Usahakan vote sebelum membaca guys, setidaknya hargai usaha author pemula ini.
Jangan lupa di follow juga akun akuh biar semangat 😌
*
*
_____Aezar terus saja berdiri di depan rumah Nayma, hingga tanpa dia sadari pagi buta tengah menyapa, semalaman penuh Aezar menunggu Nayma untuk datang menemuinya.
Sudah puluhan pesan bahkan panggilan sudah Aezar kirim, tapi Nayma tidak mau membalas atau pun mengangkatnya.
"Apa kamu tidur dengan nyenyak Nay? Sampai tidak bisa lagi menyadari kehadiran ku?"
Dengan langkah berat Aezar pergi dari tempat itu, pulang dan mencari penjelasan dari Adifa yang kemarin menemani Nayma.
Semalaman juga Nayma tidak bisa tidur, menangis tanpa henti sehingga membuatnya terasa begitu sesak.
"Lupakan dia Nay, untuk apa kamu menangis untuk lelaki yang sebentar lagi akan menikah."
Hanya pura-pura kuat untuk bisa melupakan Aezar, walau kenyataannya kejadian itu masih kemarin, cinta yang sudah terjalin beberapa bulan tidak akan bisa di lupakan dalam satu malam.
"Nay, udah bangun?" Melati kini mengetuk pintu kamar Nayma.
"Iya Bun," Jawab Nayma dengan suara serak juga bergetar.
"Nay sakit? Kok suaranya serak?"
"Enggak Bun, bunda duluan aja nanti Nay turun."
"Kalo gak enak badan, kita gak usah pergi Nay."
Benar Nayma melupakan hari ini di mama mereka akan datang kerumah sang nenek, sekalian juga akan mengenalkan Yulia.
Namun mendengar suara Nayma yang seperti orang sakit, Melati berencana untuk menunda saja.
"Jadi Bun, Nay kangen sama nenek."
"Yaudah siap-siap sayang, habis ini langsung berangkat, biar perjalanan gak terlalu panas."
"Iya, Bun."
Melati merasa ada yang aneh dengan Nayma, biasanya anak itu ketika berbicara kepada Melati membuka pintu, tapi ini. Bahkan Nayma tidak berniat sama sekali untuk membuka pintunya.
***
"Udah siap semua gak ada yang kelupaan kan, Ayah. udah beli oleh-oleh buat Ibuk kan? Kita udah lama banget gak kesana jadi harus lengkap biar Ibuk seneng."
"Udah Bun, semua udah beres, ini dimana anak-anak?"
"Masih bersiap deh kayaknya."
"Bik tolong jagain rumah ya? Cuma dua Minggu gak lebih kok, habis itu kita balik lagi kesini."
Bik Ainna sakdiya. Pembantu Melati ketika mereka pulang kampung, dari Nayma kecil hingga sekarang buk Ainna lah yang selalu menjadi kepercayaan, agar ketika pergi, rumah ini tidak terkesan kosong.
"Iya buk, tenang aja."
Yulia kini datang sembari membawa sebuah koper di tangannya, mengingat dua Minggu akan tinggal Yukia harus banyak membawa baju.
"Dimana Nayma?" Tanya Albi melihat pintu Nayma yang tak kunjung terbuka.
cukup membutuhkan waktu yang lama akhirnya Nayma keluar dengan pakaian lengkapnya. Gamis berwarna maron di padukan dengan kerudung syar'i berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Takbir (End)
Random"Bagiamana jika suatu saat semesta memisahkan kita?" "Semesta tidak sejahat itu, namun jika itu terjadi, maka yang terkubur hanya raga, cintanya jangan. Biarkan dia tetap mekar dan mengeluarkan aroma keharuman." Itulah jawaban dari seorang laki laki...