Arez dengan sigap mengambil helm yang dirinya tadi pakai lalu dengan semangat menyerahkan nya pada Cala.
" Nih Cala pakai aja helm nya. Tadi gak tau kalo bakal nganterin Cala pulang, jadi bawa helm nya cuma satu " jelas Arez dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.
" Bisa makenya, apa mau Arez yang masangin " lanjutnya.
Cala mendengus kesal.
" Gak usah Arez, udah ayo buruan. "
Cala sudah selesai memakai helm sendiri, menolak mentah mentah tawaran Arez untuk memakaikannya.
Arez menaiki motornya dengan wajah berbunga, menstater Astrea putih miliknya yang bernama koko dan langsung bergerung begitu merdu.
Tambah menarik kurva bibirnya ketika motornya terasa bertambah beban,
Melirik sekilas kebelakang pada Cala memastikan dia duduk dengan nyaman.Demi Tuhan jantung Arez ribut bukan main.
Sepanjang jalanan Braga kota metropolitan Bandung hingga Jl. Pangarang dalam menuju rumah kediaman Cala,
Menjadi saksi keduanya bisa berada dalam jarak sedekat ini.Menyusuri jalanan sore bandung yang berhiasakan lampu jalanan dan langit berwarna orange bercampur abu abu.
Meski tidak terlalu banyak obrolan yang terjadi, tapi satu yang Arez sadari Cala mulai membalas ucapannya tanpa harus di paksa seperti hari-hari sebelumnya.
Ini, sebuah kemajuankan ?
.
.
.
.
." Makasih udah mau di anterin Arez ya Cala. "
Cala hanya menggangguk tipis, tertangkap oleh Arez karena ia mengerahkan seluruh sel-sel di tubuhnya untuk meneliti pergerakan Cala.
Padahal halaman rumah Cala ini sedikit gelap karena lampu teras yang belum dinyalakan jadi hanya di terangi remang-remang lampu jalanan.
Sejujurnya Arez berharap bisa melihat senyum Cala meski dengan cahaya yang tidak cukup memadai sekarang ini.
Tapi berada dalam waktu yang cukup lama dengan Cala itu sudah kebahagian tersendiri untuk Arez.
Di tengah keheningan antara Arez dan Cala tiba-tiba Arez merasakan ponselnya kembali bergetar pertanda panggilan masuk, sebenarnya sudah sejak di atas motor tadi ia merasakan ada panggilan masuk namun ia abaikan karena Cala minta buru-buru di antar sampai ke rumah.
" eh... bentar ya Cala, kayanya ada yang nelpon. Kalo Cala mau masuk kerumah masuk aja, Aku bentar lagi langsung pulang kok "
" Angkat aja dulu telpon nya "
Arez menekan tombol hijau pada ponselnya " dimana monyet ? Bapak lo nelponin gue, katanya lo belum balik kerumah. "
Suara dari sambungan telpon terdengar dan langsung merundung dengan pertanyaan tanpa ada basa basi dulu.
" iya ini juga mau balik, bentar lagi ."
" lahh... bukannya lo langsung balik abis ngaterin gue ? Gak mampir ke Oyo kan lo "
" Eh Astagfirullah si Darya maneh teh. Nganterin Cala dulu kerumahnya ini bentaran. " lanjut Arez " udah ah gue matiin telponnya, bacot lo. "
Sambungan telpon terputus secara sepihak. Arez tak memperdulikan Darya yang di sebrang sana mengumpati dirinya dengan kebingungannya sendiri tentang bagaimana ceritanya Arez bisa sampai mengantar Cala pulang kerumah.
" Yaudah. Aku pulang dulu ya Cala, makasih udah mau dianter. "
Cala menggangguk. " Iya "
Arez tak mampu menahan senyumnya kemudian mengangkat lengannya sejajar dengan kepala untuk melambaikan tangan.
" Dah... Cala nanti ketemu lagi ya. "
Dan Arez melajukan motornya di jalanan pangarang dalam komplek perumahan Cala, meninggalkan Cala dengan sejuta percikan aneh yang menyala di hatinya.
Banyak sekali pertanyaan dan keinginan keinginan tanpa rasa ragu,
Pertama kalinya entah sejak berapa lama.Ia mulai mendapat keyakinan yang utuh akan sesuatu kembali.
Baru hari ini Cala bersyukur tidak menolak tawaran Arez untuk di antar pulang.
" padahal harusnya gue yang bilang makasih. "
.
.
.
.
.Sesampainya Arez di rumah ia berjalan takut-takut untuk masuk kedalam rumah setelah memarkirkan motornya.
Lampu-lampu di rumahnya sudah menyala terang, dan mungkin ayahnya sekarang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama adikya Arta dan sang bunda sambil menonton tv.
Arez mengetuk pintu pelan, tak lama pintu terbuka.
" ehh... Bunda. " panggilnya.
" Haiihhh, kamu tuh kemana aja ? Baru pulang jam segini " ucap sang bunda sambil memukul pundak Arez.
" Hehehe..."
" malah ketawa, udah ayok masuk dulu. "
Arez berjalan masuk kedalam rumah dan langsung di kejutkan dengan suara berat sang ayah.
" kemana kamu baru pulang. " Tanya ayah Arez dengan wajah serius.
Arez menengok ke arah sang ayah yang benar saja sedang berada di sofa sembari setengah bangkit dari tidurnya.
Menatapnya dalam - dalam membuat jantung Arez berdegup kencang.
Arez tersenyum menapilkan giginya yang berjejer rapi.
" hehehe ampun " ucap arez.
" dari mana kamu ayah tanya ? "
" anterin gebetan pulang yah. " jawab arez sambil tersenyum.
" halah gebetan naon, bohong kamu ya. " todong sang ayah tegas.
" punya pacar kamu rez ?" Tanya sang bunda
Arez terkekah ringan " Otw bun. Do'ain aja orangnya rada galak. "
" Teserah lah rez. Udah sana kamu mandi, bau nya sampe sini nih gangu banget " ucap sang ayah mengoda Arez.
Sebenarnya Arez tau ayahnya ataupun bunda tidak akan semarah itu hanya perkara pulang terlambat, Arez tau kedua orang tuanya hanya menghawatirkan keselamatan nya saja.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
AREZ
Teen FictionAku ingin menulis banyak hal tentangmu. Tentang bagaimana lucunya kita bertemu, Tentang aku yang tak bisa berhenti mengagumi, Tentang jutaan hal kecil yang membuatmu sempurna di mataku, Tentang diriku sendiri yang percaya bahwa kamu adalah hal ter...