dulu waktu bayi, kamu juga seperti ini." Ungkap Ummi Aisyah merasa de javu.
Hasban terkekeh pelan mendengarnya.
"Coba-coba liat." Ucap Abi Aziz sedikit merapatkan diri pada Ummi Fatimah. Lelaki yang baru saja berganti, status menjadi seorang kakek itu tersenyum menatap bayi yang tertidur dengan anteng didalam box bayi.
"Hasna kebagian mata doang ini." Kekeh nya yang disambut gelak tawa dari semua orang.
"Ngga apa-apa, mata Hasna juga bagus kok." Bela Hasna walau sebenarnya ia ada sedikit rasa cemburu saat anaknya lebih banyak mirip Hasban dibanding dirinya. Sebab, Hasna lah yang mengandung selama sembilan bulan, dibawa kemana-mana, merasakan suka duka bersama tapi begitu lahir malah mirip Hasban.
"Iya, cantik gini matanya." Ucap Hasban seraya mengelus kelopak mata Hasna.
"Iya lah! Emang mata nya mas, sipit." Ucap Hasna sombong.
"Loh, kok malah mencela? Ngga baik dek." Tegur Ummi Fatimah yang dibalas cengiran khas oleh nya.
"Engga ding, mata sipit juga bagus kok. Kayak Oppa-oppa korea." Balas Hasna sembari mengusap rahang Hasban sekilas.
"Semua ciptaan Allah ngga ada yang ngga bagus." Ucap Hasban mengusap kepala Hasna dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Sudah ada nama nya belum ini?" Tanya Abi Ali.
"Belum, Abi." Jawab Hasban.
"Nah, gue mau nyumbang nama."
"Ngga boleh! Anak nya Hasna itu calon anak sholeh, tidak menerima sumbangan nama dari mas Apip." Ujar Hasna.
Afif yang memang tidak mau memancing emosi Hasna hanya mendengus mendengarnya. Mau tidak mau mengalah saja dari pada akan terjadi perang ke tiga.
"Cieee, Kak Hila bentar lagi nyusul." Ujar Hasna sembari menaik turunkan kedua alisnya berniat menggoda kakak iparnya.
"Hahaha, masih lama Hasna. Doain ya semoga lancar." Ujar Hila.
"Aamiin...." Jawab orang-orang yang berada didalam kamar itu.
Tawa mereka terhenti kala suara tangis bayi mulai terdengar, rupanya bayi milik Hasna menangis, mungkin karena terganggu dengan suara-suara mereka atau karena lapar minta untuk diberi asi oleh ibunya.
"Duh, keganggu ya sayang." Ucap Ummi Aisyah sembari membopong bayi mungil itu, lalu ia serahkan pada Hasna.
"U-ummiiiii, Hasna ngga bisa." Protes Hasna takut bayi itu akan terjatuh dari gendongan nya.
Mereka sontak terkekeh kecil melihatnya, ada-ada saja perempuan ini. Sudah menjadi ibu tapi masih takut untuk menggendong bayinya sendiri.
"Ayo dicoba, masa ngga bisa. Sudah jadi ibu lho." Ujar Ummi Fatimah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Imamku
General FictionBagaimana rasanya saat engkau menyimpan rasa tidak suka pada seseorang karena sikap nya, tapi malah disatukan dengan orang itu dalam ikatan yang sah. Itu yang Hasna rasakan, ia harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah menjadi pendamping hidup le...