Suara gaduh terdengar dari rumah Ummi Fatimah. Memang saat ini adalah hari pernikahan Afif. Kini hampir seluruh rumah heboh karena mereka kesiangan karena tidur terlalu larut. Baik Hasna mau pun Hasban, keduanya pun malah tertidur lagi setelah sholat subuh karena merasakan lelah nya tadi malam membereskan barang-barang yang akan dibawa kerumah mempelai perempuan.
Hasna yang memang sudah siap hanya duduk dikursi sembari memperhatikan orang-orang yang berjalan kesana kemari. Sebenarnya ia ingin membantu tapi dilarang karena kehamilan Hasna yang sudah menginjak enam bulan. Hasna iya-iya saja walau aslinya kakinya sudah gatal ingin berjalan-jalan.
Untuk masalah kuliah, Hasban memang tidak mengizinkan Hasna karena takut Hasna kelelahan dan membahayakan Hasna dan calon bayinya. Mungkin, setelah Hasna melahirkan Hasban baru mengizinkan Hasna untuk melanjutkan studinya, tapi kalau Hasna memang tidak mau, yasudah. Ia tidak akan memaksa.
"Mass." Panggil Hasna pada Hasban yang baru saja turun dari lantai atas.
"Pripun dek?" Tanya Hasban.
"Mas Apip masih lama apa? Dari tadi ngga keluar-keluar." Tanya Hasban.
"Masih bebenah, dek. Itu segala pecinya hilang." Ujar Hasban sembari mengusap kepala Hasna yang tertutupi jilbab.
"Cantik nya istri mas." Ucap Hasban menjawil hidung Hasna dengan gemas.
"Iyalahhh, Hasna gitu lohhhhh." Ujar Hasna menyombongkan diri. Hasban terkekeh kecil mendengar nya.
"Kamu ini."
Hasna menyengir lebar mendengar nya. Perempuan itu beranjak dari duduknya hendak menghampiri Ummi dan kakaknya yang berada didalam kamar. Hasban mencegah Hasna kala perempuan itu bangkit dari duduknya.
"Mau kemana?" Tanya Hasban.
"Mau liat mas Apip." Jawab Hasna.
"Naik turun dek, perut kamu udah besar gini." Ucap Hasban seraya mengusap perut Hasna yang membuncit.
"Tapi kepo ih!" Seru Hasna.
"Sebentar lagi turun itu mas mu." Ucap Hasban menggiring Hasna kedepan.
Sesampainya didepan rumah, beberapa sanak saudara yang hendak ikut mengantar akad sudah berada dirumah. Mereka telah mengenakan baju seragam kompak, dengan para lelaki yang mengenakan batik. Sedangkan yang perempuan mengenakan gamis broklat.
Hasban menyalami seluruh anggota keluarga diikuti oleh Hasna. Mereka menyambut bumil satu ini dengan riang. Banyak yang menatap gemas pada Hasna lantaran tubuhnya yang pendek ditambah perut yang membuncit membuat Hasna terlihat seperti pinguin.
"Walah, sudah besar ini." Ucap Maira.
"Iya tante." Jawab Hasna tersenyum lebar.
"Sudah ngidam apa aja? Ngga yang aneh-aneh kan?" Tanya Amira.
"Ndak kok," balas Hasna.
"Ndak salah dek." Batin Hasban tersenyum tipis mengingat permintaan Hasna yang diluar angkasa raya.
"Wo ya ngga rewel ya? Dulu mba mu malah parah, ditambah mual-mual juga." Ucap Amira menceritakan kehamilan putrinya.
"Eh iya lho, aku sampai cape banget waktu itu." Sambung Zahra.
"Alhamdulillah aku engga si mba." Ucap Hasna.
"Iyo untungnya engga, kalau iya hessss repot kamu, Na." Ucap Maira. Hasna hanya menyengir saja, lalu memutuskan untuk kembali duduk dibangku yang berada dihalaman rumahnya ditemani oleh Hasban.
"Pegal ya?" Tanya Hasban sembari mengusap punggung Hasna dengan lembut.
"Sedikit." Jawab Hasna.
"Apa kita ngga usah ikut saja? Kamu keliatan capek gitu." Usul Hasban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Imamku
General FictionBagaimana rasanya saat engkau menyimpan rasa tidak suka pada seseorang karena sikap nya, tapi malah disatukan dengan orang itu dalam ikatan yang sah. Itu yang Hasna rasakan, ia harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah menjadi pendamping hidup le...