Hari ini jadwal Jungkook bertolak ke Surabaya. Ia sudah mewanti - wanti Taehyung untuk makan teratur dan istirahat yang cukup. Bukan perkara sulit sebetulnya. Hanya saja ini Taehyung, adiknya yang selalu keras kepala dan terlalu memaksakan diri.
Taehyung sedang berkutat dengan komputernya, mengetikkan sesuatu disana. Tak lama, dering telpon ruangan memecah keheningan.
"Halo, dengan Jihyo staf keuangan. Ada yang bisa saya bantu?" ujar Jihyo setelah mengangkat telpon
"Oh baik, pak. Akan saya sampaikan" kemudian ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Taehyung. Menepuk kecil pundaknya agar Taehyung sedikit mengalihkan atensinya
"Eh kak, kenapa?"
"Lo disuruh ke ruangan direktur. Ada yang perlu dibahas katanya. Cepetan gih, takut penting" Jihyo sedikit mengulas senyum. Kemudian kembali ke mejanya sebelum Taehyung sempat mengucapkan terima kasih. Seketika, Taehyung berpikir. Pak direktur ngapain ya manggil gue, aneh banget..
.
Setelahnya, Taehyung sampai di depan ruangan direkturnya. Menghela napas sejenak untuk menetralkan detak jantungnya yang semakin cepat dan tak beraturan. Perutnya pun sakit, saking gugupnya. Ingin rasanya berlari menuju toilet, mengunci diri disana dan keluar ketika jam kantor telah berakhir. Tapi ia tak bisa melakukannya. Nilai individualnya akan merosot tajam jika Taehyung melakukan hal konyol itu.
Taehyung memberanikan diri mengetuk pintu itu, kemudian disusul dengan suara "masuk", dengan nada yang sedikit kurang bersahabat. Tentu saja, Taehyung semakin gugup. Ia memegang handle pintu, membuka pintu tersebut yang langsung dihadapkan dengan raut wajah yang sungguh sangat mengerikan.
"Silahkan masuk"
Taehyung hanya mengangguk, berdiri di depan meja sang direktur. Kemudian, satu kalimat yang terlontar langsung membuat Taehyung luruh seketika
"Apa yang kamu lakukan dengan laporan keuangannya? Tidakkah kamu melihat kesalahan di dalamnya?"
Taehyung mengangkat wajahnya, menatap heran atasannya ini. Memangnya apa yang salah?
"Saya rasa kamu memang tidak mengetahuinya. Lihat ini!" Direktur tersebut melemparkan setumpuk kertas dihadapannya. Suaranya cukup mengejutkan Taehyung.
"Kamu pikir ini lelucon? Perhatikan baik baik!" Tangan direktur itu mengetuk - ngetuk kertas yang bertumpuk tadi. Taehyung memberanikan diri untuk melihatnya. Ah.. ia salah journaling. Pantas saja atasannya ini marah besar.
"Maafkan saya, pak. Tidak akan saya ulangi"
"Bagaimana kamu dengan mudahnya meminta maaf? Saya harus terbang ke Surabaya hari ini, jadwal penerbangan saya harus ditunda hanya karena keteledoranmu. Renungkan ini, dan perbaiki sikapmu. Silahkan keluar dari ruangan saya."
Sang direktur sedikit merapikan jas yang ia kenakan. Menghela napas sejenak, kemudian duduk kembali. Taehyung? Ia bahkan tak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya menundukkan kepalanya, memberi salam sebelum undur diri dari hadapan direkturnya.
Setelah keluar dari ruangan atasannya, lutut Taehyung terasa lemas bukan main. Pikirannya sudah kacau balau. Matanya sudah berkaca - kaca. Ia tak akan sanggup melanjutkan pekerjaannya dengan keadaan seperti ini. Baru beberapa langkah ia meninggalkan ruangan itu, Taehyung berpapasan dengan Jungkook. Membuat keduanya nampak terkejut seketika.
"Loh, abis ngapain Taehyung?"
"Ah, ada sedikit problem kak" Taehyung menunjukkan senyum tipisnya. Namun, Jungkook melihat mata Taehyung yang sedikit memerah. Ia sudah tahu apa yang terjadi.
"Mau ke taman? Jadwal flight gue ditunda. Kita ngobrol, yuk?" Taehyung mengangguk kecil. Jungkook tak segan merangkul Taehyung. Memberi usapan - usapan kecil disana. Ia tahu, Taehyung sedang shock.
.
Sesampainya di taman, Jungkook hanya diam. Ia ingin menunggu Taehyung siap untuk menceritakan semuanya.
"Aku.. salah kak" suaranya kecil, hingga Jungkook tak mampu mendengarnya dengan jelas
"Hm?" Jungkook menoleh, sedikit melebarkan matanya karena sungguh ia tak mendengar perkataan lawan bicaranya ini dengan jelas.
"Aku.. salah journaling. Aku udah dikasih kepercayaan penuh sama Kak Seokjin, tapi aku malah berbuat ulah. Aku nggak bisa jaga kepercayaan dia"
Jungkook sedikit terkejut dengan penggunaan kata aku yang Taehyung ucapkan. Rupanya, ini sisi lain dari Taehyung. Sisi asli dirinya.
"Kenapa? Ada yang ganggu pikiran lo? Mind to share with me?" Jungkook berucap sehalus mungkin, takut melukai hati lawan bicaranya
"Lagi hectic banget sama tugas kampus, kak. Kak Jung juga tau sendiri kan, laporannya ngedadak? Aku kurang tidur, jadinya error otaknya" Taehyung sedikit mengerucutkan bibirnya. Jungkook yang melihatnya pun dibuat gemas. Bisa - bisanya anak ini tetap lucu disaat seperti ini. Tapi tak lama, isakan mulai terdengar. Jungkook yang iba langsung merangkul Taehyung. Mengelus pundak adik kecilnya itu. Ia membiarkan Taehyung menangis di pundaknya.
"Kalo error kenapa nggak istirahat? Kenapa di paksa terus, hm? Taehyung, dengerin gue. Everybody make a mistake. Termasuk lo. Gapapa lo nangis hari ini, tapi lo nggak boleh menangisi hal yang sama besok. Lo harus belajar dari kesalahan, ya? Pelan - pelan. Nanti juga lo terbiasa. Setiap hal pasti ada resikonya, termasuk yang lo ambil saat ini. Kalo butuh bantuan, telpon gue. Nanti gue bantu tugas kampusnya ya?"
Taehyung tak merespon apapun, ia hanya diam sambil tetap menangis. Melihat Taehyung seperti ini, Jungkook semakin mengeratkan rangkulannya.
"Udah ah, malu nanti sama orang kantor. Lo kalo nangis jelek"
Taehyung hanya menggelengkan kepalanya, entah apa maksudnya. Jungkook hanya tersenyum kecil, sepertinya ia harus menemani Taehyung sedikit lebih lama.
.
Kejadian pagi itu membuat heboh satu ruangan, namun mereka urung bertanya sebab mereka menghargai Taehyung. Mungkin jika sudah dalam kondisi yang baik, ia akan bercerita sendiri. Begitu pula dengan Seokjin yang diam - diam menemui Jungkook di kantin
"Hadeh. Gue juga salah nggak ngeh. Harusnya gue bisa tau jurnalnya ada yang salah. Malah gue iya-in aja lagi. Sial bener itu anak" ujar Seokjin sambil mengusap kasar wajahnya
"Udah bang, jangan terlalu nyalahin diri lo. Lo juga lagi sibuk banget kan belakangan ini?"
"Iya, tapi tetep aja. Gue harusnya lebih teliti. Bikin laporan kayak gitu udah jadi makanan sehari - hari, tapi bisa - bisanya lolos"
"Yaelah bang, kepeleset sekali yaa wajar aja. Trus sekarang gimana? Laporannya siapa yang revisi?"
"Udah gue revisi. Pas gue denger kabar Taehyung dipanggil, nggak lama gue nyamperin. Eh lo udah ngangkut dia duluan"
"Lo pikir galon di angkut" Keduanya terkekeh. Kemudian, Seokjin melanjutkan ucapannya
"Gue langsung masuk aja tuh ke ruangan direktur. Langsung gue tawarin revisi. Untungnya beliau setuju, minta gue beresin sebelum jam 2 siang. Otak gue sampe capek tau gak?!"
Jungkook kembali tertawa. Rekannya yang satu ini memang santai, namun sangat bisa di andalkan.
"Lo emang yang terbaik bang. Salut gue sama lo. Gercep hehe"
"Ya, makasih gue tau. Trus sekarang itu bocil kemana?"
"Dia balik kerja, tadi sih gue liat lagi makan barengan sama Dahyun. Tadi kan nggak sempet makan siang dia, keburu kena amuk"
"Syukur deh, jangan sampe dia ke IGD lagi gara - gara telat makan" Jungkook mengangguk - anggukan kepalanya sambil meminum ice coffee di hadapannya. Begitu pula Seokjin, yang meminum lemon tea
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST GIFT
Storie breviTaehyung yang bekerja diluar kota demi melanjutkan pendidikannya, bertemu dengan seorang lelaki bernama Jungkook. Yang mengejutkan, Taehyung pernah memimpikan lelaki ini, jauh sebelum mereka bertemu. Takdir kah?