Pertanyaan yang dilontarkan Taehyung membuat kedua temannya tersedak, terutama Jungkook. Sang sasaran pertanyaan. Dengan cepat mereka menenggak es teh manis itu.
"Hah? Apa?!" ujar Jungkook
"Jawab aja kali kak. Nggak apa apa kok"
"Lo tau dari siapa?"
"Nggak perlu tau, cukup jawab pertanyaan gue. Iya apa nggak?" tegas Taehyung
"Nggak ah. Ngaco banget omongannya. Gue masih tetep stay di Rkive buat saat ini"
"Tapi lo apply kan kak?"
"Hhh. Oke deh, gue jujur. Iya emang bener gue apply salah satu program magang ke Jepang. Baru lolos tahap awal - awal. Belum sampai wawancara"
"Kenapa?"
"Huh?" ucap Jungkook
"Kenapa pergi? Kakak nggak betah kah disini? Sama gue? Sama yang lain?" tanya Taehyung lirih
"Tae, nggak gitu dek.." Seokjin berusaha menenangkan Taehyung. Ia tak menyangka, reaksinya akan seperti ini
"Ya terus kenapa kak? Dia udah mulai bosen ya direpotin sama gue?" tanya Taehyung pada Seokjin. Sungguh, kata - kata itu tak terpikirkan sebelumnya oleh Taehyung. Seolah keluar begitu saja.
"Kok lo ngomong kayak gitu?" Jungkook mulai tersulut emosi. Seokjin yang berada di tengah tengah keduanya berusaha menarik mereka keluar. Tak enak kalau di dalam kantin. Mengganggu orang lain, pikirnya.
Setelah berhasil menyeret keduanya ke taman dekat kantin, Seokjin melepaskan genggamannya pada kedua lengan sahabatnya itu.
"Coba lo pada saling ngomong deh. Jangan ada yang ditutup tutupin lagi. Pusing gue dengernya"
"Gue cuma kecewa aja, kak. Kayaknya gue doang ya yang nggak tau rencana ini? Kasian banget jadi gue" ujar Taehyung dengan penuh emosi. Terlihat dari kedua bola matanya yang memancarkan begitu banyak amarah. Tak pernah Jungkook lihat Taehyung yang seperti ini
"Gue mau jelasin, tapi nunggu timing yang tepat Tae" jawab Jungkook
"Kapan? H-1 lo berangkat? Iya? Oh atau malah hari H?"
"Nggak gitu.."
"Ya terus gimana coba-"
"Lo diem dulu bisa nggak? Omongan gue daritadi dipotong terus sama lo" tegas Jungkook. Kesabarannya sudah habis. Ia pun melihat Taehyung sedikit tersentak karena ucapannya. Seokjin mengusap pelan punggung lebar Jungkook. Mengisyaratkannya agar sabar, tak perlu dengan nada bicara yang sebegitu tingginya.
"Sorry" adalah kata pembuka pertama yang Jungkook ucapkan
"Sorry for everything. Gue emang awalnya masih ragu mau ambil kesempatan ini. But Bang Jin told me, gue gak boleh buang - buang kesempatan ini. Makanya gue coba, dan ini baru beberapa tahap. Belum pasti juga gue kesana. That's why gue belum ngomong apa apa sama lo"
"Kenapa?" tanya Taehyung lirih
"Ini bukan cuma mimpi gue, ada mimpi adek gue juga disini. Makanya sebisa mungkin gue bakalan kejar. Bukan karena gue mau ngejauh dari lo, nggak. Apalagi alesan yang lo bilang, kalo lo ngerepotin. Nggak pernah ada kata kerepotan kalo itu nyangkut tentang lo, tentang persahabatan kita"
"Apa yang diomongin Jungkook semuanya bener Tae. Nggak ada istilahnya dia mau ninggalin lo, sama sekali nggak. Malah dia bingung kalau seandainya lolos. Kerasa berat ninggalin lo. Lo juga ngerti kan segimana sayangnya dia ke lo. Segimana deketnya kalian. Tapi, ini bukan cuma soal persahabatan aja, ini soal mimpi. Soal cita - cita"
Melihat mata Taehyung yang mulai memerah, Seokjin menghampirinya dan kemudian memeluknya erat. Taehyung menumpahkan tangisannya di bahu Seokjin. Ia seolah lupa bahwa mereka masih berada di tempat umum. Namun, ia tak peduli. Ia hanya butuh tempat untuk menumpahkan segala perasaan yang berkecamuk di hatinya.
Melihat Seokjin yang memeluk erat serta mengusap punggung bergetar Taehyung membuat Jungkook menengadahkan kepalanya sejenak. Menghalau air mata yang entah mengapa mudah sekali turun jika itu menyangkut tentang Taehyung.
.
Sampai di kostan, tak ada satu kata pun yang Taehyung ucapkan. Ia hanya diam, langsung berjalan menuju kamarnya. Terdengar pula suara pintu terkunci.
"Bang, dia gak akan kenapa napa kan?" tanya Jungkook cemas
"Aman. Nanti gue cek, pasti. Dia cuma butuh waktu aja sih menurut gue. Dah lo pulang sono ke kamar lo. Gue mau istirahat"
Jungkook berjalan gontai menuju kamarnya. Melirik sebentar ke arah pintu kostan Taehyung, kemudian melanjutkan langkahnya. Di dalam kamarnya, Taehyung langsung merebahkan diri. Memejamkan matanya untuk menahan air mata yang lagi lagi menetes begitu saja. Ia terus bertanya pada diri sendiri. Apa yang terjadi? Mengapa ini terjadi? Bagaimana ia akan menjalaninya nanti? Semua itu membuatnya lelah, hingga tak sadar ia pun tertidur.
Taehyung terbangun ketika mendengar ponselnya berbunyi. Dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka, ia melihat nama yang tertera disana. Kak Yoon.
"Ya kak?" loh suara gue kok serak gini
"Tae? Kamu sakit? Kok suaranya serak gitu? Abis makan apa?"
"Nggak kak, tadi sebelum tidur baik baik aja kok" kok masih aja serak sih. Ia coba menetralkan suaranya dengan batuk batuk kecil. Namun, usahanya itu tak membuahkan hasil.
"Bohong banget. Itu suaranya masih serak. Nanti kakak paketin obat deh ya dari sini. Sama cemilan dikit dikit"
"Iya kak"
Sepanjang obrolannya, suara Taehyung tak kunjung membaik. Malah, tenggorokannya semakin terasa sakit. Ia tak tahan, maka ia memutuskan untuk mengakhiri panggilannya dengan Yoongi
"Kak udah ya, tenggorokanku sakit tiap ngomong"
"Yaudah. Istirahat ya, abis ini kakak langsung packing buat kamu. Take care, dek"
Taehyung mengusap wajahnya sedikit kasar. Hhh gue kenapa sih. Beranjak dari tidurnya, melirik jam digital di nakas. Pukul sembilan malam. Cukup lama ia tertidur. Segera ia menuju kamar mandi, mencuci wajahnya yang sedikit sembab akibat tertidur dalam keadaan menangis. Tak lama, terdengar pintu kamar kostnya diketuk disusul suara Seokjin, Tae? Beli makan gak? Ketika ia membuka pintu, Seokjin sedikit mengerutkan keningnya.
"Kenapa kak?" jawab Taehyung pelan, karena sungguh suaranya jelek sekali. Tenggorokannya masih terasa sakit
"Loh? Suaranya? Kok?" Seokjin makin terheran - heran
"Nggak tau. Bangun tidur udah gini kak"
"Yaudah lo tunggu disini deh ya. Gue beli dulu makan ke depan. Mau apa?"
"Apa aja" jawabnya tanpa suara. Hanya bisikan halus
"Yaudah, minum air anget dulu. Tunggu ya"
Taehyung hanya mengangguk. Menyaksikan Seokjin menuruni tangga dengan sedikit cepat. Sesampainya di bawah, Seokjin mengeluarkan ponselnya, kemudian mencari kontak Jungkook disana.
Jung parah lo anak orang sampe sakit
Tak lama, notifikasi balasan pesannya dari Jungkook muncul
Emang kenapa?
Taehyung suaranya serak banget itu. Abis nangis kali dia. Nanti kita samperin bareng deh. Gue mau beli makan dulu
Tunggu. Gue ikut
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST GIFT
Short StoryTaehyung yang bekerja diluar kota demi melanjutkan pendidikannya, bertemu dengan seorang lelaki bernama Jungkook. Yang mengejutkan, Taehyung pernah memimpikan lelaki ini, jauh sebelum mereka bertemu. Takdir kah?