Takbir 2

2.6K 200 77
                                    


••menganguminya selama tiga tahun itu, cukup lama bukan? Tapi lebih lama lagi jika aku tetap tidak berani mengatakan••

~AezarRamadhan~

Di ruang makan kini hanya ada Nayma juga Melati, mereka kini tengah menunggu kedatang Albian Dermaga ayah Nayma, tentu Nayma sangat merindukan ayahnya itu, dua bulan Albu tidak pulang demi pekerjaannya.

"Bunda, katanya ayah pulang sekarang? Kok sampe malem gak dateng-datang."

Melati memegang erat sendoknya, dia merasa khawatir, takut terjadi apa-apa saat perjalanan pulangnya.

"Telfon ayahnya Nay, takut ada apa-apa."

Nayma mengangguk, dia segera beralih keruang tamu untuk mengambil telfonnya, namun langkahnya terhenti ketika seseorang pria kini berdiri di ambang pintu masuk dengan senyum lebarnya.

"Bunda! Ayah datang," teriak Nayma, dia berlari menyambar kepulauan sang ayah.

"Ayah kok malem banget, Nay rindu banget!!" Nayma mendongak menatap wajah tampan ayahnya.

"Anak ayah kok sekarang gak lembut, barusan ayah liat kamu teriak manggil bunda, anak cewek harus lembut pengucapannya."

Nayma hanya tersenyum kecut, dia lupa jika ada ayahnya, dia harus berjaga sikap, harus lembut dan menjadi gadis yang anggun.

"Nay, lupa yah. Nanti Nay sopanin deh."

"Bunda," pandangan Albi tertuju kepada sang istri yang berjalan ke arahnya.

Menyadari itu Nayma melepaskan pelukan nya, dia membiarkan sang bunda melepaskan rindu kepada suami nya.

Albi faruq. Pria yang berstatus ayah Nayma berjalan menuju Melati berdiri, dia mencium kening, kedua pipi bahkan tangan Melati.

Begitu juga dengan melati dia membalas dengan mencium tangan suaminya.

"INI YANG AKU MAKSUD YA ALLAH, YANG SEPERTI AYAH! LEMBUT PENGUCAPAN NYA, SAYANG SAMA ISTRI NYA, YANG PALING PENTING ROMANTIS SETIAP SAAT YEYYY, KABULKAN YA ALLAH!!" Histeris Nayma dalam hati.

"Ayah. Nay Jomblo loh, masak mau romantisan di depan Nay," Kesal Nayma memanyunkan bibir nya beberapa centi.

Melati tersenyum melihat tingkah putrinya yang begitu lucu, walau akhlak nya terkadang suka hilang, tapi tetap saja Nayma anak mereka satu satunya.

"Koper ayah mana?" Tanya Nayma melihat sekeliling ayahnya.

Albi menunduk, dia berat jika harus mengatakan, tapi bagaimana pun dia harus mengatakan itu kepada Nayma, pandangan Nayma juga melati tertuju kepada seorang gadis yang berjalan masuk membawa dua koper.

"Dia siapa ayah?" Tanya Nayma masih setia memandangi gadis itu, yang akhirnya gadis itu kini sudah berdiri di dekat Albi.

"Sudah saatnya ya?" Tanya Melati bergetar melihat lekat wajah Albi

"Bunda saatnya apa?" Tanya Nayma tidak mengerti.

"Usia Nayma sudah 18 tahun Bun, dia harus tau."

Nayma hanya bisa menatap bingung kedua orang tuanya, di benaknya kini bertanya tanya, siapa gadis yang kini berdiri tegak di dekat ayahnya.

"Duduk dulu, Nay sayang ayo duduk nak," ucap Melati menyuruh ketiga nya duduk di ruang tamu.

"Ada apa Bun? Ayah?"

Melati merangkul pundak Nayma menuju ruang tamu, dia mendudukkan putrinya itu di dekat nya.

Nayma masih terus saja memandangi seorang gadis yang duduk di dekat ayah nya, dia memicingkan mata menelisik setiap wajah gadis itu.

Malam Takbir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang