Part 35 date

3 2 0
                                    






Sudah hampir dua jam Arez dan Cala berada di rumah pameran ini, mengaggumi setiap karya seni yang berada di sana.

Namun langkah Arez terhenti di sebuah jalan kecil yang menghubungkan pengunjung pada ruang pamer nomor dua.

Sebuah ruang persegi yang terletak di bagian belakang bangunan Roemah Seni Sarasvati dengan nuansa yang masih mengusung tema ​heritage namun dengan tembok yang lebih bersih dan tatanan yang lebih leluasa bagi tata letak pameran seni rupa kontemporer.

Jam menunjukan pukul delapan malam dan lelah akibat berjalan mulai terasa,
Cala menarik fabrik dari lengan jaket Arez perlahan. " Arez, pulang, yuk? "

Arez menoleh ke arahnya menyunggingkan senyum tipis, " Laper, ya? "

" Enggak, kok! " sanggah Cala cepat

" Bohong ah, orang tadi sore aja ngiranya mau di ajak makan. Pasti laperkan sekarang " ejek Arez

" Ya iya... tapi laper dikit aja, gak laper banget " ungkap Cala

Arez tertawa kecil " iya iya laper dikit aja, yaudah ayo pulang. Tapi mampir dulu ya kita makan bentar. "

" ayo.. "

.

.

.

.

.

Setibanya di waroeng BMW, Cala tersenyum senang.

Ia turun dari jok motor Arez, melepaskan helm dan lalu menarik nafas dalam-dalam, menikmati udara malam Bandung yang begitu sejuk.
Udara dingin menyapa wajahnya, berhembus hingga membuat tubuhnya menggigil pelan.

Rambut Cala sedikit berantakan tertiup angin, dan hidungnya sedikit merah karna hawa dingin.

" Maaf ya Cala, aku ajakin makan di pinggir jalan lagi " cicit Arez pelan

" emang kenapa sih kalo makan di pinggir jalan. Terus selama ini lo mikirnya gue makan dimana? tengah jalan, di atas udara apa ditengah laut, gitu? " lanjut Cala dengan jengkel " basi banget, tau gak. "

Arez tertawa nyaring mendengar ocehan Cala, sekaligus tertengun mendengar jawaban ajaib yang tak ia sangka-sangka.

" ketawa lagi. Aneh banget "

" abisnya kamu tiba-tiba jadi lucu. " jawab Arez dengan sedikit tawa kecil

" Udah ah. Ayo cari tempat duduk " kata Cala sambil berjalan masuk meninggalkan Arez yang masih duduk di atas motornya.

Ini kali kedua Cala mampir diwaroeng BMW bersama Arez.

Cala menyunggingkan senyuman saat seorang pelayan warung datang menghampiri menanyakan pesanan apa yang mereka ingingkan.

Selagi menunggu pesanan keduanya diantar, Arez membuka suara untuk mengajak Cala berbicara.

" Selama beberapa minggu kita deket, baru hari ini loh aku liat kamu banyak senyum Cala. " Lanjutnya berturut-turut " Bagus. Keliatan tambah manis, sering-sering dong senyum kaya gitu. "

" Gue terlalu suram ya? " Tanya Cala

Arez terkekah kecil " astaga enggak, cuman keliatan kurang ramah aja sih "

" gue coba "

" Apa? "

" Buat senyum. " Jawab Cala akhirnya

" Bagus kalo gitu. Aku seneng dengernya, Nanti bakal aku bikin senyum terus ya? Boleh nggak? "

" Terserah lu "

" Oke siap-siap loh ya, bakal seneng terus nanti. Aku yang jamin. "

Sungguh, Cala bersumpah ia tak tahu harus merespon bagaimana " Rez. Gue gatau harus bales apa? "

" Nggak perlu bales apapun, cukup terima yang aku lakuin dan kasih aja, ya? "

" Oke "

Cala benar-benar tak dapat mempecayai jalan hidupnya. Ini semua maksudnya apa, sih?!
Mengapa dewa-dewa dan malaikat di atas sana tiba–tiba memperlakukannya dengan baik seperti ini?

Setelah pembicaraan yang cukup panjang dan mereka telah menyelesaikan acara makannya diselingi dengan candaan dari Arez.

Arez bergegas untuk mengantarkan Cala pulang karna langit malam semakin gelap tanpa bintang dan terlihat berat membawa beben uap air, ada potensi akan turun hujan dan tak jadi hujan.

.

.

.

.

.

" Gue langsung masuk ya, btw makasih udah ngajak jalan hari ini. " ucap Cala denga kepala menunduk.

" iya sama‐sama Cala." Lanjut Arez " Besok‐besok kita jalan lagi, ada wishlist gak."

" apaan deh"

" Yaa siapa tau bisa jadi ide date selanjutnya "

" Oohh jadi yang tadi itu ngedate? "

" ya iya Cala, gimana sih kamu ini. Calon pacar siapa sih manis banget begini? "

" Dih.."

" Jawab aja apa susahnya"

" Yaa ada lah orang "

" Siapa? "

" Yang pasti bukan lo. "

" Cala. Kamu deket sama orang lain selain aku? Beneran? " tuding Arez sedih

" Ya gitu "

" Beneran. Siapa? " jeda di berikan " Terus selama ini kita apa? "

" yaa jalan biasa aja, kan? " kekehan samar terdengar dari bilah bibir Cala

" langsung lemes hidup begini. "

Cala tertawa geli " astaga lo tuh kenapa sih? Bercanda aja Rez. "

Arez menghela nafas lega " Astaga Cala jangan gitu bercandanya. Ini jantung jadi lemes. "

" Kumat deh lebay nya, " Cala mendengus jengkel.

" Lagian. jangan bercanda soal kelangsungan hubungan kita gini lagi, ya. Deg‐degan ini hati. "

Tangan Arez bergerak menepuk kepala Cala beberapa kali sebelum mengusapnya pelan. " Kalo lagi deket sama orang lain, jangan deket sama yang lain juga ya? Kamu harus jaga perasaanya. " ucap Arez dengan lembut.

" Iyaa Rez. Gue cuma becandaa aja lagian. " katanya sambil menatap Arez, ia mendongak dengan senyum kecil di wajahnya.

" sekali lagi Makasih buat datenya hari ini "

" sama–sama manis "

[]

AREZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang