Takbir 9

1.6K 119 52
                                    


Halo guys.

Jangan lupa vote sama komen nya ya guys bantu share juga.
**

_____

Sudah Nayma duga Nathan akan datang kepadanya di pagi hari, sehingga gadis ini tanpa merasa dingin duduk di kursi pinggir jalan.
Setelah solat subuh Nayma dengan segera datang ke tempat itu, dimana keduanya sering menghabiskan waktu bersama.

"Katanya janji kak Nathan gak bakal terluka, tapi ini apa?" Tanya Nayma menunjuk luka memar di bagian pipi, leher, juga lengan Nathan.

Nathan hanya tersenyum, bagaimana bisa takdir sejahat itu kepadanya, sehingga memberi luka lewat ibunya.

"Ayo kak aku obati."

"Tidak perlu Nay, udah kakak obati tadi malam."

"Apa yang terjadi kak?"

"Depresi mamah kambuh Nay, jika tidak di lampiaskan ke tubuhku, maka depresi mamah tidak akan pernah bisa sembuh, tubuh ini adalah obat untuk mamah," jawab Nathan tersenyum.

"Kak Nathan yang kuat," Mata Nayma mulai berkaca kaca, dia tidak bisa melihat senyum Nathan yang menjadi topeng lukanya.

Dulu Nayma sangat membenci Nathan, karena laki-laki itu terlihat sombong, dan banyak diam, namun seiring berjalannya waktu, ketika Nayma mulai mengerti keadaan Nathan, Nayma mulai merubah rasa benci itu dengan rasa iba.

Hingga akhirnya keduanya saling menyapa dan saling nyaman, tingkah Nayma yang seperti anak kecil dan selalu menghibur Nathan, membuatnya kembali semangat, senyum yang dia kubur dalam dalam, kini perlahan dia gali kembali. semua karna Nayma, gadis penuh senyum itu.

Nathan sudah menganggap Nayma sebagai adik juga sebagai penyemangatnya, bukan cinta. keduanya saling merasa nyaman sehingga mengikat sebuah persahabatan.

"Nay, kamu tau rasanya di cekik, di cengkram, dan di tampar berkali kali? Rasanya sangat menyakitkan tapi juga menyenangkan, seandainya aku bisa pulang lebih dulu mungkin mamah akan sembuh untuk selamanya."

"Kak Nathan udah."

Nayma mengerti, dan tau. ketika laki-laki di dekatnya ini sudah lelah dia akan menceritakan sakitnya dan akan menyerah.

"Nay, tadi malam aku hampir mati karena mamah yang tidak hentinya mencekik leherku, aku sudah pasrah jika harus pulang di tangan mamah, tapi kehadiran ayah menghentikan semuanya, aku lelah Nay."

Dengan ragu Nayma meraih lengan Nathan agar kepalanya bisa menyandar kepada Nayma, dengan lembut juga Nayma mengelus kepala Nathan yang kini sudah menyandar pada bahunya.

"Kak, masih banyak orang yang sayang sama kakak, kalau kakak menyerah, sama saja kak Nathan menyakiti orang yang menyayangi kakak."

Nathan mengangguk, menetralkan badan kembali, menyandar pada tubuh kecil membuat Nathan kasian kepada Nayma.

"Kakak harus kesekolah, Nay."

"Lukanya?"

"Seperti biasa, memakai Hoodie, kakak pulang dulu."

Nayma mengangguk, dia terus menatap kepergiaan Nathan yang mulai menjauh dari pandangan.

"Aku berharap kak Nathan tetap kuat."

Setelah melihat Nathan sudah hilang dari pandangan Nayma juga beranjak pergi dari tempat itu.

***

Nayma berdiri terdiam di balkon kamarnya, dia melihat kebawah dimana ada sang ayah dan Yulia tengah bermain tenis berdua.

"Indah bukan?"

Malam Takbir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang