Takbir 29

1.2K 92 52
                                    

Happy reading.
Jangan lupa vote juga komen nya ya guys bantu share juga hehe 🤗
*
_.
**
_______

Yulia tak berhenti memeluk tubuh Nayma yang bergetar karena menangis, Aezar tak memberi kabar, bahkan keberadaan Adifa yang katanya pergi di hari itu tak ada yang dapat menemukan dia kemana.

"Kamu percayakan Nay sama suami kamu, dia tidak akan seperti itu."

"Aku percaya Yul, sangat percaya kepada suamiku. tapi aku juga bingung bagaimana jika benar anak Adifa itu," Nayma menghentikan ucapannya, dia tidak sanggup rasanya melanjutkan setiap kata yang terdengar menyakitkan.

"Jika aku beri tau mungkin kamu tidak akan percaya Nay, Aezar bukan tidak datang. Setiap saat dia berada di depan rumah melihat keadaan mu, namun bunda Melati belum terima, dan terus menyuruhnya pulang, selama aku di sini tiga hari, aku sering melihatnya."

"Kenapa Yul, kenapa kisah ku tidak indah? Bahkan aku sendiri tidak di izinkan untuk bertemu dengan suamiku"

"Bukan tidak indah Nay, kisah mu terlalu indah, saking indahnya lalat pun juga ingin hinggap di dalam cinta kalian."

"Sejahat itu."

"Jangan menangis, kamu tidak akan dapat pahala jika terus menangis, puasa mu akan batal."

Benar. Nayma kini segera menyeka air matanya, berharap semua akan segera baik baik saja, gosip tetangga juga sama semoga cepat reda, di mana mereka menggosipkan Aezar yang katanya menghamili anak orang.

***

Aezar melihat Nayma dari sebrang jalan, dimana dia sangat merindukan gadis yang sudah berstatus sebagai istrinya, tiga hari tidak di ijinkan bertemu itu sangat menyiksa, begitu juga dengan Nayma, dia tak berhenti tersenyum ketika mendapati laki-laki yang begitu di cintai nya kini tengah berdiri di sebrang jalan sana.

"Masuk, panas."

Nayma menggeleng, walau Aezar mengatakan dengan isyarat, yang tidak Nayma dengar, tapi Nayma mengerti bahwa Aezar menyuruhnya masuk karna cuaca yang panas.

"Nay rindu kak."

Aezar menampakkan senyumannya yang begitu manis, dia juga rindu, dia juga ingin memeluk Nayma, mengelus lembut puncak kepala istrinya itu, tapi Melati masih tak mengizinkan, karena masalah yang kini berada di tengah tengah cinta mereka.

"Nanti buka puasanya yang banyak ya, jaga kesehatan."

Nayma kembali mengangguk, jarak mereka sangat jauh, posisi Nayma yang berada di lantai dua, sedangkan Aezar yang berdiri di sebrang jalan. Namun dengan hebat keduanya saling mengerti apa yang tengah di katakan, bahkan Nayma sendiri begitu paham dengan apa yang baru saja suaminya itu katakan.

***

"Nay, ayo cepetan. Nanti kita telat terawihnya."

Nayma yang kini tengah memandangi cincin rumput yang sudah mengering itu, segera menaruhnya, mengambil mukennah lalu segera turun kebawah.

"Yulia di mana Bun?"

"Sudah berangkat sama suaminya, ayo udah adzan."

Nayma mengangguk, dia mengikuti langkah bundanya. Di jalan Nayma tak berhenti memutar kenangan, di mana dia bertemu dengan beberapa laki-laki yang menggodanya, dan dengan hebatnya Aezar menjadi tameng terdepan untuk melindunginya.

Malam Takbir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang