Malam setelah sholat isya, Hasban menyuruh Hasna untuk bersiap-siap karena keduanya akan pulang dari rumah Pakde Danang. Hasna hanya iya-iya saja, mau bagaimana juga ia kan hanya ikut suami.
Walaupun sedari tadi Ummi dan Bude Weni sudah meminta Hasban untuk menginap saja karena hari sudah malam, terlebih lagi terlihat Hasna yang sudah lelah membuat Bude dan Ummi merasa iba jika harus melakukan perjalanan pulang.
Tapi Hasban berusaha meyakinkan kedua perempuan itu hingga akhirnya mereka mengalah dan membiarkan Hasban dan Hasna pulang kerumahnya sendiri.
Hasna dan Hasban yang masih berada dikamar. Lebih tepatnya membereskan barang-barang bawaannya. Terlebih Hasna yang terlihat mengingat-ingat barang apa saja yang ia bawa dan sempat ia keluarkan dari dalam tas Hasban.
"Apa aja sih barang Hasna kemarin?" Ucap Hasna seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Memang nya ada lagi?" Tanya Hasban.
"Ngga tau, kayak nya udah semua tapi Hasna takut ada yang kelupaan." Ucap Hasna seraya mengecek kembali barang bawaanya.
"Memang kamu ada bawa sesuatu? Kayaknya cuma baju saja, alat mandi, hp sama apa itu yang buat bibir." Ucap Hasban bergerak menghampiri Hasna, mengelus kepala Hasna dengan sayang lalu bergerak mencium kening gadis itu.
"Iya juga ya." Balas Hasna.
"Ya ngga tau, gimana sih kamu." Ucap Hasban gemas.
"Udah kayaknya. Yuk pulang yuk." Ucap Hasna bergerak menutup tas milik Hasban lalu ia serahkan pada Hasban agar lelaki itu membawanya.
"Berat ngga mas?" Tanya Hasna.
"Ndak." Jawab Hasban.
"Sama Hasna beratan mana?" Tanya Hasna sembari mendongak menatap Hasban.
"Memang nya kenapa?"
"Kamu meragukan kekuatan mas?" Tanya Hasban yang dibalas gelengan oleh Hasna.
"Mas bawa tas gini sambil gendong kamu juga kuat, dek." Ujar Hasban sembari terkekeh pelan.
"Mau coba ndak?"
"Apasih!!" Ucap Hasna tersipu, tangan kecilnya ia gunakan untuk memukul bahu Hasban pelan. Keduanya berjalan beriringan menuju ruang tengah guna untuk berpamitan pada kedua orang tua Hasban dan Pakde budenya.
"Ummii, Hasna mau pulang." Ucap Hasna sembari memeluk mertuanya dengan erat.
"Iya nduk, hati-hati yo. Suruh suami mu pelan-pelan bawa mobil nya. Ndak usah kesusu, udah malam soalnya." Ucap Ummi Aisyah.
"Lagian sudah malam bukannya menginap malah pulang." Ucap nya.
"Ndak papa Ummi, Hasban ada kerjaan soalnya." Jawab lelaki itu sembari mencium tangan Ummi dan Abinya.
"Yowes, hati-hati lho, Le. Kabari Ummi kalau sudah sampai." Ucap Ummi.
"Nggih Ummi." Balas Hasban.
"Bude, terimakasi ya. Kapan-kapan Hasna kesini lagi." Ucap Hasna seraya mencium tangan Bude Weni.
"Iyo nduk, sering-sering kesini temani mba mu." Ucap Bude Weni.
"Siap bude."
Kedua nya berjalan diikuti oleh keempat orang tua tersebut, beralih kedepan guna berpamitan pada beberapa kerabat yang juga masih berada dirumah Pakde Danang. Menyalami mereka satu persatu sembari berbincang sekilas.
"Hati-hati, jangan buru-buru Ban." Pesan Paklek Ahmad.
"Nggih Paklek." Jawab Hasban.
"Sering-sering kesini Ban. Sharing-sharing sama saya." Kekeh Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Imamku
General FictionBagaimana rasanya saat engkau menyimpan rasa tidak suka pada seseorang karena sikap nya, tapi malah disatukan dengan orang itu dalam ikatan yang sah. Itu yang Hasna rasakan, ia harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah menjadi pendamping hidup le...