Takbir 23

1.3K 99 29
                                    

Happy reading 🤗
Jangan lupa vote juga komen nya ya guys bantu share juga hehe..

*
~
***

Zirah kini duduk di dekat putranya, mengelus punggung Aezar yang terlihat begitu sangat resah, entah apa yang membuat Aezar sebegitu khawatir.

"Apa yang membuatmu khawatir nak?"

"Aku tidak tau umi."

"Kamu takut calon istrimu membatalkan pernikahan ini lagi?"

"Sepertinya begitu umi, hanya berpasrah kepada sang pemilik yang aku lakukan sekarang."

"Tapi Alhamdulillah berhasil kan."

"Umi sangat menyukai Nayma, dia gadis yang baik, maaf untuk kesalahan umi dulu ketika menjodohkan mu dengan Adifa."

"Lupakan semua itu umi."

"Bahagiakan Nayma ya Dhan."

"Isya Allah umi. Sampai kapan pun Ramdhan tidak akan pernah menyakiti Nayma."

"Umi percaya."

Aezar mengangguk, besok dimana Aezar akan memasangkan cincin di jari manis Nayma, bersama dengan ijab kabul yang akan dia ucapkan di depan banyak orang.

***

"Cieee bagus banget Hennanya, siapa yang buatin?" Tanya Rosa melihat Henna di tangan Nayma.

"Wajah calon suamimu? Terlihat sangat tampan walau digambar dengan Henna," ucap Layla tersenyum menggoda Nayma.

Malam yang indah, dimana Nayma juga ketiga temanya kini tengah berada di kamar Nayma.

"Akan aku hiasi kamar ini dengan indah nanti."

"Kalian kenapa sih, jangan mengejekku, kalian tau aku gugup sekarang."

"Nay, selamat atas keberhasilan mu melewati rintangan berat, katanya mendekati pernikahan itu banyak sekali rintangan untuk membatalkan sebuah pernikahan."

Nayma tersenyum melihat ke arah Hana yang sibuk merangkai bunga Melati.

"Bukan aku yang hebat. tapi, kak Ezar."

Sungguh ketiga teman Nayma kini merasa iri dengannya, di cintai sebegitu hebatnya oleh Aezar.

***

Yulia memeluk erat tubuh Nayma, menyeka air mata yang tidak hentinya mengalir membasahi pipi.

"Ada isinya?" Tanya Nayma mengelus lembut perut Yulia.

"Satu bulan."

"Alhamdulillah Yul."

Dengan lembut juga Yulia mengelus puncak kepala Nayma, subuh subuh sekali kedua gadis ini sudah saling melempar tangis.

"Pengiasnya sudah datang Nay," ucap Melati yang membuka pintu kamar putrinya.

"Sarapan dulu ya, bunda takut kamu lapar."

Nayma mengangguk, Melati kini mengambil satu kursi lalu duduk di dekat Nayma, menyuapi dengan penuh kasih sayang.

"Bun-nnda."

Malam Takbir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang