Pertolongan Jimin

191 12 0
                                    

"Nggak boong kan lo?"

"Etdah, kayaknya lo semua lebih percaya info gue maling nugget ya dibanding kabar kayak gini"

"Muka lo tuh meragukan anjir"

"Salah muka gue dimana?"

"Lo jelek"

"Anjing. Serius ni gue. Bantuin ngomong ke Taehyung dong" bujuk Jungkook

"Bro, lo dengerin nih ya omongan gue baik - baik. Itu bocah kalo dah ngambek bujuknya susah, harus banyak effortnya" jawab Jimin. Ya, saat ini mereka sedang melakukan panggilan telpon

"Ya justru itu gue nanya elo, kan lo sohibnya banget. Kenal Taehyung jauh sebelum kita kita. Mumpung dia di Bandung juga kan."

"Lah? Balik dia?"

"Gak tau lo?"

"Nggak, gue lagi agak hectic sama kerjaan jadi nggak ada ngechat dia akhir - akhir ini"

"Apa gue susulin aja ke Bandung?"

"Terus, abis nyampe sini lo mau ngapain?"

"Ya.. Kagak tau hehehe"

"Gak jelas lo. Ntar deh gue bantuin, gue mau nyamper ke rumah dia"

"Nah gitu kek dari tadi. Thanks ya!"

"Iyeee"

Panggilan pun diputus begitu saja oleh Jungkook. Sejujurnya, ia ingin sekali pergi ke Bandung saat ini juga. Menjelaskan semuanya pada Taehyung, semua hal yang membuatnya ragu. Tapi, ia tak mau gegabah. Ia masih mengingat dengan jelas perkataan Seokjin tempo hari yang mengatakan Taehyung masih butuh waktu. Dan yang bisa ia lakukan saat ini hanya menunggu.

.

"Adek, ada Jimin ini di bawah. Ayo turun" teriak Hyorin

"Dih si kecil ngapain sih kesini. Orang mau me time juga" gerutu Taehyung. Inginnya, hari Minggu pagi seperti ini ia habiskan hanya dengan bermalas - malasan di kasur kesayangannya. Namun, impiannya itu harus terganggu akibat kedatangan Jimin.

Sampai di bawah, terlihat Jimin sedang duduk manis sambil tersenyum. Ia juga sedikit melambaikan tangannya pada Taehyung. Di depannya, berjejer dua kotak putih berlogo toko kue langganan Jimin. Sudah Taehyung duga, sahabatnya ini pasti ingin menanyakan sesuatu.

"Ngapain?" Ketusnya seraya duduk di samping kanan Jimin. Tangannya ia silang di depan dada, lengkap dengan muka sinisnya

"Buset, bayi beruang nggak boleh galak. Nih, kakak bawain strawberry cake. Mmm pasti enak deh" goda Jimin

"Gue nggak minta tuh"

"Ini kakak kasih lho, spesial buat adik Taehyung" Jimin mencolek main - main dagu Taehyung

"Ih Jimiiiii! Apa sih! Gak jelas banget?!" ia menepis lengan Jimin cukup keras

"Waduh marah beneran anjir. Lo nggak liat usaha gue nih, udah beliin lo kue pagi pagi buta begini"

"Ya pasti lo ada maunya kan?" tuduh Taehyung

"Nggak baik lo nuduh - nuduh orang kayak begitu"

"Emang lo orang?"

"Sabar sabaaar gue Tae punya temen kayak elo" ia mengelus dadanya. Pemandangan seperti ini yang disukai Taehyung. Ia tak kuasa menahan tawanya. Namun, siapa sangka Jimin ini hanya berakting.

"Haha lucu bangeeet Jimi"

"Penderitaan gue kayaknya bawa lebih banyak kebahagiaan ya buat lo"

"Enggaaak ih orang becanda aja. Makasih Jimiii"

"Sama sama Tae. Simpen gih satu di kulkas, satu lagi lo boleh buka sekarang"

"Hng? Kenapa? Emang kita mau kemana?"

"Gue mau ajak lo Sunmori. Mau gak lo?"

"Ih mauuu banget. Udah bilang bunda?"

"Udah"

"Ayah?"

"Udah jugaa"

"Kak Yoon?"

"U- eh iya belom"

"Iiih bilang dulu sanaa"

"Ih ogah ah. Lo aja Tae, gue takut diamuk"

"Siapa yang ngamuk?"

Seketika Jimin dan Taehyung berhenti berbicara. Melihat sedikit demi sedikit ke arah dapur. Terlihat Yoongi memegang satu cup kecil. Ia menghampiri Taehyung dan Jimin, kemudian mendudukkan dirinya di sofa single di samping Taehyung.

"Mau ngapain?" tanya Yoongi sambil menyimpan cup kopinya

"Mau sunmori kak hehe" ucap Jimin

"Awas ya, kakak jangan la-"

"Boleh. Pergi aja. Pakai jaket sama helm yang bener. Pake sepatu aja, bawa air mineral juga"

Jimin dan Taehyung terkejut tentu saja. Semudah itu kah kakaknya ini memberikan izin? Namun mereka tak mau banyak berfikir. Mungkin mood kakaknya ini sedang kelewat baik. Taehyung hanya mengangguk, kemudian berlari menuju kamarnya untuk bersiap - siap

"Gue tau dia lagi ada masalah. Jadi gue izinin dia pergi sama lo. Tolong ya Jim, bikin dia nyaman buat cerita"

Hanya segelintir kalimat yang keluar dari mulut kakak sahabatnya itu, namun efeknya begitu besar. Jimin hanya mengangguk, ia tak bisa menjanjikan apapun tapi ia akan berusaha. Apapun, demi sahabat baiknya.

Taehyung dan Jimin akhirnya sampai di sebuah danau. Entah dimana ini, Taehyung tak tau ada tempat seindah ini di dekat rumahnya. Hanya butuh waktu 2 jam saja. Mereka segera menyamankan posisi duduk. Menata beberapa snack ringan yang mereka beli di perjalanan.

"Jim, Kak Jung mau ke Jepang. Gue harus gimana ya?"

Tepat sekali. Jimin tak perlu bersusah payah menyusun kalimat pembuka untuk itu. Taehyung sudah mengatakannya sendiri. Ia tau, lambat laun sahabatnya ini akan berbagi cerita kepadanya

"Gimana apanya Tae?"

"Sikap gue, sama dia.. Gue selama ini cuekin dia. Nggak tau kenapa bisa kayak gitu. Gue cuma.. Bingung.."

"Bingung?"

"Hm. Bingung harus seneng atau sedih? Nyata atau nggak? Gue bingung"

"Gue tau, berat rasanya buat pisah sama seseorang yang selalu ada buat kita. Tapi Tae, nothing last forever. Semuanya bakalan terpisah sama jalannya masing - masing. Pisah dengan tawa, atau dengan tangis kita nggak ada yang tau"

Taehyung mengeratkan pelukannya pada kedua lututnya yang ditekuk. Menundukkan kepala diantaranya. Jimin benar, ia harus bisa. Ia harus mampu.

"Life must go on, Tae. Gue yakin lo bisa. It's just Japan. Masih Asia. Lo bisa samperin dia kapanpun"

"Nggak gitu konsepnyaaa" Taehyung merajuk, suaranya sedikit teredam.

"Haha, ya tapi bener kan? Lo masih bisa nyamperin dia kesana. Dia juga pasti balik kesini, disini rumah dia Tae. Nggak mungkin dia gak balik - balik"

"Tapi kan nggak tiap hari Jimii"

"Dih? Lo juga jarang ketemu gue sekarang, nggak ada tuh ngambek ngambek kayak gitu. Emang pilih kasih lo huuuu"

Taehyung memukul kecil lengan Jimin. Ia selalu jadi orang yang paling mengerti Taehyung, dalam hal apapun. Sekali lagi, Taehyung bersyukur akan kehadiran Jimin di hidupnya.

"Jimi, lo jangan berani - berani kabur juga ya. Gue nanti nggak ada temen" mata Taehyung sedikit berkaca - kaca ketika mengatakan keinginannya tersebut pada Jimin.

"Nggak, gue bakalan deket sama lo terus. Promise"

Sore itu, perasaan Taehyung menjadi lega. Bebannya sedikit terangkat. Ia akan mengingat selalu perkataan Jimin hari ini. Ia tak akan menghalangi Jungkook. Ia akan berusaha mendukung apapun yang Jungkook mau. Jungkook berhak atas hidup dan masa depannya sendiri. Dan Taehyung, akan selalu menjadi orang yang setia dibelakangnya. Melihat dan mendoakan apapun yang terbaik untuknya.

BEST GIFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang