HAPPY READING.
*
_
***
____________
~Adilkah tuhan? Di saat semua orang bahagia, aku sendiri terluka dan merasakan sesak yang teramat menyiksa~-NaymaAnala-
Ruangan dengan nuansa putih abu itu kini terlihat sangat mencekam, terdengar isakan tangis dari dekat Nayma, perlahan Nayma membuka mata, dia melihat sekeliling lalu menutup kedua telinga ketika mendengar raungan dari ruangan yang tak jauh dari tempatnya, air mata Nayma kembali menetes, satu yang menjadi pusat perhatian Nayma.
"Yul-Yulia."
Di ruangan itu bukan hanya Yulia, ada Melati dan Albi. Yang lainya kini tengah berada di rungan di mana tempat Aezar di tidurkan.
"Nay," Yulia melangkah menghampiri Nayma.
"Nay, sayang kamu sudah sadar nak."
"Di-dimana ka-kak Ezar Bun?"
"Sudah tiada."
Nayma kembali menutup mata dengan erat ketika mengingat ucapan dokter tadi, air mata yang terus menetes kini terasa begitu panas, dengan kasar Nayma membuka oksigen di bagian hidung, dengan lemah Nayma bangkit lalu turun dari brankar, berlari tanpa menghiraukan oksigen yang tertarik dan terlepas dengan terpaksa nya dari tangan, membiarkan darah nya kini terus menetes seiring dengan langkahnya.
Melati dan Albi kini mengejar Nayma, mereka sangat takut dengan kondisi putri mereka saat ini, tidak bisa menerima, dan mungkin tidak akan pernah iklhas.
Pintu ruangan itu kini terbuka lebar, dengan pandangan kosong kedepan, Nayma melangkah sangat pelan berjalan ke arah brankar yang di tiduri suaminya, bahkan wajah Aezar tak terlihat karena tertutup kain putih.
Melihat kehadiran Nayma Zirah dan Jaylan kini berdiri, membiarkan sang menantu melihat wajah suaminya untuk terakhir kali sebelum tanah menutup erat tubuh Aezar.Nanda, Aqila, dan Nathan ketika melihat kehadiran Nayma, yang seperti mayat hidup tanpa jiwa. Melati dan Albi hanya bisa melihat sang putri dari arah kejauhan, mereka tidak bisa melihat lebih dekat lagi, sakit juga sesak.
Yulia tak hentinya menangis di pelukan Irsya, melihat kondisi Nayma yang seperti itu membuat Yulia tidak bisa menerimanya.
Tangan Nayma bergetar ketika dia mulai membuka kain putih itu, wajah Aezar terlihat tampan walau dengan banyak luka di wajahnya, Nayma mengukir senyum singkat dengan deraian air mata yang tak pernah berhenti menetes.
"Bangun," Lirih Nayma menggoyangkan tubuh Aezar dengan pelan.
"Kak Ezar."
"KAK EZAR!!!" Raung Nayma dengan tubuh yang terduduk ke lantai, menunduk sangat dalam mengingat sekilas indahnya kebersamaan mereka.
"Kak Ezar bohong! KAK EZAR PEMBOHONG!! JANGAN PERGI KAK JANGAN! BANGUN!!!" Nayma dengan keras memukul lantai itu.
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu hanya bisa menyaksikan, mereka tak berani mendekat atau sekedar menguatkan, biarkan Nayma seperti ini dulu, menangis dengan keras dan menumpahkan sakit yang di alaminya.
Aqila tak berani melihat temanya, dia hanya bisa menunduk sembari terus menangis, mengingat dengan jelas di saat Nayma begitu bersemangat menantikan kehadiran suaminya.
Bagaimana pun semua sudah terjadi, ini takdir. di malam takbir Aezar Ramdhan harus mengistirahatkan tubuhnya begitu lama.
"Nay ikut," ucap pelan Nayma, dengan bantuan kursi yang ada di dekatnya Nayma berdiri.
"Nay ikut ya kak?" Nayma mengukir senyum dengan indah, dengan segera Nayma mengambil sebuah suntikan yang ada di dekat brankar, menancapkan berkali-kali kepada letak nadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Takbir (End)
Random"Bagiamana jika suatu saat semesta memisahkan kita?" "Semesta tidak sejahat itu, namun jika itu terjadi, maka yang terkubur hanya raga, cintanya jangan. Biarkan dia tetap mekar dan mengeluarkan aroma keharuman." Itulah jawaban dari seorang laki laki...