Part 30 Rumah Arez

1 1 0
                                    

" Nih, helmnya " ujar Arez sembari menyodorkan sebuah helm berwarna abu- abu kepada Cala.

" Oh, iya. Makasih " Cala menerima helm tersebut lantas memakainya dengan cepat. " Yuk "

Bukannya naik ke atas motor lalu menyalakan mesinnya, Arez malah mendekat ke arah Cala, membuat Cala mundur beberapa langkah saking terkejutnya.

Tatapannya terkunci pada lelaki di depannya ini dengan binar bertanya-tanya, namun Arez malah semakin mendekat tanpa berkata apa-apa.

" Ngapain sih, mundur-mundur? " tanya Arez sambil menarik lengan Cala supaya melangkah maju, kini hanya berjarak selangkah darinya.
" Nanti kesandung jatuh kamu. "

" Ya lo ngapain maju-maju? "

Arez berdecak lalu memasangkan kait helm Cala yang sebelumnya dibiarkan menjuntai tak terpasang " Orang cuma mau masangin ini juga "

Cala hanya bisa berdiri mematung.
Meyakinkan dirinya sendiri debaran ini semata karena keterkejutan dari tindakan Arez yang tiba-tiba. Iya, pasti karena itu.

" Kirain apa, coba? Ini tempat terbuka Cala. Ya kali aku mau macem-macem. " kekeh Arez sambil menggelengkan kepala.

" Siapa juga yang mikir begitu"

" Kalo aku mau macem-macem udah aku culik kamu dari kemaren-kemare "

" Dih, mau Kriminal bilang-bilang dulu, apaan coba gak jelas " ucap Cala seraya memukul lengan Arez.

" Au.. di pukul mulu Cal, becanda doang lagian "

" Udah lah. Ayok, cepetan. "

" Tapi aku serius tau, Cala. "

" Apanya? "

" Deketin kamu. " Jawab Arez tanpa memandang Cala, menaiki motornya lalu menyalakan mesin. " Aku gak pernah bercanda, selalu serius soal itu. "

Yang Cala lakukan tak jauh berbeda dari sebelumnya ; terdiam.
Mulutnya bungkam dan hanya memperhatikan Arez.

" Ayo naik, malah diem aja, " ujar Arez.
" Katanya mau cepetan."

.

.

.

.

.

Laju kendaraan tersebutpun perlahan -lahan melambat begitu mereka memasuki area perumahan Arez.

Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya tiba di depan rumah Arez dan menghentikan motor di depan teras.

" udah sampe Cal, ayo turun dulu. "

Cala pun turun dari motor lalu melepaskan helmnya, menunggu Arez memarkirkan motornya di samping rumah.

Keduanya lalu berjalan masuk kedalam rumah dengan Cala yang berjalan mengekor di belakang Arez.

Ia benar-benar merasa canggung, karena ini pertama kalinya mengunjungi rumah Arez.

Kemudian seseorang menyambut mereka dari balik pintu yang sebelumnya tertutup rapat, seseorang wanita paruh baya dalam balutan daster rumahan dengan senyum ke ibuan yang mengembang di wajahnya.

Cala merasa semakin gugup ketika menyadari siapa wanita tersebut.

" Bun. Ih, ngagetin aja tiba-tiba buka pintu "

" Ya kan bunda mau ngecek siapa yang dateng, kedengeran suara motor dari dalem makanya buru-buru buka pintu "

" iya iya. Yaudah salim dulu nih, belom salim " Ucap Arez sambil mencium tangan sang bunda kemudian di ikuti Cala.

" Siapa nih Rez? Cantik banget " Tanya bunda Arez.

Bunda Arez terkekah pelan sambil menyambut salam Cala dengan usapan kecil di rambutnya.

" Calya tante, tapi panggil aja Cala " sahut Cala dengab suara pelan

" itu bun yang Arez ceritain kemaren-kemaren " Jawab Arez dengan sedikit berbisik di telinga sang bunda

" ohh iya nak Cala ya, temen Arez bukan? Soalnya Arez sering banget cerita soal Cala "

Cala tersenyum kikuk " iya tante, temen nya Arez tapi beda sekolah "

Bunda Arez mengangguk " Oowalah pantes seragamnya beda. Ayo, masuk. Masa ngobrol di depan pintu. Tante buatin minum yang seger, capekan pasti abis dari sekolah "

Wanita itu segera berlalu masuk kedalam rumah sebelum Cala sempat menjawab tawarannya.

" Udah ayo Cal masuk, lepas dulu sepatunya "

Cala pun mengikuti langkah Arez masuk ke dalam rumah.

" duduk dulu ya Cala, aku masuk kedalem bentarrr aja "

Cala mengangguk kemudian mendudukan diri di sofa sederhana milik Arez.
Ada Tv yang tak jauh dari sofa dan beberapa pajangan di nakas serta potret foto keluarga yang berukuran sedang tertempel di dinding rumah, berisi potret empat orang dan hanya satu wanita diantara tiga laki-laki.
Satu orang lebih muda, dan itu pasti adek Arez serta pria paruh baya yang tersenyum bahagia itu adalah Ayah Arez dan wanita yang menyambutnya tadi itu ibu Arez.

Arez kayanya akrab banget sama bundanya, bahkan sambil ngomong sama bundanya aja masih cengengesan.

Arez yang izin kedalam sebentar tadi kepada Cala ternyata untuk buang air kecil kekamar mandi.

Saat ia ingin buru-buru kembali ke ruang tamu menemani Cala, bundanya yang sedang membuatkan minuman dan menyiapkan beberapa camilan memanggil.

" Rez.. "

" kenapa bun? "

" itu beneran temen kamu apa bukan si? " tanya bunda Arez denga wajah tidak percaya

" Ya bener sih. Cuman bukan sekedar temenkan Arez bilang, lebih dari temen "

"Naon sih yang bener ngejelasih sama orang tua"

" Gebetan atuhlah kan Arez bilang "

" Bohong ya. Bukan yang itu lagi jangan-jangan "

" Beneran astaga. Kenapa sih bun? "

" Naha diem wae terus kayak tertekan gitu, bukan temen sekolah yang suka kamu bully kan itu "

" Astagfirullah suodzonnya teh keterlaluan sama anak sendiri. Lagian sejak kapan Arez suka ngebully, amit amit atuh bun "

" Ya bunda kan khawatir soalnya kamu mah suka aneh-aneh "

" aneh apa sih bun, engga asli. Dia canggung aja mungkin soalna kan baru pertama kesini terus ketemu bunda "

" asli gebetan kamu? "

" iya bun. Asli. Cakep ya? "

" heeh cakep, bisaan kamu teh cari calon pacar " goda bunda Arez seraya mencolek colek lengan Arez.

" Tuhan nyiptain mata aku begini teh biar ada mamfaatnya dong " sombong Arez

" Tapi mah feeling bunda, Cala malah gak suka ya sama kamu "

Arez menghela nafas " Bun, kok bener " lanjutnya " lagi usaha dulu ini. Udah ah, Arez mau nemenin Cala aja. Sendirian tuh kasian di tinggal lama-lama. Tolong cepetan ya buat minumnya bun"

Bunda Arez hanya tertawa ringan " iya iya, sok atuh temenin cepet Calanya "

AREZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang