imam dan makmum

5.4K 225 3
                                    

Siang ini Hasna tampak sangat lesu, beberapa menit yang lalu ia baru saja selesai mengerjakan ulangan matematika nya. Bukan masalah yang besar sebenarnya. Hanya saja, Hasna mengerjakan sendiri tanpa bantuan teman-temannya seperti biasa ditambah guru matematika yang terus menatap nya horor.

Siang ini juga, Hasna dan beberapa temannya ditunjuk oleh Bu Lidia untuk mengikuti kelas nya diperpustakaan. Hanya Hasna, Sisil, Laila, Annisa, Ahnaf, Anin, Rivan dan Radif saja yang terpilih untuk mengikuti kelas tersebut.

Hasna berjalan dengan lesu, menyeret kaki yang terbungkus kaos kaki dan sendal jepit itu sembari menenteng buku tulis dan bolpoin. Berjalan perlahan menuju perpustakaan.

Setelah mengisi absensi, gadis itu segera masuk kedalam perpustakaan, menghampiri teman-temannya yang sudah hadir terlebih dahulu darinya.

"Assalamu'alaikum." Salam Hasna sembari mendudukan dirinya ditengah-tengah Sisil dan Laila. Lesehan.

"Wa'alaikumsalam."

"Bu Lidia barengan sama lo ngga?" Tanya Radif yang dibalas gelengan kepala oleh Hasna.

"Coba lo chat, La." Suruh nya pada Laila yang tengah mengotak-atik ponsel nya.

"Ogah! Lo aja chat sendiri." Balas Laila sembari menatap Radif kesal.

"Jangan ngelendot, ah! Berat." Ucap Sisil sembari menggerakkan bahunya agar Hasna memindahkan kepalanya dari bahu Sisil.

"Huahhh, capekkkk!" Ucap Hasna sembari membaringkan tubuhnya disana.

"Nih, pake bantal." Ucap Rivan memberikan bantal yang berada diperpustakaan untuk Hasna.

"Wihhh, empuk nih. Makasih ya." Balas Hasna lalu menggunakan bantal tersebut.

Mereka memang duduk dibawah, duduk diantara meja-meja bundar yang berada diperpustakaan. Mereka duduk berkelompok dengan siswa putri yang berada dipaling pojok kanan, dan siswa laki-laki duduk dimeja pojok kiri.

"Dif, bagi dua dong." Ujar Sisil pada Radif yang langsung diberi lemparan dua bantal oleh Radif.

Memang diperpustakaan terdapat banyak bantal yang mereka juga tidak tau untuk apa, biasanya sih berada di ruangan tertentu, tapi saat ini bantal-bantal tersebut berada diperpustakaan. Yahh, lumayan lah untuk tidur.

"Kita disuruh ngapain ya?" Tanya Hasna.

"Palingan cuma kayak waktu kelas sebelas dulu. Semacam game gitu, ini tu cuma untuk mempermudah program kerjanya Bu Lidia doang." Ujar Annisa.

"Dapet konsumsi ngga nih?" Tanya Ahnaf.

"Konsumsi mulu pikiran lo." Balas Radif.

"Laper gue." Cengir Ahnaf.

"Yang kelas sepuluh kita dapet makan malah." Lanjutnya.

"Beda guru oneng!" Balas Sisil.

"Eh, siapa tau pintu hatinya Bu Lidia terketuk, jadi nya nanti nraktir kita makan." Ujar Hasna.

"Bener, minimal naspad lah ya." Timpal Anin tergelak.

"Berharap apa lo sama Bu Lidia." Tawa Laila menggema diperpustakaan.

"Shttt! Diperpus ngga boleh ramai, lho." Tegur salah satu penjaga perpustakaan yang sedikit terganggu karena suara kedelapan siswa tersebut.

"Iya, afwan ibu." Ujar Annisa sembari menangkupkan kedua tangannya didepan dada.

"Diem makanya! Ngomong mulu sih." Ujar Annisa sembari menatap teman-temannya.

"Punya mulut, wajar lah." Balas Ahnaf dibalas kekehan kecil dari teman-temannya.

Guruku ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang