.
.
.
.
.Arez sesekali memperthatikan sekeliling selagi duduk di atas motornya menunggu Cala keluar dari sekolahnya.
Ia sudah mengirimkan pesan pada Cala mengabari kalau dirinya sudah tiba, pedanya pula sudah di baca walau tidak di balas Cala.
Niat Arez saat datang hari ini tidak hanya untuk sekedar mengantarkan satu pack yakult yang berisi 5 buah botol kecil tersebut, tetapi juga ingin mengajak Cala mampir sebentar di rumanya untuk bertemu dengan keluarganya seperti yang Ayah Arez sarankan kemaren.
Cala melangkah keluar dari sekolahnya melewati gerbang depan menuju tempat di mana ia berjanji bertemu dengan Arez sore ini dengan perasaan beredebar debar.
Apa kiranya penyebabnya, ia pun tak terlalu memahami.
Ya, mungkin karena ini pertama kali ia menyetujui untuk bertemu Arez dengan persetujuan dari kedua belah pihak lain hal dengan beberapa minggu belakangan dengan Arez yang suka datang tiba tiba tanpa persetujuannya.
Sesampainya tepat di depan gerbang ia melongok untuk mencari Arez tetapi yang ia lihat hanya motor Arez yang terparkir rapi, tanpa menyadari ada langkah yang mendekatinya.
Lalu seseorang menepuk bahunya dan tentu saja membuatnya terlonjak kaget.
" Arez, astaga. Kirain siapa. "Sepasang matanya membulat ketika ia memandang Arez dengan senyum lebar mengembang di wajahnya.
" Numpang ngadem tadi di warung situ " ucap Arez dengan menujuk warung yang tadi ia jadikan tempat untuk duduk sembari menunggu Cala
" udah lama lo disini? " tanya Cala
" eemmm... lumayan sih, tapi gak papa "
" harusnya pulang aja kalo nunggu lama "
" udah di bilang gak papa Cala, nih aku bawain satu pack Yakultnya. " Ucap Arez sambil mengeluarkan Yakult yang ia bawa dari dalam tasnya.
" banyak amat, satu aja juga cukup " Cala keheranan
" gak banyak kok satu pack doang, tenang aja Yakultnya masih banyak di warung Ayah aku " Jawab Arez
" jadi ini hasil nyolong di warung bapak lo ya, kalo gitu gak mau gue " todong Cala lalu menyerahkan kembali Yakult yang sudah ia pegang pada Arez.
" Eee-ehhh.. enggak Cala. Becanda doang, ini aku beli tadi. " Lanjut Arez sambil tersenyum menunjukan gigi.
" Lagian bapak aku dagang beras bukan Yakult "
" Nih ambil lagi, masukin dulu dalam tasnya. Habisin entar, kalo mau dingin masukin kulkas dulu ya " perintah Arez
Cala kembali mengambil Yakult yang Arez bawakan dan memasukannya kedalam tas sesuai dengan perintah Arez.
" Yaudah makasih kalo gitu, "
Kalau boleh jujur, Cala bukan tak suka dan dengan sengaja ingin bersikap ketus pada Arez. Ia hanya tak tahu harus bersikap atau menjawab seperti apa.
" Cala " panggil Arez lagi meski saat ini keduanya masih saling berdiri berhadapan di tepi jalan
" Apa "
" Cuacanya cerah "
" iya tau, gue juga liat "
" nah karna cuacanya cerah jadi terlalu sayang kalo cuma buat rebahan aja " Lanjut Arez dengan senyum lebar " Jadi ayo main kerumah aku "
" Hah, gimana maksudnya? " Cala otomatis kebingungan
" Lah bolot kamu? "
Cala kemudian memukul lengan Arez
" auu, adu duh.. iya becanda Cala. Itu Ayah aku yang nyuruh kemaren buat ngajak kamu kerumah, buat main aja katanya ketemu bunda. "
" mau gak Cala?," tanya Arez lagi memastikan " eh.. tapi kamu gak ada les kan hari ini, kalo ada les gak papa lain kali aja "
Cala diam sejenak berpikir.
" Yaudah ayo. "
Sekarang, gantian Arez yang terdiam.
Berusaha memproses perkataan Cala barusan dengan otaknya." Lagian guru les gue belum bisa ngajar dulu buat beberapa hari kedepan, cuma di kasih tugas doang buat di kerjain di rumah " lanjut Cala
Sebentar.
Tunggu.
Kalau ini, Arez yakin bukan sekedar lambat otaknya bekerja.
Tetapi ucapan Cala barusan memang membuat speechless.Maksudnya, Cala berencana ikut Arez pulang kerumah?
Berencana akan bersamanya seharian?
Atau bagaimana?
" Kalo nggak sekalian belajar bareng aja kita di rumah lo "
Kita katanya, ahh belum apa apa sudah pening rasanya kepala gue.
" Ehh...., b-boleh sekalian belajar bareng aja dirumah aku kalo gitu " Jawab Arez singkat, sisanya otaknya tak mampu membentuk kata-kata.
" Yaudah kalo gitu, jalan sekarang berarti "
Arez mengangguk " Oke... "
KAMU SEDANG MEMBACA
AREZ
Teen FictionAku ingin menulis banyak hal tentangmu. Tentang bagaimana lucunya kita bertemu, Tentang aku yang tak bisa berhenti mengagumi, Tentang jutaan hal kecil yang membuatmu sempurna di mataku, Tentang diriku sendiri yang percaya bahwa kamu adalah hal ter...