Hasna terduduk dibangkunya sembari melirik kanan dam kiri nya berharap teman-teman nya peka dan memberikan jawaban padanya. Memang, hari ini tengah diadakan pengambilan nilai mapel sosiologi.
Saat dilangsungkan ulangan harian itu pun buku serta ponsel mereka harus dikumpulkan. Bu Diana melakukan itu agar siswa-siswi nya tidak mencontek.
"Pina, nomor dua." Ucap Hasna berbisik.
"Mobilitas antar wilayah, antargenerasi, integenerasi sama intragenerasi." Jawab Pina.
"Oh okeyy, tengkyuuu." Ucap Hasna yang langsung mencatat jawaban yang Pina berikan padanya.
"Kerjakan sendiri! Kalau terus-terusan bergantung sama temannya bagaimana kedepannya nanti?" Ucap Bu Diana menyindir beberapa murid yang terlihat mencontek jawaban teman lainnya.
Hasna yang merasa tersindir itu mencibir pelan, gadis itu benar-benar kesal dengan guru itu. Sejak kelas sepuluh pun Hasna tidak suka dengan guru itu. Memang terkesan tidak sopan yah Hasna ini.
Hasna kembali membaca soal miliknya, kembali mengingat materi yang sudah terlewat. Gadis itu mengetuk keningnya sembari bergumam pelan.
"Sosial climbing itu turun ngga sih?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Sosial climbing naik bodoh!" Ucap Pina mengingatkan.
"Sosial sinking baru turun." Lanjutnya.
"Lo belajar kaga sih?" Tanya Pina.
"Belajar, tapi lupa." Jawab Hasna menyengir lebar. Pina dan Keysa yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala sembari terkekeh miris.
"Ya lagian suka banget nyelip-nyelipin materi kelas sebelas, aneh dah bu guru mah." Ucap Hasna.
"Lo diem deh Na kalau mau aman." Peringat Pina. Sudah tau Bu Diana ini bagaimana masih saja uji nyali.
Bu Diana memang terkenal galak dan tegas, bahkan melebihi Bu Maryam. Bahkan saat kelas sepuluh sudah seperti kebiasaan ia memarahi Hasna dan siswa yang jarang mengerjakan tugas, tidak tanggung-tanggung, siswa yang telat mengumpulkan tugas akan dihukum yaitu menyalin tugas itu sebanyak lima kali. Hasna yang kapok pun berusaha mengumpulkan tugas tepat waktu.
"Kita udah selesai, lo mau liat ngga?" Tanya Pina. Hasna mendongak menatap Pina dan Keysa bergantian, gadis itu beralih menatap kertas ujian miliknya lalu kembali menatap kedua temannya sembari menggelengkan kepalanya pelan.
"Ndak usah, yang ini biar aku kerjain sendiri, makasih ya." Ucap Hasna.
"Beneran? Tinggal lima belas menit lagi lho." Ucap Keysa.
"Bener Key, aku mau usaha sendiri." Ucap Hasna sembari menulis jawaban yang sudah ia temukan.
"Yaudah deh, kita duluan ya."
"Iyaaa!" Ucap Hasna kembali fokus pada soal yang hanya tersisa dua lagi. Setelah memahami soal didepannya gadis itu langsung menjawabnya karena kebetulan soal yang ia baca lumayan mudah untuk dimengerti.
"Bismillah sisa satuu!" Seru gadis itu buru-buru menjawab soal itu dan berjalan kedepan guna mengumpulkan kertas miliknya ssmbari menghela nafasnya lega.
"Akhirnyaaaaaaa!" Seru gadis itu menyimpan kepalanya diatas meja sembari memejamkan matanya.
"Ulangan harian aja begini ye, gimana kita ujian buat kelulusan nantii." Ucap Pina.
"Duhh, dua minggu lagi ya?" Ucap Keysa.
"Aihhhh habis itu lulusss!" Ucap Hasna menatap kedua temannya dengan sendu.
"Ngga kerasa banget ya, kayak nya masa mpls belum lama deh. Ini kok mau lulus aja." Ucap Keysa mengusap ujung matanya seolah-olah ada air mata disana.
"Ayok masuk kampus yang sama, berasa ngga bisa tanpa lo berdua, gue." Ucap Pina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Imamku
General FictionBagaimana rasanya saat engkau menyimpan rasa tidak suka pada seseorang karena sikap nya, tapi malah disatukan dengan orang itu dalam ikatan yang sah. Itu yang Hasna rasakan, ia harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah menjadi pendamping hidup le...