HAPPY READING!
*Jangan lupa di vote, di komen, di share ke teman teman kalian.
Ke pacar, ibu, bapak, boleh kok, tidak ada batas umur membaca cerita ini assekkk!!
*
____
****
_______________
~Raganya pergi, cintanya abadi, tapi jiwa yang harus menjadi korban perihnya hati.~-NathanElzary-
Setelah malam tahlil ke empat puluh hari, kini Zirah memberanikan diri masuk kedalam kamar Aezar, dia sudah sangat rindu, namun Aezar tak kunjung datang hanya untuk mengurangi kerinduan sang ibu ini. Berkali kali Zirah mengusap air matanya ketika langkah itu mulai sampai pada kasur kesayangan putranya.
"Um-umi rindu Dhan," Tangis Zirah lemah, dia duduk di pinggiran ranjang, sembari melihat satu bingkai foto milik Aezar.
"Kapan putra umi ini pulang lagi, Ramadhan umi. umi hanya ingin satu, melahirkan kamu kembali."
"Dhan rambut umi udah gak ada yang kepangin nak," ucap Zirah dengan lirih.
"Umi, sini Madan kepengin lambut umi."
"Emang, Madan kecil umi ini bisa kepangnya?"
"Bisa dong, kan Madan keyen."
"Coba gimana? Kalo bisa nanti umi beliin Al-Qur'an yang baru."
Anak berusia enam tahun itu dengan semangat nya kini berdiri di belakang Zirah, mengepang rambut uminya walau sedikit susah.
"Udah! Liat umi bagus kan?"
"Wah anak umi pinter banget ngepangnya."
"Nanti kalo Madan udah gede, Madan yang bakalan selalu ngepangin lambut umi."
"Jangan cepat tumbuh dewasa ya Dhan, umi masih mau gendong kamu."
"Umi, Al-Qul'an nya mana?"
Zirah meraih tubuh kecil itu lalu menggendongnya. "Nanti umi beliin oke."
"Oke umi."
Zirah memegangi dadanya yang terasa sesak tak berkesudahan, bagaimana saat ini dia ingin sekali memeluk tubuh Aezar dan mengelus rambut halusnya, mencium kening Aezar. ingatan masa kecil Aezar membuat zirah tak berhenti menangis.
"Udah empat belas tahun aja, gimana udah siap menyantrennya?"
"Siap dong umi, do'ain Ramdhan biar betah di pesantren."
"Umi bakalan selalu do'a buat Ramadhan, suatu saat umi mau liat anak umi ini ada di panggung, dan membawakan sebuah ceramah yang bermanfaat bagi semua orang."
"Do'ain umi, karena tanpa do'a seorang ibu, usaha apapun yang di lakukan seorang anak tidak akan pernah berarti apa apa."
"Masyaallah anak umi, betah di pesantren ya nak."
"Insyaallah umi, Ramdhan bakalan betah."
Di usianya yang sudah mencapai 18 tahun, Aezar sudah mengajar di pesantren, bertugas ke setiap kota. Aezar dengan usahanya dan Zirah dengan do'anya.
"Udah lulus kan Dhan? Kenapa gak mau pulang, masih suka nugas di pesantren?"
"Gak betah di rumah umi, kalo di pesantren Ramdhan banyak temanya."
"Kapan Dhan kamu pulang, masak umi cuma bisa liat kamu sebentar doang, kan umi juga mau ngabisin waktu kayak dulu."
"Besok Ramdhan mau lomba Qoriah ke pesantren Al-Riyah, sama ceramah di sana umi, lumayan jauh dari pesantren ini, do'ain ya umi Ramadhan gak grogi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Takbir (End)
Acak"Bagiamana jika suatu saat semesta memisahkan kita?" "Semesta tidak sejahat itu, namun jika itu terjadi, maka yang terkubur hanya raga, cintanya jangan. Biarkan dia tetap mekar dan mengeluarkan aroma keharuman." Itulah jawaban dari seorang laki laki...