Takbir 21

1.4K 97 12
                                    

Happy reading guys

Jangan lupa vote juga komen nya ya guys bantu share juga hehe 🤗
*
___

~Aku hanya pecandu harap, yang tidak tau takdirnya akan bagaimana~

~HilaanAnggara~

Di dalam hati Nayma tidak berhenti mengucap syukur, dimana Yulia begitu sangat beruntung memiliki suami yang begitu sangat menyayanginya.

Bisa di lihat, saat ini Yulia tengah demam, Irsya laki-laki itu tak hentinya menjaga, bahkan terlihat sering sekali memegangi dahi sang istri.

"Masuk Nay."

Mendengar itu Nayma mengangguk, dengan langkah pelan Nayma membawa nampan berisikan dua piring nasi juga lauknya.

"Makasih, maaf merepotkan."

Nayma menggeleng, ini sama sekali tidak merepotkan dirinya, apalagi yang sakit saudarinya, bagaimana bisa Nayma merasa begitu repot.

"Saya izin keluar Gus."

"Sekali lagi terimakasih," Terlihat Gus Irsya kini menerbitkan senyum.

"Kalo ada apa apa tolong panggil saya, Gus Irsya bisa istirahat."

"Masyaallah, berapa beruntung istriku memiliki saudari seperti kamu."

"Jangan terlalu memuji, ini sudah kewajiban ku, sekali lagi saya pamit."

Mendapati anggukan dari Gus Irsya, Nayma segera beranjak pergi, sudah dua hari ini Yulia mengalami demam tak berkesudahan. kuatir, Itulah yang saat ini Nayma rasakan.

***

Saat hendak melamun di balkon kamar, Nayma teringat perkataan Yulia dimana Andrian yang begitu sangat mencintainya.

Pandangan Nayma juga tertuju ke arah jalanan yang memperlihatkan seorang laki-laki memakai kemeja cokla tengah berdiri melihatnya.

"Itu Andrian," batin Nayma masih tetap melihat laki-laki itu.

Andrian terlihat tersenyum di bawah, sempat terpaku Nayma segera memalingkan wajahnya.

Seperti mengisyaratkan bahwa Nayma harus turun dan menemuinya, dengan langkah cepat Nayma keluar dari kamar lalu berlari menemui Andrian.

"Apa kabar Nay?"

"Aku baik, Bagaimana kabarmu An?"

Andrian terdiam sejenak, dia melihat wajah Nayma sekilas, lalu melihat ke arah jalanan yang cukup ramai.

"Aku masih sama, masih kecewa kepada diriku sendiri."

Karena terlalu larut dalam kesedihan, Andrian sampai melupakan sesuatu ditangannya yang akan dia berikan kepada Nayma.

"Mau jalan?" Tanya Andrian akhirnya, melihat Nayma yang ragu Andrian menghela nafas panjang. "Aku akan menjaga batasan dan tidak akan terlalu dekat."

"Ini sudah sore."

"Nay."

Melihat tatapan sendu dari Andrian, Nayma tidak bisa lagi menolak, setidaknya, Nayma bisa mengurangi rasa kecewa di hati Andrian.

***

"Jangan lupa undang aku Nay," Andrian kini terus saja memandangi wajah Nayma.

Keduanya kini tengah menaiki biang Lala, melihat senja yang begitu indah di ketinggian enam meter tersebut.

Nayma melihat ke arah Andrian sekilas, lalu melihat kembali pemandangan yang indah. "Kamu akan hadir?"

Malam Takbir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang