Part 25 Ketakutan

1 1 0
                                    



" Kalau lo cuma penasaran sama gue, mending lo pergi aja Argya. " Panggilan lain yang baru Arez dengar dari Cala sejak pertama mereka bertemu dan rasanya sangat aneh masuk kedalam pendengarannya.

" Gue mau peringatin lo Rez. Sebelum makin jauh." Lanjutnya " Rumah gue berantakan, banyak pecahan kaca dan lo gak akan suka. "

" Pergi sekarang ya Rez. Kalo gak nanti lo ikutan luka, lo ngertikan maksud gue? "

" dunia gue cuma monokrom, nanti lo capek sendiri kalo maksa buat ngasih warna. Gue banyak lukanya, gue sakit Arez. "

" Selametin diri lo! Gue gak mau jadi penjahat nantinya rez. "

" Hidup gue udah terlalu rumit dengan banyak hal. " Cala terus berbicara membiarkan Arez membeku di tempatnya.

" Terlalu capek buat gue memahami segala perlakuan lo, karena gue aja udah sangat kepayahan dengan diri gue sendiri yang membingungkan. Terlalu banyak kerusakan yang ada di diri gue yang buat gue takut untuk sekedar ngasih kepercayaan sama orang. " mata itu mengerjap dan meluruhkan satu tetes airmata yang mengalir dari pelupuk matanya.

Banyak sekali emosi yang tertampung dalam hatinya. Begitu bertabrakan satu sama lain sehingga Cala sendiri merasa kebingungan untuk mengekspresikannya dengan cara yang bagaimana.

Arez masih berdiam diri mematung memberikan waktu sebanyak yang bisa ia berikan untuk Cala terus berbicara mengeluarkan apa yang ada dipikirannya.
Mengabaikan beberapa orang yang lewat dan memandang bingung kearah mereka berdua.

Setelah Arez rasa Cala sudah menyelesaikan semua ucapannya, ia angkat bicara dengan pandangan menatap lurus kearah Cala.

Mendekat satu langkah pada Cala dari posisi tubuhnya berdiri sekarang.

" Kamu terlalu dini buat menilai aku Cal. " Ujarnya.

Arez menghela nafas " Tau dari mana kamu kalo aku cuma penasaran, terus gak akan suka? Itu semua cuma asumsi kamu sendiri, iya kan? " lanjutnya
" Kita bahkan belum memulai apapun."

" Kamu belum kenal aku lebih jauh, makanya izinin aku ya buat ngenalin diri lebih jauh sama kamu "

" Buka ya pintunya buat aku. Kita bersihin bareng-bareng semua yang berantakan, kita obatin semua yang sakit biar sembuh "

" Eehh— tapi ini aku belum confess sama kamu loh ya, aku cuman baru minta kamu terima aku dihidup kamu aja. Biar jangan di usir-usir terus." Ucap Arez dengan kekehan ringan.

Cala terdiam sejenak karna terpaku mendengar semua perkataan Arez bingung harus menanggapi bagaimana.

Cala menarik nafas berat " Gue takut kalo lo cuman bakal sekedar penasaran aja sama gue, nantinya lo bakal jadiin kerusakan gue jadi bumerang buat hubungan kita kedepannya.
Sekarang lo dengan percaya dirinya bilang nerima gue apapun itu, ngasih janji bakal memperbaiki kerusakan gue dengan usaha lo, tapi nanti... "

Ucapan Cala dipotong oleh Arez.

" Cala, kamu boleh belum bisa percaya sama aku. Kamu boleh belum bisa nerima perasaan aku. Tapi tolong, biarin dulu aku untuk masuk ke zona di mana kamu ngebangun pertahanan diri kamu. Kasih aku izin buat lebih paham dan lebih ngerti sama kamu. Tolong jadiin aku pilihan buat bisa jadi salah satu penopang kamu. " Arez putus asa.

Berharap jika gadis di depannya memberikan izin untuk bisa menggapainya.

Jatuh cinta bukan kali pertama yang Arez rasakan semasa hidupnya.

Tapi belum pernah dirinya merasa menggebu-gebu separah ini ketika tertarik pada seseorang. Rasanya sangat menyenangkan ketika dirinya bangun dipagi hari dan merasakan jika dirinya tengah menyukai seorang Calya Derana.

Tidak ada jawaban yang di berikan Cala pada Arez ia hanya diam membisu menatap dalam jauh kedalam diri Arez. entah apa yang ia cari.

Arez pun sama ia ikut diam memandangi Cala, sampai akhirnya tersadar jika bias cahaya langit sudah mulai berubah warna.

" Udah sore ayo pulang, aku anter lagi ya. Kalo mau nangis lanjut di atas motor aja nggak papa "  ajak Arez sebab Cala terlihat sedang tidak dalam kondisi yang cukup baik hari ini.

.
.
.
.
.

AREZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang