Sesampainya di Genius Lab milik Yoongi, Taehyung langsung merebahkan dirinya di sofa. Membuka smartphone miliknya dan seketika tertawa. Yoongi yang melihat hal itu pun merasa heran,
"Heh lagi ngapain ketawa ketawa sendiri?"
"Haha. Ini kak, Jimin bilang dia lagi suka seseorang. Tapi baru di panggil namanya aja dia langsung kabur. Emang cupu banget hahaha"
"Nggak sadar apa sendirinya juga gagal masalah cinta - cintaan. Nggak usah ngejek orang, kena batunya baru tahu kamu dek.."
"Dih, kakak juga tuh. Udah tua tapi nggak bawa pacar ke rumah. Jomblo mulu, apa betah?"
Yoongi hanya berdecak malas. Beberapa tahun terakhir memang sulit baginya untuk mencari seorang pacar. Sibuk kerja dan jagain adek, katanya. Minggu lalu, rekan satu gedungnya mengutarakan perasaannya pada Yoongi yang hanya dibalas anggukan dan senyum tipis olehnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya ingin fokus bekerja, menghasilkan karya terbaiknya dan menjaga adik kecilnya. Hanya itu saja.
"Kakak ada meeting dulu di ruangan sebelah. Kamu kalau butuh sesuatu telpon kakak ya"
"Oke. Aku izin mainin piano kakak ya, boleh?"
Yoongi menganggukan kepalanya seraya pergi dari studio miliknya. Meninggalkan Taehyung yang kini beranjak dari duduknya, menuju piano milik Yoongi. Cinta pertama Yoongi. Sejak kecil, Taehyung memang lebih sering bermain bersama kakaknya dibandingkan dengan teman sebayanya. Ia selalu melihat Yoongi bermain piano dan mendengarkan lantunan - lantunan musik indah yang Yoongi ciptakan. Kakaknya itu memang pandai sekali dalam bermusik. Hal itulah yang membuat dirinya juga menyukai musik.
Selesai dengan meetingnya, Yoongi mengajak adiknya itu menuju kantin gedung tempatnya bekerja. Memilih memasuki caffe dengan dominasi menu cake dengan rasa buah beragam.
"Kak, strawberry cheese cake ya hehe. Oh sama susu strawberry juga"
"Udah tau, kamu kan nggak pernah ganti menu dari dulu"
Taehyung hanya tersenyum, menampilkan giginya yang rapi dan putih. Ia sangat menyukai buah strawberry. Dimanapun ia pergi ke sebuah caffe, menu strawberry itulah yang dia cari.
Yoongi membawa nampan makanannya, berisikan pesanan Taehyung dengan tambahan ice americano miliknya.
"Kakak kenapa beli kopi terus? Nanti lambungnya sakit tauuu" ujar Taehyung sembari sedikit memajukan bibirnya
"Nggak apa - apa. Lagi pengen aja, biar relax. Kerjaan kakak lagi banyak banget. Ada project yang deadlinenya dipercepat. Harus selesai minggu ini, sedangkan kakak masih ada kerjaan lain yang harus selesai minggu ini juga. Pusing banget, deh.."
Taehyung termenung. Kakaknya ini jarang sekali berkeluh kesah tentang kehidupannya, apalagi menyangkut pekerjaan yang sama sekali tak dimengerti Taehyung. Ia hanya diam, menatap kakaknya sendu kemudian mengulurkan tangannya menuju tangan kakanya. Mengelus halus punggung tangan itu seraya berkata,
"Kak, it'll pass. Yang kakak perlu lakuin cuma fokus sama kerjaan kakak. Jangan terlalu diambil beban, yang penting kakak udah berusaha semaksimal mungkin. Aku tahu kakak pasti bisa kok.."
Ucapan sederhana dari Taehyung mampu membuat beban di pundak Yoongi hilang seketika, memuai entah kemana. Ia menangguk anggukan kepalanya pelan,
"Makasih ya, dek. Udah ngertiin kakak. Harusnya kakak bisa kuat di depan adek, tapi malah jadi hopeless begini.."
"Hus, nggak boleh gitu. Kita kan adek kakak, harus saling bantu dong. Kakak kan juga manusia, ada kalanya jenuh, sedih, marah, nangis. Nggak apa - apa kok, itu wajar"
"Oh iya, persiapan interview kamu udah sampai mana?" Ujar Yoongi, sambil memotong strawberry cake milik Taehyung
"Aku baru cari tahu jobdesk sama latar belakang perusahaannya aja sih, kalau yang lain nanti aku improve aja hehe"
"Bahasanya gaya bener ya kamu"
"Yaiya dong kak. Aku kan sebentar lagi jadi karyawan. Bukan lagi mahasiswa. Jadi bahasaku juga harus sesuai"
"Dah, abisin kue nya langsung kita pulang"
"Lho, kok pulang? Kan masih siang ini? Katanya kakak ada deadline?"
"Kakak bisa kerjain di rumah, lagian tadi ayah titip dibeliin kaktus. Kasian nanti nunggu - nunggu"
"Oh iya ya hehe ayah kan nggak sabaran" jawab Taehyung seraya terkikik geli mengingat sifat ayahnya yang satu itu. Mirip anak kecil, pikir Taehyung.
Yoongi pun ikut tersenyum dibuatnya. Namun, tiba - tiba ia terfikir jika ini merupakan minggu terakhirnya sebelum Taehyung pergi untuk interview. Rasanya sulit melepas adik satu - satunya ini pergi ke Jakarta. Memulai satu tingkat kehidupan baru yang sesungguhnya. Ia terlalu terbiasa melihat adiknya ini setiap hari. Sungguh, tak pernah terlintas dalam benaknya, pagi hari yang sepi tanpa omelan Taehyung. Tapi ia sadar, adiknya ini sudah dewasa. Harus menjalani kehidupannya sendiri. Ia terus memikirkan adiknya itu hingga tak sadar Taehyung memanggilnya beberapa kali,
"Kak Yoon? Heh ko diem sih? Dengerin aku nggak?" omel Taehyung. Ia kesal, bercerita panjang lebar namun kakaknya ini malah melamun. Tak memperhatikannya sama sekali
"Kenapa sih marah - marah terus? Udah ayo pulang, nanti toko kaktusnya tutup kakak yang dimarahin ayah" Yoongi berdiri dari duduknya seraya mengambil kunci mobil yang tergeletak di samping kanannya. Melihat kakaknya berlalu, Taehyung bergegas menyimpan smartphone yang ia simpan di meja ke dalam tasnya, menarik rel sleting tasnya kemudian ikut beranjak menyusul Yoongi yang sudah hilang dari pandangannya
"Ih kesel banget, kenapa aku ditinggal sih. Awas aja aku aduin bunda. Kak Yoon tunggu dong.." Taehyung sedikit berteriak di akhir kalimatnya. Memang kakaknya ini menyebalkan sekali

KAMU SEDANG MEMBACA
BEST GIFT
Historia CortaTaehyung yang bekerja diluar kota demi melanjutkan pendidikannya, bertemu dengan seorang lelaki bernama Jungkook. Yang mengejutkan, Taehyung pernah memimpikan lelaki ini, jauh sebelum mereka bertemu. Takdir kah?